One OK Rock Terlalu Nge-pop di Album 'Eye of the Storm'

18 Februari 2019 17:22 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Grup band Jepang, ONE OK ROCK Foto: PK Entertainment
zoom-in-whitePerbesar
Grup band Jepang, ONE OK ROCK Foto: PK Entertainment
ADVERTISEMENT
Konser Ed Sheeran di Jakarta pada Mei menghadirkan band pembuka yang spesial. Ialah One OK Rock, band asal Jepang yang sudah mendunia lewat sembilan album studio yang mereka miliki.
ADVERTISEMENT
Tenang saja, lagu-lagu One OK Rock tidak sepenuhnya menghadirkan lirik dengan bahasa ibu mereka. Seperti yang tertulis di atas, band beranggotakan Takahiro Moriuchi (vokalis), Toru Yamashita (gitaris), Ryota Kohama (bassist), dan Tomoya Kanki (drummer) ini sudah mendunia dan mengusung bahasa Inggris sebagai bahasa utama mereka.
Band One Ok Rock. Foto: Facebook/@ONE OK ROCK Myanmar
Mungkin, beberapa di antara kalian mengenal One OK Rock sebagai band beraliran alternative rock lewat album 'Jinsei×Boku=' atau 'Jinsei Kakete Boku wa' yang rilis tahun 2013. Mudahnya, lagu 'The Beginning' dan 'Clock Strikes' sudah menjelaskan isi dari album One OK Rock yang satu ini.
Atau, ada juga yang baru mengenal band ini lewat album 'Ambitions' yang rilis tahun 2017. Rock masih menjadi nyawa utama One OK Rock, namun diberi sentuhan pop rock sedikit seperti di lagu 'One Way Ticket' dan 'American Girls'. Paling tidak, lagu berjudul 'Listen' dan 'We Are' ada untuk membangkitkan sisi rocker pendengarnya.
Band One Ok Rock. Foto: Instagram/@oneokrockofficial
Dua album ini memiliki kesamaan, yakni melabeli One OK Rock sebagai 'Japanese-American rock band' yang menembus batas pasar musik J-rock di Negeri Sakura. Musik One OK Rock lebih universal karena dipengaruhi musik Linkin Park, Foo Fighters, Good Charlotte, dan The Used. Sekilas, ada beberapa sound yang mengingatkanmu pada musiknya Yellowcard.
ADVERTISEMENT
Selain itu, cara Taka melafalkan setiap kata dalam bahasa Inggris pun sangat fasih. Ya, terima kasih untuk Taka telah menjadi penulis lirik yang andal selama ini.
Tapi, tidak dengan album terbaru One OK Rock, 'Eye of the Storm'.
Entah apa yang ada di dalam pikiran One OK Rock ketika mengerjakan album ini. Pada Alternative Press, Taka mengatakan bahwa band-nya menantang dan mendorong diri mereka untuk mencoba hal-hal baru.
Di sisi lain, mereka tetap mempertahankan esensi One OK Rock sebagai band, yakni musik rock dengan lirik yang kerap menyampaikan suara dan masalah yang dialami anak-anak muda.
Taka benar. 13 lagu dalam album 'Eye of the Storm' memang masih bernapaskan rock. Tapi, Taka cs banyak bereksperimen di album ini, membuat 'Eye of the Storm' lebih cocok disebut sebagai album pop atau pop rock yang mengingatkanmu pada One Direction.
ADVERTISEMENT
'Eye of the Storm' dibuka dengan lagu berjudul sama. Sebuah pembukaan yang membuat orang-orang mengucapkan, "One OK Rock telah kembali, dengan musik yang lebih kompleks," dalam hati.
Masuk ke lagu kedua, 'Stand Out Fit In' yang merupakan single kedua dari 'Eye of the Storm', mungkin para penggemar One OK Rock akan terkejut. Begitu juga dengan lagu 'Head High' yang mengingatkanmu pada boyband dan 'Grow Old Die Young' yang terdengar seperti lagu 'Unconditionally' milik Katy Perry.
'Push Back', 'Wasted Nights', 'Change', dan 'Worst In Me' masih mengusung musik rock khas One OK Rock. Tapi, sentuhan pop-nya cukup kuat, terutama di lagu 'Wasted Nights'. Sentuhan pop terasa lebih kuat dan mendominasi di lagu 'Letting Go', 'Giants', dan 'Unforgettable', lengkap dengan sound-sound yang berasal dari synthesizer.
ADVERTISEMENT
'In the Stars' adalah lagu yang paling mencuri perhatian. Oh, no. No, no, no. Ini mengejutkan, karena saat mendengar lagu ini diputar, kau bisa membayangkan boyband seperi 98 Degrees atau A1 sedang mendekatkan wajah mereka ke kamera sambil membuka kedua tangan lebar-lebar.
Di lagu 'In the Stars', One OK Rock bernyanyi dengan Kiiara, perempuan yang pernah berkolaborasi dengan Linkin Park di lagu 'Heavy' yang rilis tahun 2017. Entah apa maksudnya, tapi cinta Taka pada suara Kiiara membuatnya ingin mengajak cewek berumur 23 tahun itu untuk bekerja sama.
"Dia hebat. Aku merekam suaraku dulu (untuk lagu 'In the Stars') dan mengirimkannya padanya. Ketika aku mendengar suaranya, itu keren sekali," ujar Taka pada Rock Sound.
ADVERTISEMENT
Album tersebut ditutup dengan lagu berjudul 'The Last Time'. Oke, lagu ini memukau karena Taka menghajar not tinggi dengan suaranya. Napas One OK Rock kembali terasa, seakan 'The Last Time' sengaja ditaruh sebagai lagu ke-13 untuk mengobati kekecewaan penggemar akan eksperimen Taka cs.
Band One Ok Rock. Foto: Instagram/@oneokrockofficial
Secara keseluruhan, 'Eye of the Storm' memang tidak sesuai dengan ekspektasi penggemar One OK Rock yang mencintai rock, punk rock, dan alternative rock. Eksperimen Taka cs membawa One OK Rock ke jalur musik yang baru, yakni pop rock dan membuat mereka terkesan 'bermain aman'. Ini sangat disayangkan, mengingat alternative rock membawa One OK Rock hingga di titik sekarang.
Tapi, mungkin juga alasan kenapa 'Eye of the Storm' tak lagi 'keras' juga bisa diakibatkan oleh pasar musik. Dan, tidak salah bagi One OK Rock untuk mengubah musik mereka dan agak sedikit keluar jalur, karena hal ini juga bisa memberikan inspirasi untuk album One OK Rock yang selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Eksperimen itu bagus. Mempertahankan esensi juga bagus. Tapi, menggabungkan keduanya tidaklah mudah. Kelihatannya, One OK Rock belum menemukan formula yang tepat untuk eksperimen terbarunya ini.