Ketika Madrid Kembali Menjadi Lelucon di El Clasico

3 Maret 2019 9:01 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sergio Ramos dalam hati, "Hello, darkness my old friend." Foto: REUTERS/Sergio Perez
zoom-in-whitePerbesar
Sergio Ramos dalam hati, "Hello, darkness my old friend." Foto: REUTERS/Sergio Perez
ADVERTISEMENT
Llyod Tate turut berbahagia ketika mengetahui Oliver – anak sulungnya – baru saja jadian dengan Jordana Bevan – gadis antisosial idaman Oliver di sekolah. Di suatu pagi, Llyod mengetuk pintu, membagikan tips kepada remaja introvert itu cara menghadapi perempuan sekaligus bernostalgia masa remajanya, dan memberikan sebuah kaset.
ADVERTISEMENT
Ketika menerima kaset dari ayahnya, Oliver kebingungan. Llyod sadar itu, dan mengatakan bahwa suatu waktu, rasa cinta juga bisa menimbulkan nyeri. Kaset itu berisikan lima lagu – dua lagu cinta, tiga lagu patah hati – dan Oliver bisa menggunakannya sebagai terapi jika hubungan asmaranya tak sesuai angannya.
“Musik memiliki kekuatan untuk membuat emosimu terasa kian nyata,” ucap Llyod.
Hmm… kami paham mendadak pertanyaan ini mengapung di kepala Anda: “Saya, ‘kan, ingin membaca tulisan mendalam soal El Clasico khas kumparanBOLA, kok, diberikan tulisan soal kisah remaja seperti ini?” Oke, sabar dahulu. Nanti kalian tahu maksud kami.
Jadi, begini. Cerita yang kami jadikan bagian awal dalam tulisan ini merupakan bagian dari film Submarine. Film tersebut kami rasa menarik, karena musik-musik dari Alex Turner berhasil membangun perjalanan Oliver – mulai dari jatuh cinta hingga patah hati secara tragis – dengan sempurna.
ADVERTISEMENT
Nah, secara random-nya, kami membayangkan ini: Apa jadinya jika kemudian terputar lagu sendu selepas laga Real Madrid versus Barcelona di Santiago Bernabeu, Minggu (3/3/2019) dini hari WIB? Pasti tertegaslah perasaan muram Sergio Ramos dan kolega, yang takluk 0-1 di El Clasico.
Adegannya, tentu saja menyorot wajah Gareth Bale dan para pemain Madrid lainnya yang tertunduk, amarah dari fan Madrid, dan para pemain Barcelona yang berjingkrak kegirangan. Kami punya usulan lagu, dan Anda boleh setuju: Adegan itu akan sangat cocok dengan I Started a Joke dari Bee Gees sebagai latar musiknya.
Kenapa kami merasa lagu ini cocok? Ya, bukan hanya karena alunan sendu, tapi juga karena liriknya. Simak saja jika tak percaya:
ADVERTISEMENT
Ya, selepas laga itu, kesedihan Madrid tengah menjadi lelucon seluruh dunia. Mengingat mereka telah kalah dua kali melawan tim yang sama di kandang sendiri pula dalam seminggu terakhir.
Catatan ini juga memperpanjang tren selalu kalah dalam empat laga El Clasico terakhir di Bernabeu. Sejarah baru dalam rivalitas kedua tim.
Lantas, mengapa Madrid bisa kalah, dan siapa sebenarnya yang menjadi pembeda di laga ini? Yep, tunggu apa lagi, dengan semangat kesenduan Madrid, mari kita bahas!
Ada yang Tahu ke Mana Para Penyerang Madrid?
Raut kekecewaan Karim Benzema dan Vinicius Junior usai gagal membobol gawang Barcelona. Foto: REUTERS/Juan Medina
Dalam skema 4-3-3, pelatih Santiago Solari memercayakan Gareth Bale, Karim Benzema, Vinicius Junior sebagai ujung tombak Madrid di laga ini. Namun, tak satupun dari tiga pemain itu yang menunjukkan batang hidungnya untuk mengancam gawang yang dijaga Marc-Andre ter Stegen.
ADVERTISEMENT
Padahal, ketiga pemain itu telah mendapatkan suplai bola yang bejibun dari lini tengah dan juga dari sektor bek kanan dan kiri. Ketika telah tiba di kotak penalti, ketiga pemain itu kerap terburu-buru melancarkan tembakan.
Seperti yang terjadi ketika laga berjalan 56 menit. Kala itu, aksi dribel Vinicius berhasil membuat beberapa pemain Barcelona menyerah untuk menghentikannya. Namun, ketika telah berada di kotak penalti, dengan ruang tembak yang pas pula, Vinicius malah melancarkan tembakan yang mengarah ke tribune suporter Madrid.
Vinicius sendiri telah melancarkan 6 tembakan, Benzema 2, dan Bale 1. Mandeknya para penyerang ini membuat para gelandang dan bek kanan dan kiri ikut-ikutan untuk melancarkan tembakan juga secara sporadis. Namun, dari total 17 tembakan, tak satupun gol tercipta untuk Madrid.
ADVERTISEMENT
Derita Madrid, Bahagia Rakitic
Lagi-lagi Barcelona berhasil membuat fans Madrid 'kzl'. Foto: REUTERS/Sergio Perez
Belajar dari kesalahan, Madrid kali ini bisa mematikan trisula lini serang Barcelona. Baik Lionel Messi, Luis Suarez, dan Ousmane Dembele hanya mampu melepas satu tembakan tepat sasaran. Semua gara-gara lini tengah dan lini belakang Madrid susah payah mengisolir lini serang Barcelona.
Namun, telat mundurnya lini serang Madrid di laga ini membuat ada celah begitu besar di lini tengah. Hal inilah yang membuat Ivan Rakitic bisa menari indah di atas tangisan Madrid. Jelas, keluarga dan kolega yang menontonnya boleh berbangga hati dengan penampilan gelandang berkebangsaan Kroasia itu.
WhoScored mencatat, Rakitic berhasil melakukan dua aksi dribel, melepas satu umpan kunci, dan, satu tembakan. Satu tembakan dan satu aksi dribel ini terasa spesial, karena begitulah gol ke gawang Madrid tercipta pada menit ke-26.
ADVERTISEMENT
Memanfaatkan telat mundurnya Sergio Reguillon, Sergi Roberto melepas umpan terobosan dari sisi kanan kepada Rakitic. Setelahnya, Rakitic memamerkan kontrol bola ciamik sebelum mengelabui Thibaut Courtois dnegan tembakannya.
Gol itu sendiri, ngomong-ngomong, merupakan gol petama Rakitic di El Clasico yang dihelat di Bernabeu sejak 2017 silam. Selain soal kontribusi menyerang, Rakitic juga berhasil melancarkan 4 tekel dan 1 intersep di laga ini. Jika mengacu WhoScored, mantan pemain Sevilla ini merupakan pemain terbaik di laga ini.
Ter Stegen dan Keperkasaannya di Depan Gawang Barcelona
Aksi Ter Stegen saat bela Barcelona. Foto: LLUIS GENE / AFP
Di laga ini, tak banyak aksi Ter Stegen yang bisa dinikmati. Bayangkan saja, mantan kiper Borussia Moenchengladbach itu hanya melakukan 3 penyelamatan selama 90 menit. Meski minim tembakan, bukan berarti refleks Ter Stegen menjadi mengendur.
ADVERTISEMENT
Memanfaatkan kemelut di area penalti ketika laga berjalan 20 menit, Luka Modric mampu melancarkan tembakan dari luar kotak penalti tanpa kawalan.
Ketika itu, semua pemain Barcelona hanya melihat arahnya bola. Sementara, Ter Stegen dengan sigap menjatuhkan tubuh, memantulkan bola ke rumput, sebelum pada akhirnya memeluk bola. Perlu diingat, ketika itu laga masih berjalan 0-0.
Jika tembakan ini gagal ditepis Ter Stegen, bisa saja narasi laga ini akan berubah drastis. Mengingat kebobolan gol cepat bisa berdampak serius terhadap mentalitas tim.