Revolusi Senyap AC Milan

25 Agustus 2019 15:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Milan merayakan gol pada laga pramusim. Foto: Geoff Caddick/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Milan merayakan gol pada laga pramusim. Foto: Geoff Caddick/AFP
ADVERTISEMENT
Kapan trofi juara Serie A mampir ke AC Milan? Pada 2011 alias delapan tahun lalu. Lalu, kapan terakhir kali Milan mendapatkan sebuah trofi? Pada 2016, ketika mereka menjuarai Supercoppa Italia. Bersama trofi Supercoppa Italia 2011, cuma tiga gelar itu yang mampir ke kabinet Milan dalam satu dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
Untuk ukuran kesebelasan yang begitu membanggakan nama besar, torehan tersebut tentu saja terbilang medioker. Ini adalah Milan yang pernah menggembar-gemborkan bahwa mereka memiliki 'DNA Liga Champions', merujuk pada 7 gelar juara Liga Champions mereka. Singkat kata, Milan ingin berkata mereka tidak sekadar "gede nama" di Italia saja, tetapi juga di Eropa.
Namun, Milan terseok-seok karena salah urus. Perpindahan kepemilikan dari Silvio Berlusconi ke Li Yonghong pada 2017 menjadi salah satu episode dari saga buruk bernama salah urus itu. Kepemilikan Li terbukti bermasalah sebelum akhirnya Elliott Management mengambil alih mayoritas saham (sebesar 99,93%) pada Juli 2018.
Milan pernah menggelontorkan banyak uang untuk membeli pemain-pemain yang ujung-ujungnya flop. Cara mereka melakukan transfer pemain memperlihatkan ketiadaan rencana matang dan hitung-hitungan yang terukur. Imbasnya, kerusakan yang mereka dapat terlalu besar, performa tim di lapangan angin-anginan, dan untuk memperbaikinya butuh waktu yang tidak sebentar.
ADVERTISEMENT
Direktur Milan, Zvonimir Boban. Foto: Fabio Ferrari/AFP
Zvonimir Boban sadar akan hal itu. Eks bintang Milan ini rela meletakkan jabatannya di FIFA untuk kembali ke Rossoneri. Bersama mantan rekannya di lapangan, Paolo Maldini, mereka tengah bekerja untuk membenahi Milan. Namun, ya, itu tadi... Pembenahan tersebut tidak bisa cepat-cepat.
"Milan butuh waktu. (Milan bisa bangkit) dengan sederet pengambilan keputusan yang logis ketimbang keputusan-keputusan menggelegar yang tidak artinya seperti yang kita lihat pada beberapa tahun terakhir. Namun, kami akan kembali ke puncak," ujar Boban dengan yakin kepada Corriere della Sera.
Ya, bekerja dengan cermat. Itulah tujuan Boban. Pria asal Kroasia itu kini menjabat sebagai direktur Milan dengan didampingi Maldini, yang kini menjabat sebagai direktur teknik. Keduanya memilih untuk membangun tim dengan hati-hati, alih-alih menggelontorkan banyak uang untuk pemain yang sama sekali tidak cocok dengan kebutuhan tim.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak mau keputusan kami untuk tetap low profile disalahartikan dengan minimnya ambisi. Pemilik baru klub (Elliott Management) telah membawa stabilitas dan tujuan --kalau tidak begitu, tidak mungkin saya dan Paolo mau berada di sini-- bahwa Milan harus menjadi Milan yang sesungguhnya; Milan yang bisa menjadi protagonis lagi dan meraih kemenangan dengan sepak bola ofensif dan berkarakter."
"Bahkan, dalam periode rekonstruksi ini, dan ketika sedang berjalan di trek menuju tujuan yang ingin kami capai, tim ini tetap harus menghormati jersi Rossoneri yang agung itu," kata Boban.
Boban adalah salah satu gelandang serang terbaik yang pernah dimiliki Milan. Dalam sembilan musim kariernya bersama Milan, ia memenangi empat trofi Serie A dan satu trofi Liga Champions. Tidak heran apabila ia begitu menggebu-gebu untuk mengembalikan Milan ke puncak.
ADVERTISEMENT
Pembenahan yang dilakukan Boban dimulai dengan menunjuk Marco Giampaolo sebagai pelatih untuk musim ini. Penunjukan itu dilanjutkan dengan membeli pemain-pemain yang betul-betul dibutuhkan tim. Maka, datanglah Theo Hernandez, Rafael Leao, Ismael Bennacer, hingga Leo Duarte. Bukan nama-nama besar, memang, tetapi --menurut Boban dan Milan-- merekalah yang dibutuhkan saat ini.
Tentu saja, tidak ada garansi revolusi senyap ini bakal sukses. Entah berapa lama juga Boban bisa membangun Milan hingga menjadi sesuai impiannya. Yang jelas, becus atau tidaknya mereka yang tengah bekerja merevolusi Milan ini bakal mulai dimulai sejak laga pertama musim ini. Minggu (25/8/2019) malam WIB, Milan bakal memulai musim di Serie A 2019/20 dengan menghadapi Udinese di Friuli.