Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Lebih Baik Simpan ASI Perah di Botol Kaca, Ini Alasannya
30 Oktober 2018 18:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Berkat adanya ASI perah , bekerja atau beraktivitas di luar rumah tidak perlu lagi jadi penghalang bagi ibu menyusui. Anda dapat memerah ASI untuk disimpan dan diberikan kepada bayi oleh keluarga atau pengasuh. Dengan begitu, kebutuhan bayi selama ditinggal ibu pun tetap terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Ibu baru mungkin saja bingung dan bertanya, wadah apa yang paling baik untuk menyimpan ASI perah?
Jawabnya, sesuai dengan Protokol ABM (Academy of Breastfeeding Medicine), wadah penyimpan ASI yang disarankan adalah botol kaca atau botol plastik food grade yang bebas Bisphenol-A (BPA).
Namun menurut Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), botol kaca adalah media utama penyimpanan ASI perah (ASIP).
“Untuk bahan, AIMI menyarankan ibu menggunakan botol kaca. Botol kaca lebih mudah dibersihkan, tahan lama, dan lebih mudah ditemukan dibandingkan dengan botol plastik food grade yang bebas BPA” jelas Miranda Virdi, Konselor Menyusui dari AIMI saat dihubungi kumparanMOM.
Karena sifatnya yang tahan lama, botol kaca dapat digunakan berkali-kali dalam jangka waktu yang panjang. Dilansir laman resmi AIMI, botol kaca sebaiknya diisi dengan ASIP hanya 3/4 saja dari volume untuk menghindari tutup botol terbuka atau botol pecah saat ASIP membeku.
ADVERTISEMENT
Selain itu, botol kaca juga dilengkapi tutup botol berbahan karet. Dengan adanya tutup karet ini, ASIP di dalam botol akan kedap udara. Alhasil, kualitas ASI perah dapat terjaga dengan baik.
Namun dari segi praktis, botol plastik memang lebih unggul, Moms. Karena ringan, botol plastik mudah dibawa bepergian. Namun botol plastik memiliki sejumlah kekurangan untuk menyimpan ASI perah.
“Botol plastik lebih sulit dibersihkan. ASI perah yang telah didinginkan atau dibekukan ada yang baunya menyengat. Baunya ini sulit dihilangkan. Kalau ada noda yang tertinggal, biasanya juga sulit hilang,” tutup Virdi.