Sistem Permainan Prancis, Jawaban untuk Maksimalkan Pogba di United?
ADVERTISEMENT
Setiap pemain, siapapun itu, kerap memiliki masalah dengan sistem permainan yang dianut di tempat dia bermain, entah itu klub maupun Tim Nasional (Timnas). Paul Pogba juga mengalami hal ini.
ADVERTISEMENT
Selama dua musim membela Manchester United , Pogba kerap menerima kritik. Penampilannya yang dianggap naik-turun, serta tidak sesuai dengan ekspektasi 100 juta euro (mahar yang dibayar United untuk mengangkutnya dari Juventus), membuat namanya kerap menjadi sorotan. Meski sudah menyumbang dua trofi untuk United (Piala Liga dan Liga Europa), Pogba dianggap belum tampil seperti seharusnya.
Publik kerap membandingkan penampilan Pogba ketika dia masih berseragam Juventus dengan penampilannya di United. Ketika di Juventus sosok Pogba mampu tampil sensasional. Di United, seolah ada beban yang menghinggapi pemain berusia 25 tahun tersebut. Kerap ada momen ketika Pogba tampil apik, tapi, ada juga momen ketika Pogba tampil menukik.
Meski tampil naik-turun, pada akhirnya Pogba tetap menjadi bagian dari Tim Nasional (Timnas) Prancis di ajang Piala Dunia 2018 . Dalam ajang tersebut, Pogba mampu tampil luar biasa, dan sukses mengantarkan Prancis menjadi juara Piala Dunia. Pujian mengalir untuknya, termasuk dari rekan setimnya sendiri, Adil Rami.
ADVERTISEMENT
"Saya bisa bilang bahwa Paul Pogba--meski saya tidak tahu bagaimana, dan saya tidak tahu dari mana asalnya--sudah menjadi pemimpin kami," ujar Rami dilansir Bleacher Report.
Mengapa Pogba, yang tampil melempem di klub, mampu tampil luar biasa bersama Timnas Prancis?
Prancis yang Membebaskan Pogba
Dalam sebuah laga persahabatan melawan Timnas Rusia jelang Piala Dunia 2018, Deschamps sudah menemukan formula untuk memaksimalkan kemampuan Pogba. Selain mengubah formasi dasar 4-2-3-1 menjadi 4-3-3, Deschamps memberikan satu peran yang sukses dijalankan oleh Pogba: kebebasan di lini tengah .
Dengan skema ini, Deschamps tidak mewajibkan Pogba untuk bertahan, karena tugas bertahan diserahkan kepada pemain tengah lain seperti N'Golo Kante. Pogba hanya diberikan kebebasan, baik itu untuk membantu serangan maupun membantu pertahanan. Pada laga melawan Rusia tersebut, skema ini berhasil dan membuat kreativitas serta dinamisme Pogba terasa di lini tengah.
ADVERTISEMENT
Terinspirasi dari laga tersebut, Deschamps menggunakan skema dan taktik yang sama pada hampir seluruh pertandingan Piala Dunia 2018. Memang dalam susunan formasi dasar, tampak Deschamps masih kerap menggunakan formasi dasar 4-2-3-1. Pada praktiknya, para pemain sudah sadar akan perannya masing-masing dalam laga tersebut, termasuk Pogba.
Berkat kesadaran akan masing-masing peran ini, Prancis dapat bermain lebih fleksibel. Ada kalanya mereka dapat menekan lawan sebagai satu unit, ada juga masanya mereka bisa bertahan sedemikian rapi. Di dalam dua permainan itulah (menekan dan bertahan), terselip peran maksimal dari seorang Pogba. Seperti kata Rami, tanpa terasa, dia sudah menjadi pemimpin Timnas Prancis.
Dia memang kerap dipasang sebagai gelandang poros bersama N'Golo Kante. Kehadirannya juga tak seterasa Antoine Griezmann maupun Kylian Mbappe yang acap menyumbang gol di lini depan. Namun, dari dalam lini tengah, dia mengatur jalannya permainan Prancis. Berkat kebebasan yang diberikan, dia mampu menjadi playmaker dari Timnas Prancis.
ADVERTISEMENT
Bersama Kante dan Matuidi, dia berbagi peran. Pogba tahu kapan dia harus membantu pertahanan, dan dia juga sadar kapan harus membantu serangan. Penampilan apik Pogba selama ajang Piala Dunia 2018, puncaknya, terangkum dalam penampilannya di partai final Piala Dunia 2018 . Saat Kante dan Matuidi tidak tampil maksimal, Pogba muncul ke permukaan.
Ketika menyerang, dia dapat membantu para pemain depan Prancis lewat catatan 2 kali tembakan (1 mengarah ke gawang dan menjadi gol), 1 umpan kunci, dan 2 kali usaha dribel. Saat bertahan, dia dapat membantu Kante yang kerepotan dengan mencatatkan 4 kali usaha tekel dan 2 kali usaha intersep. Penampilan apik Pogba ini yang membuat lini tengah Prancis tetap hidup dalam partai final tersebut.
ADVERTISEMENT
Kuncinya, tidak hanya soal perubahan skema yang dilakukan oleh Deschamps, melainkan pemberian peran yang lebih bebas. Dengan peran yang lebih bebas, tidak terpatok untuk bertahan atau menyerang saja, Pogba dapat mengeluarkan kreativitasnya dalam menyerang, sekaligus sesekali membantu pertahanan jika diperlukan.
Akankah Manchester United Terinspirasi Hal Ini?
Beberapa waktu lalu, Paul Scholes pernah mengungkapkan bahwa Paul Pogba tidak nyaman bermain di Manchester United . Ini tak lepas dari Jose Mourinho yang dianggap salah memberikan peran kepada Pogba. Di United, dia kerap dijadikan poros ganda. Hal ini membatasi kemampuannya.
Melihat penampilan Pogba yang apik di Prancis, setidaknya hal ini dapat menjadi rujukan tersendiri bagi Mourinho. Dia bisa belajar dari Deschamps, bagaimana caranya memaksimalkan kemampuan Pogba sehingga dapat memberikan kontribusi maksimal untuk Manchester United.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan materi pemain yang ada sekarang di kubu United, tampaknya akan sulit bagi Mourinho menerapkan skema yang cocok untuk memaksimalkan kemampuan Pogba. Keberadaan pemain kreatif lain macam Alexis Sanchez maupun Juan Mata membuatnya harus berbagi kreativitas. Jika Pogba menjadi poros ganda, dengan siapapun itu di tengah, hal tersebut juga dapat membatasi permainannya.
Pada akhirnya, jika Mourinho memang ingin memaksimalkan kemampuan Pogba, dia harus menciptakan suasana yang mendukung untuknya. Pogba harus diberikan kebebasan untuk berkreasi, dan tidak dibatasi oleh skema-skema yang pada akhirnya menghambat kemampuannya sendiri. Inilah yang diberikan Deschamps, tapi belum diberikan Mourinho. Di bawah asuhan Mourinho, Pogba masih harus berbagi peran dengan pemain lain.
Jika tetap tidak mampu memaksimalkan kemampuan Pogba, bersiaplah melihat Pogba pergi, dan bersiap juga jika akhirnya United akan kembali melihat Pogba bersinar bersama tim lain.
ADVERTISEMENT