Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kopi Lelet, Tradisi Menyesap Kopi Sambil Membatik Rokok di Lasem
14 September 2018 17:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Sore itu, sebuah warung kopi di ujung jalan tampak dipenuhi pengunjung, yang didominasi oleh pria paruh baya. Pemandangan menarik terlihat dari cara mereka menikmati kopi, alih-alilh meneguknya dari cangkir, mereka justru menuangnya terlebih dahulu ke alas cangkir, baru menyesapnya perlahan.
ADVERTISEMENT
Salah seorang dari mereka mengeluarkan sebatang rokok, lalu mengetuk-ketukkannya sebentar di meja. Anehnya, bukannya menyalakan pemantik api dan mengisapnya, ia justru mengambil tusuk gigi dan mencocolkan ujungnya ke cairan kopi di alas cangkir yang tinggal tersisa ampasnya saja. Dengan penuh ketelitian, ia goreskan tusuk gigi ke sekeliling permukaan rokok, membentuk sebuah gambar--entah apa itu, hanya ia yang tahu.
Tak lama setelah 'karya seni'-nya jadi, barulah ia nyalakan api dan mengisap rokok yang telah selesai ia lukis, menghasilkan kepulan-kepulan asap.
Pemandangan unik itu dapat kita temukan dengan mudah di sebuah kota kecil di jalur Pantai Utara Jawa, tepatnya di Kabupaten Lasem, Jawa Tengah. Ya, kota yang menjadi salah satu pusat perkembangan imigran Tiongkok di Indonesia itu memang begitu kental budayanya.
ADVERTISEMENT
Salah satu warisan kuliner yang hingga kini masih dilestarikan sebagai tradisi di Kabupaten Lasem adalah Kopi Lelet. Sekilas, sajian ini tampak seperti kopi tubruk pada umumnya, dengan warna hitam pekat. Namun, bukan sajian minumannya yang menjadikannya begitu unik dan menarik, namun cara menikmatinya.
Ya, tak seperti kopi pada umumnya yang diminum langsung dari cangkirnya, Kopi Lelet justru dinikmati dengan cara dituang di atas alas cangkir atau lepek, lalu disesap hingga habis. Dan, bukannya dibuang, ampas yang tersisa di atas lepek justru dimanfaatkan sebagai cat lukis untuk menghasilkan goresan-goresan indah pada batang rokok, layaknya melukis motif batik pada kain.
Keduanya--minum kopi dan membatik rokok--memang menjadi sebuah elemen utuh yang tak boleh dipisahkan dalam menikmati sajian Kopi Lelet, atau dalam bahasa Jawa, nglelet. Menurut Riyanto, salah seorang tour guide di Lasem, kegiatan nglelet ini telah menjadi kebiasaan sedari dulu yang dilakukan oleh orang-orang tua usai beraktivitas. Mereka kerap menghiasi batang rokok yang akan mereka isap dengan ampas sisa kopi.
ADVERTISEMENT
Katanya, aroma dari rokok akan semakin mantap setelah dioles dengan ampas kopi . Ada juga yang mengatakan, batang rokok tersebut akan lebih awet dan lebih lama dihisap usai dilukis.
"Sensasi Kopi Lelet ini justru terletak pada nglelet (membubuhkan ampas kopi pada batang rokok)-nya, bukan untuk menikmati rasa dari kopi," tutur Riyanto saat dihubungi kumparanFOOD pada Kamis (13/9).
Bubuk kopi yang telah diseduh air panas diaduk hingga rata, kemudian didiamkan selama dua hingga tiga menit sampai ampasnya mengendap, baru dituangkan ke atas lepek. Setelah agak dingin, barulah cairan kopi tersebut disesap perlahan, hingga ampasnya terlihat.
Nah, untuk mendapatkan konsistensi kekentalan ampas yang pas, biasanya masyarakat Lasem juga mencampurnya dengan gula Jawa dan susu kental manis, lalu mengaduknya hingga lembut dan rata. Selain itu, mereka juga kerap menempelkan tisu untuk menyerap air yang tersisa pada ampas kopi.
ADVERTISEMENT
'Kuas' yang digunakan untuk membatik rokok pun beragam, ada yang menggunakan tusuk gigi atau korek api yang telah digosok ujungnya sampai runcing, atau memakai benang yang telah dilipat sebanyak tiga kali, lalu dicelupkan ke dalam ampas hingga berwarna hitam, baru diputarkan ke seluruh permukaan batang rokok. Motifnya tak harus nyeni, yang penting sesuai dengan keinginan kita.
Tak kalah istimewa dengan cara menikmatinya, ternyata bubuk kopi yang digunakan juga telah melalui proses penggilingan lebih dari satu kali, sehingga menghasilkan tekstur yang benar-benar halus. Biasanya, biji kopi yang digunakan adalah jenis Robusta yang didatangkan dari daerah lain seperti Pati, Ungaran, Salatiga, hingga provinsi Jawa Timur.
Sensasi membatik rokok itu tetap dapat dirasakan tanpa menghisap asapnya. Kesenangan dalam meluapkan imajinasi lewat karya lukis sederhana di media tak biasa tersebut membuat tradisi nglelet patut untuk dicoba, apalagi bila sedang bertandang ke Kabupaten Lasem, sembari menikmati suasana Hindia-Tionghia tempo dulu nan kental.
ADVERTISEMENT