Karena Manchester United Memang Payah

20 Agustus 2018 6:01 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kekecewaan para pemain United di laga versus Brighton. (Foto: REUTERS/David Klein)
zoom-in-whitePerbesar
Kekecewaan para pemain United di laga versus Brighton. (Foto: REUTERS/David Klein)
ADVERTISEMENT
Inkonsistensi Manchester United makin menjadi di musim ini. Kami tak berlebihan mengatakan demikian. Di saat para pesaingnya tampil meyakinkan, United justru keok 2-3 di hadapan Brighton and Hove Albion Minggu (20/8/2018) pada laga pekan kedua.
ADVERTISEMENT
Untuk diketahui, setengah jam sebelumnya Manchester City pesta gol ke gawang Huddersfield Town. Tottenham Hotspur dan Chelsea juga sukses memetik dua kemenangan beruntun saat melibas lawan-lawannya Sabtu (19/8) lalu. Hanya Arsenal yang termaram karena urung menghasilkan angka dalam dua pekan awal. Sementara Liverpool baru akan bersua Crystal Palace pada Selasa (21/8) dini hari.
Menjadi masalah besar karena Spurs yang akan jadi lawan United di pekan depan. Andai belum mampu membenahi kepayahan mereka, besar kemungkinan pasukan Jose Mourinho itu akan kembali menelan hasil negatif di pekan ketiga Premier League.
Lantas, sektor mana saja yang perlu dibenahi United?
Rapuhnya Barisan Pertahanan
Lini belakang United tampil begitu mengecewakan. Tiga gol yang bersarang ke gawang United lebih dari cukup untuk dijadikan acuan. Sebagai perbandingan, jumlah tersebut setara dengan kalkulasi gol United dalam sembilan pertandingan awal di edisi 2017/2018.
ADVERTISEMENT
Gol pertama Brighton merepresentasikan buruknya penjagaan Ashley Young untuk menutup pergerakan Solly March. Sedangkan rendahnya daya koordinasi barisan belakang jadi latar belakang terciptanya gol ketiga Brighton yang dicetak Pascal Gross.
Jarak yang terlampau lebar antara Eric Baily, Victor Lindeloef, dan Andreas Pereira membuat Gross leluasa masuk ke jantung pertahanan United. Situasi yang kemudian memaksa Bailly melancarkan tekel kepada pemain asal Jerman tersebut.
Celakanya, De Gea yang rutin muncul sebagai pahlawan pun tampil mengecewakan. Terhitung sejak Piala Dunia 2018 lalu, mantan kiper Atletico Madrid itu kemasukan 10 gol dalam 14 tembakan yang mengarah kepadanya. Artinya, hanya empat tembakan yang sukses digagalkannya sejauh ini, jumlah yang buruk untuk ukuran penjaga gawang sekaliber De Gea.
ADVERTISEMENT
De Gea Manchester United. (Foto: Reuters/Lee Smith)
zoom-in-whitePerbesar
De Gea Manchester United. (Foto: Reuters/Lee Smith)
Kreativitas yang Minim
Kreativitas jadi masalah klasik United sejak musim lalu. Bukannya membaik, grafik mereka malah menurun dibanding sebelumnya. Hanya empat peluang yang mampu diprakarsai United di Falmer Stadium, torehan terendah mereka saat bersua tim di luar Big Six pada edisi 2017/2018.
Sepasang gol yang tercipta ke gawang Brighton juga bukan berawal dari build-up serangan yang rapi. Tengok saja gol Romelu Lukaku yang memanfaatkan bola kemelut tendangan Luke Shaw yang lebih dulu membentur pemain belakang lawan. Sementara gol hiburan Pogba berasal dari titik putih.
Cederanya Alexis Sanchez bisa dijadikan dalih atas minimnya peluang United. Akan tetapi, Mourinho bukannya tanpa opsi sama sekali. Masih ada Juan Mata, Anthony Martial, dan Paul Pogba. Nama yang disebut belakangan tak terlalu tampil buruk karena sukses membukukan tiga tembakan dan dua kali berkontribusi dalam penciptaan peluang.
ADVERTISEMENT
Ekspresi kecewa para penggawa Manchester United. (Foto: REUTERS/David Klein)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi kecewa para penggawa Manchester United. (Foto: REUTERS/David Klein)
Di sisi lain, Pogba juga menjadi pemain yang paling kerap kehilangan penguasaan bola sebanyak 7 kali. Bukan salahnya, sebab Fred dan Pereira juga tak memberikan pengaruh signifikan sebagai penyeimbang lini tengah.
Tersendatnya pendar para gelandang United itulah yang membuat Lukaku hanya mampu melepaskan dua tembakan. Masih lebih baik ketimbang torehan nihil Martial, Mata, Marcus Rashford, dan Jesse Lingard.