PSSI Tetapkan Pengganti Bima Sakti Paling Lambat 20 Januari 2019

26 November 2018 8:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pelatih Indonesia, Bima Sakti, saat sesi latihan Timnas Indonesia jelang hadapi Filipina di Stadion Madya, Senayan, Jakarta Pusat.  (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatih Indonesia, Bima Sakti, saat sesi latihan Timnas Indonesia jelang hadapi Filipina di Stadion Madya, Senayan, Jakarta Pusat. (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
ADVERTISEMENT
Hampir dipastikan kiprah Bima Sakti sebagai pelatih Timnas Indonesia tak berlanjut seiring kegagalan menembus semifinal Piala AFF 2018. Yang menjadi pertanyaan sekarang: Siapa penggantinya dan kapan PSSI menetapkan sang suksesor?
ADVERTISEMENT
Dua pertanyaan tersebut sempat dialamatkan kepada Wakil Ketua Umum Joko Driyono setelah Timnas Indonesia melakoni laga pamungkas di Grup B Piala AFF 2018. Minggu (25/11/2018) malam WIB, Hansamu Yama dan kolega cuma bermain imbang 0-0 dengan Filipina.
Joko sendiri tak bisa memastikan nama karena pengambilan keputusan di PSSI merupakan wewenang Komite Eksekutif (Exco) yang terdiri dari 12 anggota. Satu yang pasti, pembahasan pelatih Timnas Indonesia bakal masuk agenda di Kongres PSSI pada 20 Januari 2019.
"Tidak bisa dijawab sekarang. Paling cepat 20 Desember. Tenggatnya 20 Januari paling tidak sudah menunjuk pelatih semua level," tutur Joko kepada pewarta berita.
Plt Ketua Umum PSSI Joko Driyono (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Plt Ketua Umum PSSI Joko Driyono (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
Keputusan Exco nanti bakal mengacu agenda apa saja yang dilakoni Timnas Indonesia pada 2019. Maka itu, Joko membuka kemungkinan untuk memilih skenario berbeda dari dua tahun ke belakang, ketika PSSI mengontrak Luis Milla sebagai pelatih Timnas Indonesia di level senior sekaligus tingkat U-22.
ADVERTISEMENT
Sejak 2017, PSSI mengontrak Luis Milla tak cuma sebagai pelatih Timnas Indonesia di level senior, tetapi juga tingkat U-22 yang mentas di SEA Games 2017 dan Asian Games 2018. Alasannya waktu itu, para pemain di level senior hanya memiliki Piala AFF 2018 sebagai agenda tunggal.
"Seperti diketahui, agenda tahun ini banyak, ada Piala Dunia dan Asian Games di mana kami jadi tuan rumah. Pada 2019, tak ada event di Indonesia. Tentu itu jadi bahan pertimbangan ideal. U-22 juga beda dengan Asian Games, AFF tahun depan tak ada yang senior seperti 2018," katanya.
Sementara dari kubu Exco, Gusti Randa sebagai salah satu anggota mengamini rencana rapat evaluasi yang diutarakan Joko. Namun, sosok 53 tahun ini bertutur lebih tegas menyoal kursi pelatih Timnas Indonesia. Bagi Gusti, kegagalan di Piala AFF 2018 menjadi alasan kuat untuk melengserkan Bima dari jabatan pelatih.
ADVERTISEMENT
Suporter Indonesia saat pertandingan melawan Filipina di AFF Suzuki Cup 2018. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter Indonesia saat pertandingan melawan Filipina di AFF Suzuki Cup 2018. (Foto: Helmi Afandi/kumparan)
"Evaluasi bermuara pergantian pelatih? Saya kira katakan iya. Tak sampai di situ, siapa penggantinya? Tentu harus lihat program tahun depan. Lalu apa saja kalendar FIFA minimal matchday soal peringkat. Ini akan kami pertimbangkan," ucap Gusti.
Nah, untuk sosok suksesor Bima nanti, Exco akan coba bersikap realistis. Tak lagi merekrut pelatih kelas dunia yang tentunya menguras anggaran, tetapi berakhir dengan kontroversi macam penunggakan gaji dan kegagalan pembaruan kontrak.
Menurut Gusti, PSSI lebih baik mengedepankan kontinuitas. Jangan sampai pelatih diproyeksikan untuk satu atau dua turnamen saja, seperti Milla yang hanya memiliki SEA Games 2017 dan Asian Games 2018 sebagai agenda dalam durasi satu setengah tahun kontraknya.
"Kalau bisa panjang. Ya, kami dapat pelajaran penting dari kasus Milla," ujar Gusti.
ADVERTISEMENT