Barcelona vs Lyon: Hanya Ada Satu Pilihan

13 Maret 2019 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gelandang Lyon, Houssem Aouar (kiri), berebut bola dengan Lionel Messi. Foto: AFP/Jean-Philippe Ksiazek
zoom-in-whitePerbesar
Gelandang Lyon, Houssem Aouar (kiri), berebut bola dengan Lionel Messi. Foto: AFP/Jean-Philippe Ksiazek
ADVERTISEMENT
Ernesto Valverde Tejedor mewarnai jumpa persnya jelang pertandingan menghadapi Lyon, Kamis (14/3/2019) dini hari WIB, dengan candaan bernada sarkastis. Dalam sesi jumpa pers itu, seperti diwartakan Marca, seorang jurnalis menuduh bahwa Valverde telah membuat Barcelona menjadi tim yang defensif.
ADVERTISEMENT
Mendengar tuduhan tersebut, Valverde kemudian berkata, "Ketika kamu bicara soal tim yang bermain defensif, maksudmu itu kami atau Lyon? Oh, kami? Ya, tentu saja kami sangat defensif. Kami akan berusaha sekeras mungkin agar tidak kebobolan dan jika beruntung kami akan mencuri satu gol."
Bagi Barcelona, tuduhan memainkan sepak bola defensif adalah tuduhan serius. Biar bagaimana pun, Barcelona adalah klub yang punya citra sebagai pengusung sepak bola ofensif nan atraktif. Terlebih, klaim dari jurnalis tadi sebenarnya tidak berdasar. Sebab, sampai sejauh ini Barcelona sudah mencetak 110 gol di empat ajang yang mereka ikuti.
Khusus di Liga Champions, Barcelona sudah mencetak 14 gol. Jumlah itu memang bukan yang terbanyak, tetapi 14 gol tersebut membuat Barcelona menjadi klub terproduktif ketiga pada fase grup Liga Champions setelah Paris Saint-Germain, Manchester City, serta Bayern Muenchen dan Porto.
ADVERTISEMENT
Pemain-pemain Barcelona merayakan gol Jordi Alba ke gawang Inter. Foto: AFP/Josep Lago
Pada pertandingan leg I babak 16 besar menghadapi Lyon di Parc Olympique Lyonnais akhir Februari silam Barcelona memang tak berhasil mencetak gol. Akan tetapi, Lionel Messi dkk. bukannya tak kekurangan usaha. Mereka mendominasi penguasaan bola dengan persentase 64%. Selain itu, 25 upaya yang mereka lancarkan lima kali lebih banyak ketimbang milik tim lawan. Maka, menjadi wajar jika Valverde sedikit terusik dengan adanya klaim 'Barcelona memainkan sepak bola defensif' tadi.
Tak ada gol tercipta pada leg I dan itu artinya baik Barcelona maupun Lyon sama-sama butuh gol pada leg kedua. Well, khusus Barcelona, mereka butuh kemenangan karena hasil imbang, berapa pun skornya, akan membuat Lyon lolos ke perempat final akibat adanya aturan gol tandang. Dengan demikian, Barcelona butuh ketajaman dalam menyerang, juga soliditas dalam bertahan.
ADVERTISEMENT
Permasalahan Barcelona yang sebenarnya sempat muncul adalah bagaimana mereka bertahan. Di awal-awal musim, kelemahan itu membuat mereka jadi begitu kerap memenangi pertandingan dengan tidak nyaman. Baik di La Liga maupun Liga Champions problem itu muncul, terbukti dengan bersarangnya 31 gol ke gawang Barcelona dalam 33 pertandingan.
Khusus di Liga Champions, Barcelona mengalami masalah besar saat bertahan pada pertandingan fase grup menghadapi PSV Eindhoven di matchday kelima. Barcelona pada pertandingan itu menang 2-1, tetapi mereka betul-betul dibuat kelimpungan dengan permainan vertikal PSV yang bertumpu pada Luuk de Jong di lini depan.
Duel bola udara antara striker PSV, Luuk de Jong (atas), dan bek Barcelona, Clement Lenglet. Foto: AFP/John Thys
Laga kontra PSV itu adalah satu-satunya pertandingan musim ini di mana Barcelona kalah dalam urusan penciptaan tembakan (22 berbanding 23). Barcelona beruntung pada pertandingan itu karena mereka memiliki sosok Messi yang bisa menciptakan sesuatu dari ketiadaan dengan mudah. Plus, mereka juga beruntung karena peluang-peluang PSV, entah bagaimana, sulit sekali berubah jadi gol.
ADVERTISEMENT
Problem pertahanan Barcelona itu sendiri sudah tak lagi tampak sejak Desember 2018. Sejak itu Gerard Pique cs. cuma kemasukan 10 gol dari 23 pertandingan baik di La Liga maupun Copa del Rey. Bahkan, dalam 7 pertandingan terakhir, Blaugrana sudah berhasil membukukan 5 clean sheet. Meski begitu, ini bukan berarti Barcelona bermain bertahan karena dalam kurun waktu itu mereka tetap setia dengan identitasnya dan cuma gagal sekali mencetak gol, yaitu saat melawan Lyon tadi.
Pada pertandingan leg II yang akan diselenggarakan di Camp Nou, baik Barcelona maupun Lyon tidak akan membuat banyak perubahan. Dari kubu Barcelona, Arturo Vidal kemungkinan akan dimainkan di posisi yang sebelumnya dihuni oleh Sergi Roberto. Kemudian, cedera yang dialami Ousmane Dembele bakal memaksa Valverde memainkan Philippe Coutinho.
ADVERTISEMENT
Dari kubu Lyon, sementara itu, kapten sekaligus pemain andalan mereka Nabil Fekir akan bisa bermain sejak awal. Pada laga pertama pelatih Lyon, Bruno Genesio, terpaksa memainkan pakem 4-4-2 untuk mengatasi absennya Fekir. Di laga kedua nanti formasi andalan 4-2-3-1 akan kembali digunakan untuk mengakomodasi Fekir yang bakal bermain di belakang striker tunggal, Mousa Dembele.
Kapten sekaligus pemain andalan Lyon, Nabil Fekir. Foto: AFP/Jeff Pachoud
Menghadapi Barcelona di kandangnya, Lyon tak punya banyak opsi. Bahkan, boleh dikatakan mereka cuma punya satu pilihan. Yakni, bertahan serapat mungkin dan melancarkan serangan balik secepat mungkin, terutama lewat sisi sayap yang dihuni Bertrand Traore dan Memphis Depay. Lewat cara inilah Les Gones sukses menghantam Manchester City 2-1 pada pertandingan fase grup.
Setali tiga uang, Barcelona pun hanya memiliki satu pilihan dalam pertandingan nanti. Menekan dan menekan, baik dengan maupun tanpa bola, adalah satu-satunya jalan bagi Barcelona untuk memperbesar kemungkinan meraih kemenangan. Dengan jalan ini mereka tak cuma memperbesar kans mencetak gol, tetapi juga memperkecil kesempatan Lyon mencuri gol.
ADVERTISEMENT
Seharusnya, Barcelona tidak akan memiliki masalah untuk melakukan itu. Mereka sudah menunjukkan permainan agresif di markas Lyon dan tak ada alasan untuk tak mengulangi itu di hadapan publik sendiri. Namun, ada satu titik lemah yang harus diperhatikan oleh Valverde. Yakni, tren buruk Coutinho.
Musim ini memang musim yang sulit bagi Coutinho. Contoh nyatanya, sudah sembilan pertandingan mantan pemain Internazionale ini gagal memberi impak konket baik gol maupun assist. Terakhir kali Coutinho mencetak gol adalah kala Barcelona menang 6-1 atas Sevilla di Copa del Rey akhir Januari lalu. Namun, sebelum itu pun dia sempat absen mencatatkan gol atau assist dalam empat laga.
Buruknya performa Coutinho ini tak cuma terwujud dalam minimnya jumlah gol serta assist, tetapi lebih pada performanya secara keseluruhan. Yang paling mudah dilihat adalah bagaimana Coutinho terlalu mudah kehilangan bola dan bagaimana dia enggan untuk mengejarnya kembali. Jika Coutinho kembali tampil buruk, ini bisa merusak sistem Barcelona secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Walau begitu, Valverde dan Barcelona tak perlu risau karena di bangku cadangan mereka masih memiliki pemain-pemain yang dapat dijadikan alternatif seperti Carles Alena dan Malcom. Malcom bisa dijajal karena dia sudah mengenal Lyon dengan baik berkat pengalamannya bermain untuk Bordeaux. Plus, pemuda Brasil ini tampil apik saat Barcelona bermain imbang 1-1 dengan Real Madrid di Copa del Rey. Malcom mencetak satu gol dalam laga itu.
Kemudian, Alena bisa dipertimbangkan karena alumnus La Masia ini paham betul dengan identitas bermain Barcelona. Selain itu, karena Alena sendiri baru resmi dipromosikan ke tim utama pada pertengahan musim 2018/19, gaya bermainnya relatif belum diketahui banyak orang. Dengan begitu, pemain 21 tahun ini patut dipertimbangkan untuk jadi senjata rahasia.
ADVERTISEMENT
Dengan situasi yang ada sekarang, Barcelona memang masih sangat pantas untuk diunggulkan. Mereka punya pemain-pemain yang lebih baik dan pengalaman yang lebih kaya. Selain itu, mereka akan bermain di kandang sendiri. Akan tetapi, kelengahan dalam mengantisipasi serangan balik Lyon tentu akan berbuah petaka bagi juara Liga Champions lima kali tersebut.