Lebih Baik Mana, Anak Dibujuk atau Dibiarkan Saat Tantrum?

6 Juli 2019 18:27 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak tantrum mengamuk hingga menangis meraung-raung atau menjerit Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Anak tantrum mengamuk hingga menangis meraung-raung atau menjerit Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Tantrum biasa dialami oleh anak, khususnya balita, usia 15 bulan sampai 6 tahun. Tantrum adalah suatu bentuk luapan emosi tidak terkontrol dalam bentuk perilaku agresif serta reaksi amarah berlebihan pada anak.
ADVERTISEMENT
Layaknya orang mengamuk, tantrum bisa terdiri dari gabungan tingkah laku menjerit, melempar barang, membuat tubuh kaku, menangis, memukul, serta berguling-guling di lantai atau tidak mau beranjak dari tempat tertentu.
Apa penyebabnya?
Umumnya, tantrum adalah ekspresi frustrasi si kecil, Moms. Anak-anak mungkin merasa frustrasi karena ketidakmampuan mereka untuk melakukan aktivitas yang mereka coba, seperti mengambil satu benda di atas lemari atau membuka tutup kotak mainannya.
Ilustrasi tantrum pada anak Foto: Shutterstock
Tantrum juga bisa menjadi ekspresi frustrasi anak karena merasa kurang memiliki kontrol terhadap kehidupan mereka. Misalnya ketika ia masih ingin terus bermain tapi diminta untuk tidur, atau ingin permen tapi tidak dibelikan.
Selain itu, terkadang tantrum juga bisa sengaja dilakukan anak sebagai upayanya untuk mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Itu sebabnya kebiasaan tantrum akan lebih sering dilakukan anak bila anak mengetahui bahwa dengan cara itu keinginannya akan dipenuhi.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana orang tua sebaiknya bersikap saat anak tantrum? Lebih baik dibiarkan atau dibujuk?
Menurut dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang, dr. Catharine M. Sambo, Sp.A (K), dari RSPI - Pondok Indah, saat anak tantrum jangan langsung memberikan keinginannya, Moms.
"Kalau anaknya sudah tenang, baru ditanya 'kamu sebenarnya tadi mau ngomong apa'. Jangan langsung dikasih apa yang diminta dengan cara berteriak-teriak. Dia nanti sadar, kalau dengan perilaku seperti itu, permintaannya bisa dikabulkan," jelas dr. Catharine.
ilustrasi ibu bersikap tetap tenang untuk anak Foto: Shutterstock
Ya Moms, mengutip Family Education, orang tua perlu belajar untuk mengabaikan amukan dan membiarkan tantrum reda dengan sendirinya. Pastikan saja Anda mengawasi dan segera mengambil tindakan yang diperlukan bila ada risiko bahaya terjadi saat anak sedang tantrum. Misalnya kalau saat anak mengamuk ia berlari ke jalan raya, menyakiti dirinya sendiri atau orang lain dan risiko bahaya lainnya.
ADVERTISEMENT
Bila anak tantrum karena keinginannya Anda tolak, cobalah bersikap tegas. Bila Anda menolak lalu berubah mengabulkan setelah anak mengamuk, ini akan mengajarkan pada anak bahwa mereka bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan cara ini. Jadi, cobalah untuk tidak memenuhinya meski misalnya amukan terjadi di tempat umum dan mengganggu atau membuat malu Anda.
Tidak perlu membujuk, meminta, atau menyuruh anak Anda untuk mengontrol diri, karena hal itu justru bisa memperpanjang tantrumnya. Jika anak sudah mulai tenang, Anda bisa mengajaknya berkomunikasi dan menanyakan kenapa ia tadi berteriak-teriak seperti itu.
Sikap tenang Anda adalah kunci untuk menyelesaikan masalah ini. Jadi jangan terpancing untuk marah ya, Moms. Anak akan belajar bahwa ia tidak bisa memperoleh apa yang diinginkannya dengan cara seperti itu.
ADVERTISEMENT