Gelap-Terang Perjalanan Luke Shaw

5 September 2018 14:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Luke Shaw dalam laga menghadapi CSKA Moskow. (Foto: Oli Scarff/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Luke Shaw dalam laga menghadapi CSKA Moskow. (Foto: Oli Scarff/AFP)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Luke Shaw nyaris saja hilang dari peredaran. Padahal dulu namanya mencuat seiring kedatangan Southampton ke Premier League. Kesuksesannya membantu The Saints finis di posisi delapan Premier League 2013/2014 membawanya masuk ke dalam Tim Terbaik PFA di musim yang sama.
ADVERTISEMENT
Roy Hodgson sebagai nakhoda Tim Nasional Inggris saat itu pun mengakui potensi Shaw dan memberikanya debut saat melakoni uji tanding dengan Denmark. Hebatnya lagi, usianya belum genap 20 tahun. Deretan CV yang cukup merepresentasikan cerahnya masa depan Shaw.
Kiprahnya semakin menjanjikan setelah Manchester United menggaetnya dari Southampton di musim 2014/2015. Sebelum akhirnya petaka datang saat Hector Moreno mematahkan kakinya kala mentas Liga Champions semusim berselang. Sejak saat itu, Shaw bak raib ditelan bumi.
Cedera adalah momok bagi para pesepak bola. Kaki-kaki yang bagai senjata tak lagi berfungsi dalam waktu yang mungkin lama. Kondisi demikian yang dialami oleh Shaw. Selain faktor pemulihan yang tak sebentar, pemain berusia 23 tahun itu juga kudu menyembuhkan mentalnya yang sempat runtuh akibat insiden tersebut. Di sisi lain, rutinitas di pusat rehabilitasi juga memberikan efek samping tersendiri.
ADVERTISEMENT
"Bohong kalau saya bilang bahwa saya tidak berpikir untuk berhenti main bola waktu itu. Rasanya lama sekali waktu itu, setiap hari yang saya lakukan cuma itu-itu saja. Saya tidak bisa ngapa-ngapain karena patah kaki itu, betul-betul bikin frustrasi. Tapi, akhirnya saya bisa melewatinya," kata Shaw sebagaimana dilansir The Guardian.
Sisi lain yang dimaksud Shaw adalah dukungan dari lingkungan terdekat, khususnya keluarga dan teman-temannya. Bahkan, pemain berpostur 185 cm itu juga meminta bantuan psikolog demi mempercepat penyembuhan mentalnya.
Belum lagi dengan keputusan Jose Mourinho yang jarang memberikannya kesempatan bermain pasca-sembuh dari cedera. Selama kepemimpinan Mourinho, hanya 17 kali Shaw diturunkan sebagai starter di Premier League. Situasi yang makin menciutkan masa depan Shaw yang semula cerah.
ADVERTISEMENT
Kata-kata Friedrich Nietzsche ada benarnya: "Apa yang tak bisa membunuhmu akan membuatmu tambah kuat".
Ujian yang datang silih berganti itu kemudian membuat Shaw menjadi lebih kuat, secara fisik dan juga mental. Dia juga menganggap bahwa perlakuan Mourinho menjadi pelecut semangatnya untuk segera menemukan bentuk terbaiknya.
"Saya pikir dia (Mourinho) frustrasi dengan saya karena dia tahu saya bisa berbuat lebih baik. Ketika saya melihat kembali, mungkin yang dikatakannya itu benar," kata Shaw dikutip dari Sky Sports.
Shaw dipuji habis Mourinho. (Foto: Lee Smith/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Shaw dipuji habis Mourinho. (Foto: Lee Smith/Reuters)
Masa-masa kelam Shaw telah berlalu. Bersama David De Gea, Shaw adalah penggawa United yang selalu bermain 90 menit penuh hingga pekan keempat Premier League. Kini Mourinho mulai memercayakan pos full-back kiri kepadanya, mengesempingkan Ashley Young yang rutin mengisinya di musim lalu. Sebagai pemain yang bukan full-back murni, performa Young memang tak buruk-buruk amat.
ADVERTISEMENT
Lagipula, selain piawai dalam membaca permainan lawan, mantan pemain Aston Villa itu ulung dalam melepaskan umpan, baik itu crossing maupun eksekusi bola mati. Namun, bukan itu saja yang dibutuhkan United saat ini. Minimnya kreativitas yang jadi masalah 'Iblis Merah' saat ini kudu segera dituntaskan, problem yang juga berdampak pada produktivitas mereka. Dan Shaw adalah jawaban yang tepat, setidaknya demi mendongkrak agresivitas dari tepi sayap.
Determinasi, kecepatan, serta insting menyerang yang mumpuni adalah nilai plus dari Shaw. Itulah mengapa Mourinho membebaskannya bergerak hingga jantung pertahanan lawan, tak sekedar menginisiasi serangan dari tepi.
Golnya ke gawang Leicester City di laga pembuka bisa dijadikan bukti. Dengan jeli, dia melihat ruang kosong di sisi kiri pertahanan The Foxes dan mengakhirinya dengan manis. Setelah menerima umpan Juan Mata, Shaw mencungkil bola yang melewati Ricardo Pereira sebelum melepaskan tendanga yang tak mampu dijangkau Kasper Schmeichel.
ADVERTISEMENT
Mourinho membutuhkan sokongan dari sisi sayap dalam format 4-3-3 yang diusungnya, demi membantu kinerja Alexis Sanchez yang intens melakukan cutting-inside. Apalagi, Paul Pogba yang berada di belakangnya bukan tipikal pemain yang bisa bermain di tepi. Hal itu yang membuat Shaw menjadi vital, jawaban dari agresivitas dari tepi kiri.
Rata-rata 2 tembakan dibuatnya per laga, hanya kalah dari Romelu Lukaku, Jesse Lingard, Sanchez, dan Pogba. Urusan intensitas umpan kunci, Shaw juga terhitung tinggi karena mengukir rata-rata 1,3; setara dengan torehan Fred yang jadi inisiator area tengah selain Pogba.
Shaw merayakan gol. (Foto: Reuters/Andrew Boyers )
zoom-in-whitePerbesar
Shaw merayakan gol. (Foto: Reuters/Andrew Boyers )
Tak sulit untuk mengatakan bila Shaw adalah pemain yang paling konsisten di tengah buruknya performa United. Saking impresifnya, Gareth Southgate mengikursertakannya dalam laga persahabatan melawan Swiss akhir pekan ini, pemanggilan pertamanya setelah 18 bulan absen. Jalan terang setelah masa gelap yang sudah dilalui Shaw.
ADVERTISEMENT