Cerita Hannah Al Rashid saat Jadi Atlet Pencak Silat di Inggris

29 Agustus 2018 14:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hannah Al Rashid melakukan jumpa pers di Jakarta, Kamis (9/8). (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Hannah Al Rashid melakukan jumpa pers di Jakarta, Kamis (9/8). (Foto: Munady Widjaja)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebelum terjun ke dunia seni peran, artis Hannah Al Rashid pernah menjadi seorang atlet pencak silat. Perempuan yang kini berusia 32 tahun itu menjadi atlet ketika masih menetap di Inggris.
ADVERTISEMENT
Pencak silat rupanya sudah mengalir di diri Hannah dari sejak kecil. Bakatnya terhadap pencak silat diperoleh dari sang ayah. Tak cuma Hannah, bakat tersebut juga dimiliki oleh kakaknya.
“Kakak saya yang pertama buka kelas pencak silat di Inggris tahun 70-an. Jadi, bapak saya yang bawa dari kampungnya. Nama perguruannya Silat Bugis Makassar. Dibawa waktu merantau, sampai bikin federasi pencak silat se-Inggris,” kata Hannah saat dihubungi kumparan, Rabu (29/8).
Ketika kecil, pemain film ‘Buffalo Boys’ ini sering melihat saat ayahnya mengajar pencak silat. “Dari kecil, silat sudah kayak semacam warisan keluarga, karena memang bapak yang mengajar,” ucap Hannah Al Rashid.
Dari sekedar memerhatikan, perempuan kelahiran London, Inggris ini akhirnya tertarik untuk mendalami pencak silat. Dia jatuh hati terhadap pencak silat tak terlepas dari pengaruh ayahnya. Setelah itu, Hannah mulai aktif untuk latihan pencak silat.
ADVERTISEMENT
“Mungkin karena melihat bapak saya sendiri yang ngajar, kalau zaman dulu 'kan sering, nonton kayak Jackie Chen, Bruce Lee. Jadi kalau lihat bapak melakukan pencak atau fighting gitu rasanya bapak saya sendiri kayak superhero gitu, kok bapak bisa gini. Saya dari kecil ikutin, lihat dan di umur 15 tahun saya baru serius latihan,” tutur Hannah.
Setelah latihan terus menerus, Hannah akhirnya menjadi atlet pencak silat. Dia mengikuti kejuaraan. Usianya saat itu masih 15 tahun.
“Sebenarnya bolehnya di umur 16 tahun, tapi karena saya 15 tahun 11 bulan, akhirnya dibolehin,” ujar Hannah.
Pertama kali, Hannah mengikuti kejuaran World Championship di Penang, Malaysia, pada tahun 2002. Di situ, dia ikut serta dalam kategori seni regu.
ADVERTISEMENT
Pengalaman perdana Hannah mengikuti kejuaraan ternyata tidak begitu menyenangkan. Dia bersama rekan-rekannya gagal meraih kemenangan.
“Pengalaman pertama dan sebenarnya di kejuaran itu mendapat nilai yang paling buruk dari seluruh peserta,” ucap Hannah.
Hannah Al Rasyid. (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Hannah Al Rasyid. (Foto: Munady Widjaja)
Namun, Hannah mengatakan hal itu tak membuatnya patah semangat. Dia terus berlatih. Hingga akhirnya, Hannah mampu meraih kesuksesan.
“Jadi saya latihan keras banget tahun berikutnya, saya dapat emas di kejuaraan Eropa untuk jurus tunggal. Itu tahun 2003 di Hamburg, Jerman,” ucap Hannah.
Menurut Hannah, bukan pengalaman mudah bagi dia dan atlet-atlet lainnya untuk mengikuti kejuaran. Mereka harus mencari dana sendiri untuk berangkat. Dia mengatakan kala itu atlet tidak mendapat sponsor dari pemerintah.
"Kami kalau mau ikut kejuaraan harus ngumpulin uang sendiri untuk berangkat, bukan didanai. jadi kadang atlet di Eropa niatnya tuh jauh lebih dari atlet Asia, karena untuk kami, kami enggak dapat dukungan pemerintah, sponsor, jadi semuanya harus dari kami sendiri. Dari tim Inggris sendiri kadang kami ikut garage sale, jualin barang kami untuk ikut kejuaraan," tandas Hannah Al Rashid.
ADVERTISEMENT