Hati-hati, Anemia Bisa Menyerang Anak Bahkan Bayi

25 Juli 2018 16:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bayi sakit (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bayi sakit (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Anemia tak hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga bisa menyerang anak bahkan bayi. Anemia adalah sebuah kondisi di mana jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan laporan Anemia Convention 2017, jumlah penderita anemia di Asia Tenggara dan Afrika mencapai 85 persen, di mana dari jumlah tersebut mayoritas penderitanya adalah perempuan dan anak. Selain itu sebanyak 202 juta perempuan di Asia dengan rentang usia 15-49 tahun juga tercatat menderita anemia. Sementara secara global, sebanyak 41,8 persen ibu hamil serta hampir 600 juta anak usia prasekolah dan usia sekolah menderita anemia.
Penyebab utama anemia adalah kurangnya zat besi di dalam tubuh. Ya, kekurangan zat besi di dalam tubuh tak boleh dianggap sepele. Zat besi memiliki banyak peran penting dalam tubuh, seperti: membantu mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui aliran darah, memengaruhi sistem kekebalan tubuh, serta membantu pembentukan selaput mirin pada sistem syaraf.
ADVERTISEMENT
Gejala anemia sendiri dapat ditandai dengan hilangnya selera makan, sulit fokus, penurunan sistem kekebalan tubuh, gangguan perilaku seperti 5L (lesu, lemah, letih, lelah, lunglai), wajah pucat, dan kunang-kunang.
Ilustrasi plasma darah (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi plasma darah (Foto: Pixabay)
Pada anak-anak, hal ini tentu dapat mengganggu tumbuh kembangnya. Mulai dari kemampuan motorik, bicara, memori, problem solving, dan kreativitas. Sayangnya, banyak orangtua yang sering kali tidak menyadari gejala anemia pada anak, sehingga terlambat menanganinya.
"Anemia Defisiensi Besi (ADB) merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak-anak. Komplikasi jangka panjang ADB dapat meliputi gangguan sistem kardiovaskular, sistem imun, gangguan perkembangan, psikomotor, serta kognitif. Anemia sendiri dapat disembuhkan, namun komplikasi yang timbul dapat bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki," papar dr Murti Andriastuti, Sp.A(K) selaku Ketua Satuan Tugas Anemia Defisiensi Besi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) saat menghadiri Merck Pediatric Forum 2018, Jakarta, Minggu (22/7).
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah terjadinya anemia pada anak dan bayi, ibu harus benar-benar memerhatikan asupan nutrisi si kecil. Pastikan anak mengonsumsi jenis makanan yang kaya zat besi setiap harinya. Beberapa jenis makanan yang direkomendasikan, seperti: daging merah, beragam jenis ikan, berbagai jenis kacang-kacangan, dan bayam.
Manfaat mengkosumsi bayam selama kehamilan. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Manfaat mengkosumsi bayam selama kehamilan. (Foto: Pixabay)
"Ini saya pesan banget ya buat ibu-ibu, terutama pada bayi baru MPASI. Menu makan anak itu harus ada karbohidratnya, ada sumber proteinnya, ada sayurannya. Jangan hanya satu jenis makanan saja," tambah dr Murti Andriastuti, Sp.A(K).
Selain itu, suplementasi zat besi juga sangat disarankan diberikan sedini mungkin. Hal itu penting, untuk mencukupi kebutuhan zat besi di dalam tubuh, sehingga dapat mencegah timbulnya anemia.