Pelajaran untuk Roma: Jangan Gegabah, Jangan Buang-buang Peluang

21 Oktober 2018 6:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Eusebio Di Francesco di laga AS Roma melawan SPAL. (Foto: Alberto PIZZOLI / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Eusebio Di Francesco di laga AS Roma melawan SPAL. (Foto: Alberto PIZZOLI / AFP)
ADVERTISEMENT
Laga pekan kesembilan Serie A 2018/19 melahirkan murka bagi Eusebio Di Francesco. Berlaga di rumah sendiri, Stadion Olimpico, pada Sabtu (20/10/2018), AS Roma kalah 0-2 dari SPAL. Gol pertama yang membawa SPAL unggul lahir berkat sepakan penalti Andrea Petagna. Lantas, keunggulan itu makin sempurna lewat gol sundulan Kevin Bonifazi di babak kedua.
ADVERTISEMENT
Roma tampil menggila di sepanjang pertandingan. Ini bukan hanya soal penguasaan bola yang mencapai 62,7%, tapi juga perkara agresivitas serangan yang dibuktikan dengan 18 upaya tembakan dengan 8 di antaranya mengarah ke gawang. Bandingkan dengan 6 upaya tembakan SPAL.
Yang menjadi persoalan, Roma hanya unggul kuantitas, tapi terjerembap soal kualitas. Buktinya, 5 dari 6 upaya tembakan SPAL itu tepat sasaran dan 2 berbuah gol, termasuk gol penalti tadi.
Bahkan di sepanjang babak pertama, hanya 2 upaya tembakan yang berhasil dibukukan oleh SPAL. Satu di antaranya mengarah sasaran, tapi itu pun berupa tendangan penalti Petagna yang berujung gol itu. Artinya, seandainya Luca Pellegrini tak membuat pelanggaran di kotak terlarang, tidak ada tembakan tepat sasaran yang dibuat SPAL sebelum turun minum.
ADVERTISEMENT
Fakta inilah yang membuat Di Francesco berang. Di matanya, yang menjadi persoalan bukan sekadar kekalahan di hadapan para pendukung sendiri, tapi kecenderungan Roma membuang-buang peluang emas. Singkat kata, efektivitas menjadi kealpaan yang memantik amarah sang pelatih.
"Saya gembira dengan apa yang kami lakukan di sepanjang babak pertama, tapi penalti itu mengubah segalanya. Sebelum tendangan penalti itu, SPAL tidak memiliki satu tembakan ke arah gawang, tak satupun. Luca Pellegrini sebenarnya merupakan pemain berkualitas, tapi ia bertindak naif di situasi itu," jelas Di Francesco dalam wawancara seusai laga, dilansir Football Italia.
"Hanya, sebenarnya saya juga tidak yakin apakah ia benar-benar membuat kontak dengan Manuel Lazzari (pemain SPAL -red). Di mata saya, ia (Lazzari) jatuh dengan mudah, malah kelewat mudah."
ADVERTISEMENT
"Di sepanjang upaya kami mengejar ketertinggalan 0-1 itu, kami terlalu fanatik dan gegabah. Bahkan, saat lawan hanya bermain dengan 10 pemain, kami tidak menyadari apa yang seharusnya menjadi keunggulan tim dan membuang-buang peluang dengan sikap kami di atas lapangan."
"Saya cukup marah karena saya sudah berkali-kali berkata kepada mereka, jangan membuang-buang peluang terus. Toh, kami mengendalikan keseluruhan laga dan memang tidak ada gunanya membuang peluang," ucap Di Francesco.
Vanja Milikovic-Savic vs Edin Dzeko. (Foto: Alberto PIZZOLI / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Vanja Milikovic-Savic vs Edin Dzeko. (Foto: Alberto PIZZOLI / AFP)
Di antara semua pemain Roma, Edin Dzeko tampil sebagai pemain yang paling sering menebar ancaman di area pertahanan lawan lewat 5 tembakan tepat sasarannya. Agresivitasnya ini tidak terlepas dari suplai bola memadai dari sisi sayap.
Adalah Steven Nzonzi yang begitu giat berkontribusi lewat bangunan-bangunan serangannya yang ditandai dengan 82 umpan sukses yang ia torehkan. Catatan pemain asal Prancis ini membuatnya sebagai sosok yang paling banyak mengirimkan umpan sukses di sepanjang laga.
ADVERTISEMENT
Namun, segala 'kemudahan' yang diterima Dzeko gagal berujung gol. Yang menjadi ironi, Dzeko empat kali kehilangan bola di sepanjang laga. Catatan ini membuatnya menjadi pemain Roma yang paling sering kehilangan bola.
Bila ditanya soal putusnya serangan Roma, maka pressing pemain-pemain SPAL yang menjadi jawabannya. Total, mereka membukukan 16 tekel sukses, 27 sapuan, dan 20 intersep. Itu belum ditambah dengan gemilangnya penampilan penjaga gawang SPAL, Vanja Milinkovic-Savik, yang menyegel catatan enam aksi penyelamatan.
Andrea Petagna merayakan gol ke gawang AS Roma. (Foto: Alberto PIZZOLI / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Andrea Petagna merayakan gol ke gawang AS Roma. (Foto: Alberto PIZZOLI / AFP)
Lucunya, ironi tak hanya menjadi milik Roma dan Dzeko, tapi juga menjadi kawan SPAL dan Milinkovic-Savik. Pada menit 74, sang penjaga gawang diusir keluar oleh wasit akibat mengemas kartu kuning kedua.
Kabar buruk bagi suporter tuan rumah, Alfred Gomis yang menjadi kiper pengganti juga berhasil menampilkan permainan brilian lewat keberhasilannya mengamankan gawang dengan dua aksi penyelamatannya. Alhasil, Roma gagal memecah kebuntuan hingga akhir laga.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak pantas kebobolan. Tapi, persoalan dasarnya adalah bagaimana respons kami saat tertinggal. Kami justru kesulitan dan membuat segalanya berjalan lebih mudah bagi lawan. Seharusnya kami meningkatkan kualitas permainan, bahkan setelah Edin Dzeko memiliki sejumlah peluang usai SPAL membukukan gol keduanya," jelas mantan pelatih Sassuolo itu.
"Dzeko memiliki banyak peluang emas, tapi ia gagal memanfaatkannya. Walaupun di pertandingan sebelumnya ia kerap menjadi penyelamat kami lewat gol-golnya, kami seharusnya tidak membebankan tugas mencetak gol hanya kepadanya," pungkas Di Francesco.