Memahami Suarez sang Anti-Hero Barcelona

16 April 2019 21:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi Pemain FC Barcelona, Luiz Suarez usai mencetak gol ke gawang Olympique Lyon dalam leg kedua Liga Champions di Camp Nou, Barcelona, Spanyol. Foto: REUTERS/Susana Vera
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi Pemain FC Barcelona, Luiz Suarez usai mencetak gol ke gawang Olympique Lyon dalam leg kedua Liga Champions di Camp Nou, Barcelona, Spanyol. Foto: REUTERS/Susana Vera
ADVERTISEMENT
Siapa yang paling merepresentasikan Barcelona saat ini? Hampir pasti jawabannya adalah Lionel Messi. Ia sudah seperti Superman yang charming dalam konstelasi DC, atau semacam Captain America yang rutin menjadi panutan. Kemampuan dan kharisma Messi berhasil menyihir orang-orang di sekitarnya, baik kawan atau pun lawan.
ADVERTISEMENT
Di sisi yang berseberangan, seberapa banyak yang menganggap Luis Suarez sebagai ikon atau bintang utama Barcelona? Hampir pasti, jumlahnya tak sebanyak Messi.
Ia ibarat anti-hero dalam semesta Barcelona. Hmm... Seperti The Punisher mungkin, salah satu anti-hero terbaik di dunia komik yang identik dengan pistol sebagai senjatanya. Sosoknya yang kelam dan perilakunya yang brutal menjauhkannya dari sosok superhero ideal. Di satu sisi, karakter yang bernama asli Francis Castle itu juga melakukan aksi mulia yang dilakukan superhero pada umumnya, memberantas kejahatan.
Selebrasi Luis Suarez usai bobol gawang Real Madrid di Santiago Bernabeu. Foto: REUTERS/Susana Vera
Yah, mirip-mirip dengan Suarez alias El Pistolero. Stigma bengal yang melekat serta aksi kontroversial sering diperagakannya di lapangan adalah dasarnya. Gigitannya kepada Branislav Ivanovic dan Giorgio Chiellini, serta aksinya saat sengaja menepis bola dengan tangan demi menggagalkan gol Ghana ke gawang Uruguay di Piala Dunia 2010 silam, cukup merepresentasikan kegilaannya di lapangan.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimanapun juga, sumbangsih Suarez untuk Barcelona tak bisa dipandang rendah. Penyerang berusia 32 tahun itu menyembul sebagai pahlawan di saat-saat yang dibutuhkan. Lebih tepatnya, saat Messi absen atau sedang seret-seretnya mencetak gol.
Ini bukan hal yang gampang, lho. Tak semua pemain bisa mengimbangi kemampuan Messi. Dari era Zlatan Ibrahimovic hingga Philippe Coutinho sekalipun. Lha, ini Suarez bukan cuma mampu bersinergi, tetapi juga berhasil mengisi kekosongan saat La Pulga Alpa.
Bahkan, Suarez berhasil menyabet gelar topskorer La Liga edisi 2015/16 lewat torehan 40 golnya--sekaligus mendobrak dominasi Messi dan Cristiano Ronaldo yang bergantian meraih titel Pichichi sejak 2009/2010.
Tak usah jauh-jauh menengok ke belakang. Di musim ini saja Suarez sudah menunjukkan kapabilitasnya sebagai tumpuan Blaugrana.
ADVERTISEMENT
Hat-trick yang dibuatnya ke gawang Real Madrid membawa Barcelona memenangi El Clasico dengan skor telak 5-1. Padahal, tak ada Messi dalam skuat Ernesto Valverde saat itu. Ya, ia mengalami cedera saat di laga versus Sevilla akhir November lalu.
Itulah mengapa Barcelona kemudian menyandarkan kepalanya dengan berat ke bahu Suarez. Oh, iya, sebelum jadi pahlawan di El Clasico, mantan pemain Groningen itu juga mengukir assist saat timnya menaklukkan Inter Milan di fase grup Liga Champions. Catatan impresif itu berlanjut dengan dwigolnya ke gawang Rayo Vallecano di ajang La Liga.
Bila ditotal sudah 20 gol yang dibuatnya di La Liga, ditambah 3 lesakan yang dibuatnya di pentas Copa del Rey. Sementara pada panggung Liga Champions, torehannya masih nihil.
ADVERTISEMENT
Para pemain Barcelona merayakan gol Lionel Messi ke gawang Lyon. Foto: Juan Medina/Reuters
Namun, tak hanya kuantitas gol yang jadi tolok ukur kualitas Suarez, melainkan juga tentang kecerdasannya dalam membuka ruang untuk rekan-rekan setimnya. Umpan ciamiknya saat mentas melawan Olympique Lyon dan Real Betis bisa dijadikan acuan. Spesialisasi semacam ini yang dibutuhkan Barcelona, klinis dan piawai dalam mengakomodir serangan.
Lagipula, Barcelona juga tak butuh penyerang yang sekadar tajam. Toh, mereka sudah punya Messi yang tak rajin mencetak gol.
Gamblangnya, Suarez cenderung aktif bergerak ke sisi tepi kala bermain bersama Messi. Ini terkait dengan peran Messi sebagai playmaker yang intens melakukan manuver dari lini tengah.
Sementara jika Messi absen, seperti pada periode Oktober-November lalu, Suarez akan memainkan peranan normalnya sebagai penyerang tengah. Maka tak heran bila Valverde mengatakan bahwa Suarez adalah pemain yang tak ternilai harganya. Dasarnya, itu tadi, spesialisasi kompletnya sebagai seorang penyerang.
ADVERTISEMENT
Messi dan Suarez merayakan gol bunuh diri Luke Shaw. Foto: Reuters/Lee Smith
Rabu (17/4/2019) dini hari WIB, Barcelona akan melakoni laga penting melawan Manchester United pada leg kedua perempat final Liga Champions. Meski cuma butuh minimal hasil imbang, Azulgrana kudu berhati-hati mengingat keberhasilan United untuk comeback di hadapan para pendukung Paris Saint-Germain pada babak 16 besar lalu.
Makin menjadi tantangan karena Ole Gunnar Solskjaer sudah menyiapkan skema untuk mematikan Suarez dan Messi.
"Kami tahu kami harus tampil lebih baik (dari Barcelona) dan bermain seperti biasanya. Apabila Anda memberi kesempatan Messi dan Suarez untuk menguasai bola, maka Anda yang akan menderita,” kata Solskjaer seperti dilansir situs UEFA.