Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Beban Sosial yang Berat untuk Zayn Malik, Popstar Muslim Bertato
9 Juni 2017 11:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Zayn Malik. Dari namanya, mungkin banyak yang bisa menduga identitas kepercayaan dan latar belakang dia. Maka ketika lelaki kelahiran 12 Januari 1993 itu menjadi salah satu wajah yang mengisi boyband One Direction, Zayn mendapat sorotan cukup tinggi, termasuk bagi mereka-mereka yang sering mengkritik Islam.
ADVERTISEMENT
Tak sedikit media Barat lebih suka membahas tentang kepercayaan Zayn daripada musiknya. Pada 2012, blogger Amerika sayap kanan, Debbie Schlussel menuduh Zayn ‘boyband jihad’ dan ‘pimping Islam’ karena satu-satunya alasan dia dipilih masuk One Direction adalah ‘Islam menjual di Inggris’, sehingga menjadikan Zayn wajah muslim dari boyband tersebut.
Di tahun yang sama, Zayn di-bully netizen dengan ucapan penuh kebencian serta rasisme. Efeknya? Zayn menutup sementara akun Twitter-nya. Belum cukup sampai di situ, pada 2013 rapper Amerika Rucka Rucka Ali merilis lagu Zayn Did 9/11 dengan cover artistik menampilkan siluet Zayn Malik di depan gambar terbakarnya menara kembar. Lirik lagu tersebut juga menyalahkan Zayn atas serangan 11 September. Jangan lupakan juga ancaman pembunuhan terhadap Zayn—yang saat itu belum genap 20 tahun—setelah berkicau #FreePalestine.
ADVERTISEMENT
[Baca juga: Zayn Malik Menyesal Duet dengan Taylor Swift ]
Waktu berlalu. Luka juga sembuh secara perlahan. Zayn Malik tentu belajar banyak dari serangan-serangan agresif nan rasial yang diterimanya. Dia juga paham karena serangan tak akan berhenti di situ.
Dengan identitas dan pilihan karier serta gaya hidupnya, Zayn Malik seperti berada di daerah abu-abu. Zayn dibenci sebagian orang karena beragama Islam, sementara sebagian kaum muslim tak suka menjadikannya simbol identitas Islam.
“Zayn Malik mungkin tidak makan daging babi. Tetapi dia merajah tubuhnya, juga menggunakan piercing dan gaya hidup bebas!”
“Apakah dalam Alquran dibolehkan seorang muslim menjadi popstar? Apalagi membuat video klip seperti ‘Pillowtalk’ yang sensual itu!”
Ribuan pertanyaan serupa sering didapatkan Zayn Malik. Tapi dia memilih untuk tak terlalu terbuka untuk berbicara mengenai keyakinannya sebagai muslim karena satu alasan: takut orang lain merasa tersinggung.
ADVERTISEMENT
“Mungkin ada waktunya di mana aku merasa harus berbicara tentang topik tertentu dan aku sudah cukup berpendidikan dan memiliki informasi tepat sebelum aku membuat pernyataaan yang tidak membuat orang lain tersinggung,” kata Zayn kepada majalah Complex.
[Baca juga: Bella Hadid: Aku Bangga Menjadi Seorang Muslim]
“Tapi zaman sekarang, sangat sulit membuat pernyataan yang tidak membuat orang lain merasa tersinggung. Aku tak ingin melempar batu di sungai yang sudah mendidih.”
Selalu ada celah untuk mencari kesalahan apabila mengaitkan pilihan gaya hidup dengan identitas agama. Di usianya yang masih belia itu, Zayn Malik memikul beban sosial yang berat.
Penyanyi berdarah Pakistan ini keluar dari One Direction setelah 4 tahun kesuksesan. Zayn mengaku bahwa dia sering menentang aturan ketat dalam boyband tersebut tentang bagaimana mereka harus terlihat di depan publik.
ADVERTISEMENT
“Terutama soal jenggotku (dan juga kumis). Aku tak boleh memeliharanya. Akhirnya ketika aku semakin dewasa, aku menentang itu dan memutuskan untuk tetap seperti itu. (Larangan) Itu hanya karena aku terlihat lebih tua dari anggota lainnya.”
Selain itu, One Direction membuat Zayn merasa tak bebas menunjukkan identitasnya dalam bermusik.