Italia vs Liechtenstein: Rotasi demi Lancarnya Regenerasi

26 Maret 2019 15:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Timnas Italia pada laga melawan Finlandia. Foto: Reuters/Jennifer Lorenzini
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Timnas Italia pada laga melawan Finlandia. Foto: Reuters/Jennifer Lorenzini
ADVERTISEMENT
Satu laga telah dilewati. Itu berarti, tinggal sembilan laga yang menanti. Setelah mengandaskan Finlandia 2-0, Italia akan melakoni pertandingan Kualifikasi Piala Eropa 2020 kedua menghadapi Liechtenstein di Stadio Ennio Tardini, Rabu (27/3) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Liechtenstein adalah negara yang punya persepakbolaan unik. Negara itu begitu kecil dan penduduknya begitu sedikit sampai-sampai liga sepak bola profesional saja mereka tidak punya. Klub terhebat di sana, FC Vaduz —yang berasal dari ibu kota, bahkan harus menumpang di Liga Swiss untuk berkompetisi. Singkat kata, begitulah gambaran calon lawan Italia ini.
Kemenangan, tentu saja, bakal jadi harga mati. Apalagi, Liechtenstein adalah lawan yang spesial bagi Gli Azzurri. Sebelum menang dua gol tanpa balas atas Finlandia, terakhir kali Italia mampu mencetak lebih dari satu gol di laga internasional adalah ketika mencukur Liechtenstein 5-0 pada Kualifikasi Piala Dunia 2018. Kemenangan ini diraih Italia dua tahun silam.
Italia sendiri akhirnya tidak lolos ke Piala Dunia dan sesudah itu mereka berbenah. Setelah memecat Gian Piero Ventura, FIGC kemudian menunjuk Roberto Mancini sebagai pengganti. Di bawah Mancini, Italia meremajakan diri. Sejak tampil di Nations League, semakin banyak saja wajah baru di Timnas Italia. Dua dari sekian banyak nama baru itu, Nicolo Barella dan Moise Kean, bahkan sudah jadi penentu kemenangan atas Finlandia.
ADVERTISEMENT
Jelang pertandingan menghadapi Liechtenstein, Mancini hanya punya satu tujuan. Yakni, membangkitkan kembali antusiasme publik sepak bola Italia terhadap timnasnya. Keberhasilan lolos dari degradasi di Nations League serta kemenangan atas Finlandia memang sudah menggairahkan kembali dukungan terhadap Timnas Italia. Namun, jalan mereka masih sangat jauh sehingga antusiasme itu wajib terus dijaga kobarnya.
Pada konferensi pers jelang laga, Mancini berkata bahwa dia akan membuat sejumlah perubahan pada laga melawan Liechtenstein nanti. Akan tetapi, eks pelatih Galatasaray itu tidak akan melakukan perubahan secara radikal. Sejumlah pemain yang tampil di laga kontra Finlandia akan dipertahankan.
"Aku akan membuat beberapa perubahan, tetapi kami harus mempertahankan identitas siapa pun lawannya. Aku belum membuat keputusan final, tetapi aku pasti akan mengganti 3-4 pemain, mungkin lebih," kata Mancini.
ADVERTISEMENT
Salah satu pemain yang pasti diganti oleh Mancini itu adalah Ciro Immobile. Penyerang Lazio tersebut tampil buruk saat menghadapi Finlandia. Tampil selama 80 menit, Immobile kembali gagal mencetak gol. Terhitung, pria 29 tahun tersebut sudah absen mencetak gol dalam 10 pertandingan di level internasional.
Menurut laporan La Gazzetta dello Sport, posisi Immobile kemungkinan besar bakal digantikan oleh Fabio Quagliarella. Ini bukan hal mengherankan. Sebab, penyerang yang sempat absen lebih dari 3.000 hari membela Timnas Italia itu merupakan topskorer sementara Serie A. Selain itu, dia juga mampu dua kali mengancam gawang Finlandia meski hanya tampil 10 menit.
Selain Immobile, beberapa pemain lain yang kemungkinan bakal dicopot oleh Mancini adalah Barella, Federico Bernardeschi, Cristiano Piccini, Cristiano Biraghi, Giorgio Chiellini, dan Gigio Donnarumma. Posisi mereka masing-masing bisa digantikan oleh Stefano Sensi, Matteo Politano, Gianluca Mancini, Leonardo Spinazzola, Alessio Romagnoli, dan Salvatore Sirigu.
ADVERTISEMENT
Dari susunan pemain yang diprediksi oleh GdS ini, muncul indikasi bahwa Italia tidak akan bermain dengan pakem 4-3-3 murni. Keberadaan Gianluca Mancini dan Spinazzola adalah musababnya. Gianluca Mancini aslinya adalah seorang bek tengah. Oleh karena itu, perannya di sisi kanan pertahanan Italia akan jauh lebih defensif ketimbang Spinazzola di sisi seberang. Hal nyaris serupa dilakukan Juventus di Liga Champions pada pertandingan kontra Atletico Madrid.
Dengan keberadaan Spinazzola di sisi kiri, itu berarti Moise Kean akan bermain lebih ke dalam, lebih dekat dengan Quagliarella. Sedangkan, di sisi kanan, sisi lebar lapangan tetap akan menjadi daerah kekuasaan sang pemain sayap, Politano. Dalam praktiknya, Italia akan menyerang dengan formasi 3-3-4.
Untuk menyokong lini serang yang super agresif itu, Mancini pun menyiapkan tiga pemain yang bisa menjaga bola dengan baik: Marco Verratti, Jorginho, dan Sensi. Yang istimewa dari tiga pemain tersebut adalah mereka semua bisa mengisi area mana pun di tengah. Sensi, misalnya, bersama Sassuolo biasa bermain sebagai regista. Verratti pun piawai bermain di sana. Oleh karenanya, Italia tak perlu khawatir kehilangan lini tengahnya jika ada pemain yang berkelana terlalu jauh ke area pertahanan lawan.
ADVERTISEMENT
Di atas kertas, begitulah kira-kira gambaran permainan Italia di laga melawan Liechtenstein nanti. Dengan begini, mereka juga tidak akan kehilangan identitasnya.
Identitas yang dimaksud oleh Mancini itu adalah sepak bola menyerang berbasiskan penguasaan bola. Hal ini sudah dipraktikkan sejak Luigi Di Biagio —pelatih Timnas U-21— menjadi pelatih interim. Namun, baru di era Mancini-lah metode bermain ini digalakkan. Perlahan, hasilnya pun mulai terlihat meskipun belum sempurna.
Salah satu hal yang membuat aplikasi permainan menyerang ini belum terlihat ciamik adalah kecenderungan tim-tim lawan untuk bermain defensif. Finlandia, misalnya, bermain dengan pakem 5-3-2. Sementara, Liechtenstein nanti kemungkinan bakal turun dengan pola 4-1-4-1 yang bisa dengan mudah bertransformasi menjadi 5-4-1. Barikade lawan itu tetap bakal jadi ujian berat bagi para pemain Italia di Parma nanti meskipun Mancini sudah menyiapkan taktik ultraofensif.
ADVERTISEMENT
Lantas, mampukah Italia? Well, tentu saja mereka mampu karena biar bagaimana pun lawan mereka hanyalah Liechtenstein. Di sini, yang akan menjadi perhatian sebenarnya adalah bagaimana Italia bermain secara keseluruhan. Jika mereka menunjukkan hal yang benar dan sesuai rencana Mancini di laga melawan Liechtenstein, itu akan jadi indikasi bahwa Italia sudah selangkah lebih dekat dengan kejayaan yang sempat hilang.