Mengapa Kue Jahe Selalu Disajikan saat Natal?

24 Desember 2018 11:08 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
kue jahe (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
kue jahe (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Hari Natal tak hanya menjadi hari raya yang dirayakan oleh umat Kristiani di seluruh dunia, namun juga identik dengan berbagai kudapan manis nan menggiurkan. Maklum saja, kuliner memang tak bisa lepas dari perayaan apapun, apalagi jamuan makan bersama juga menjadi sebuah tradisi yang dilakukan saat merayakan Natal.
ADVERTISEMENT
Salah satu makanan yang sangat lekat dengan Natal adalah kue jahe, atau gingerbread. Sesuai dengan namanya, kue kering yang populer di Eropa ini dibuat dengan campuran jahe dan kayu manis, memberi kehangatan bagi tubuh di tengah musim dingin.
Kue bercita rasa rempah ini menjadi hidangan spesial yang lebih sering disajikan saat Natal tiba ketimbang di hari biasa. Bagaimana awal mula munculnya kue jahe yang kemudian jadi hidangan khas Natal?
Kue jahe sendiri pertama kali diperkenalkan di Eropa bagian barat oleh para prajurit perang yang kembali dari Mediterania bagian timur. Setelahnya, kudapan ini langsung menjadi favorit di berbagai festival dan perayaan pada abad pertengahan di Eropa.
Dilansir Smithsonian, pada awalnya kue jahe memiliki bentuk menyerupai bunga, burung, hewan, atau bahkan baju baja. Tak hanya itu, kue jahe juga sering diberikan untuk ksatria favoritnya yang sedang bertanding, sebagai simbol keberuntungan.
ADVERTISEMENT
Penyajian kue jahe sebagai hidangan spesial di acara keagamaan sejatinya dimulai pada tahun 992, saat pendeta Armenia membawanya ke Eropa. Pada masa ini, adonan kue jahe dibentuk menyerupai roh suci dan karakter keagamaan lainnya.
Kreasi rumah kue jahe ala Hansel and Gretel. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Kreasi rumah kue jahe ala Hansel and Gretel. (Foto: Pixabay)
Setelahnya, penggunaan kue jahe untuk tujuan keagamaan terus berlanjut sepanjang abad ke-17, hingga akhirnya sajian ini menjadi makanan yang dikaitkan dengan perayaan Natal. Dikutip dari Epicure and Culture, kreasi makanan berbentuk tokoh-tokoh suci keagamaan tersebut dianggap sebagai sesuatu yang krusial sehingga pihak kerajaan Eropa pada waktu itu hanya mengizinkan pembuatan kue jahe dilakukan oleh para koki khusus yang telah diberi pelatihan.
Sedangkan, orang-orang awam hanya diperbolehkan untuk membuat kue jahe saat Natal dan Paskah saja. Semenjak itulah, kue jahe menjadi hidangan yang identik dengan Natal.
ADVERTISEMENT
Bentuknya sendiri telah mengalami perubahan. Bila sebelumnya bentuknya dibuat hanya menyerupai tanaman atau hewan saja, kue jahe berbentuk rumah, atau gingerbread house mulai populer sejak kemunculan dongeng Hansel and Gretel. Meskipun, beberapa sumber juga masih meragukan apakah rumah kue jahe itu yang menginspirasi terciptanya dongeng tersebut, atau sebaliknya.
Sedangkan, kue jahe berbentuk seperti manusia yang sangat ikonik pertama kali diciptakan oleh Ratu Elizabeth I di Inggris, tepatnya pda abad ke-15. Konon, beliau ingin menyajikan hidangan yang menyerupai karikatur para tamu undangannya. Melansir Time, kue jahe berbentuk manusia juga dipercaya sebagai ‘obat cinta’ yang kerap dipesan oleh para wanita dari penyihir atau tabib di masa itu. Bila mereka berhasil membuat lelaki idamannya menyantap kue itu, niscaya pria tersebut akan langsung jatuh cinta kepadanya.
ADVERTISEMENT