Giliran Lukaku yang Jadi Korban Pelecehan Rasial Suporter Cagliari
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Lukaku mencetak gol kemenangan Inter pada menit ke-72 melalui tendangan penalti yang diberikan wasit setelah Stefano Sensi dijatuhkan di kotak terlarang. Lukaku sukses mengecoh kiper baru Gli Isolani, Robin Olsen, untuk mencetak gol keduanya dalam dua pertandingan dan membawa Inter memetik kemenangan.
Pelecehan rasial terjadi ketika Lukaku hendak mengeksekusi penalti tersebut. Ketika pemain asal Belgia tersebut tengah mengambil ancang-ancang, suporter tuan rumah menyerang dengan teriakan-teriakan yang menirukan suara monyet. Tindakan ini pun memicu kecaman dari pelatih Inter, Antonio Conte.
"Kupikir, di Italia, kita semua harus belajar untuk bersikap hormat kepada orang-orang yang sedang melakukan pekerjaannya. Di negara lain, yang ada hanyalah dukungan terhadap sebuah tim. Tidak ada yang menghina sampai seperti ini," kata Conte dalam konferensi pers pascalaga, dilansir Reuters.
ADVERTISEMENT
"Harus ada rasa hormat yang ditunjukkan. Hari ini aku diperlakukan dengan baik tanpa hinaan apa-apa. Di lain waktu kasusnya bisa berbeda. Ini bukan hal bagus," tambah eks pelatih Timnas Italia tersebut.
Meski demikian, Lukaku punya respons berbeda. Selepas pertandingan pemain 26 tahun itu memilih untuk tidak membahas apa yang dialaminya. Lukaku cuma mengungkapkan kebahagiaannya bisa membawa Inter meraih dua kemenangan beruntun.
"Aku sangat senang dengan dua kemenangan yang kami dapatkan dan dengan keberhasilan malam ini. Pertandingan tadi sangat sulit. Kami harus berjuang keras tetapi itulah yang harus kami lakukan di semua laga," ucap Lukaku kepada Inter TV.
"Aku merasa bahagia untuk klub dan para suporter. Mencetak gol dengan seragam ini rasanya luar biasa. Aku ingin membantu tim lebih jauh lagi, termasuk dengan assist. Aku ingin bisa terus melakukan apa yang sudah kulakukan," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, belum ada tindakan tegas yang dilakukan oleh FIGC selaku induk organisasi sepak bola di Italia. Dalam kasus Kean, misalnya, Cagliari tak mendapat hukuman karena pelecehan rasial yang dilakukan suporternya dianggap 'tidak mempengaruhi jalannya pertandingan'.