Lewat Dongeng, Anak-anak Diajak untuk Mengenali Ular

15 Agustus 2019 17:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kak Andi Mendongeng di Festival Seni Rupa Anak Indonesia MAIN Foto: Galeri Nasional Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Kak Andi Mendongeng di Festival Seni Rupa Anak Indonesia MAIN Foto: Galeri Nasional Indonesia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anak adalah peniru ulung. Ya Moms, si kecil biasanya berperilaku dengan mencontoh apa yang dia lihat lihat, rasakan, dan dengar di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Misalnya saja, jika orang tua takut dengan ular dan secara tidak langsung menularkannya pada anak. Alhasil anak anak pun akan tumbuh menjadi orang yang takut dan tidak suka dengan ular. Ketakutan terhadap ular ini biasanya juga disambungkan dengan berbagai mitos dan legenda lainnya. Akhirnya, banyak ular yang dibunuh, karena dianggap berbahaya untuk manusia.
Padahal tidak semua ular berbahaya, Moms. Dilansir laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Peneliti Herpetologi LIPI, Amir Hamidy, menjelaskan memang benar sebanyak 90 persen dari semua jenis ular di Papua berbisa, namun untuk di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan hanya 5 persennya saja yang berbisa.
Berangkat dari kejadian ini, Andi Yudha Asfandiyar atau yang akrab disapa Kak Andi ingin menghapus stigma negatif terhadap ular yang sudah telanjur berkembang di masyarakat. Salah satu caranya dengan menggelar workshop.
Anak-anak Antusias Melihat Ular yang Dibawa Kak Andi Pada Festival Seni Rupa Anak Indonesia MAIN Foto: Galeri Nasional Indonesia
Belum lama ini, kumparanMOM mendatangi workshop-nya dalam Festival Seni Rupa Anak Indonesia MAIN di Galeri Nasional pada Sabtu, (10/8) lalu. Bertempat di ruang serba guna Galeri Nasional, Kak Andi berperan menjadi pendongeng.
ADVERTISEMENT
Sepanjang acaranya, ia bercerita sambil menggambar di hadapan sekitar 50 anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun. Raut antusias sangat terlihat jelas di wajah anak-anak. Para orang tua pun dengan sabar dan semangat menunggu anak-anaknya di belakang area.
Kurang lebih selama tiga jam acara, anak-anak tersebut memperhatikan dan mendengarkan perkataan Andi, mulai dari mendongeng, presentasi soal ular, berkenalan dengan ular hingga mewarnai kanvas berbentuk ular.
Anak-anak Menggambar Ular Foto: Bella Cynthia / kumparan
“Ada 460 spesies ular di Indonesia dan hanya 5 persen saja yang berbisa. Tapi sayangnya semua ular dianggap berbisa dan dibunuh serta dimanfaatkan sebagai souvenir,” ungkapnya ketika membawakan acara.
Yang paling menarik adalah saat Kak Andi menunjukkan satu per satu ular yang dibawanya. Mulai dari yang berbisa hingga yang tidak berbisa. Momen ini pula yang digunakan dirinya untuk mengajak anak-anak menyentuh, memegang bahkan menggendong hewan reptil tidak berkaki ini. Ada yang heboh karena ingin berkenalan dengan ular, tapi tak sedikit pula yang lari karena takut.
ADVERTISEMENT
Andi memang sengaja mendatangkan ular-ular tersebut agar anak-anak tahu bahwa tidak semua ular berbahaya. “Makanya anak-anak boleh pegang kan kalau sudah pegang anak-anak bisa bilang “enggak kok salah, ular tidak berlendir” seperti yang kebanyakan orang bilang. Jadi pengalaman itu penting,” tambah Andi.
Seorang Peserta Memegang Ular yang Dibawa Kak Andi Pada Festival Seni Rupa Anak Indonesia MAIN Foto: Galeri Nasional Indonesia
Seorang Anak Ingin Memegang Ular yang Anak-anak Antusias Melihat Ular yang Dibawa Kak Andi Pada Festival Seni Rupa Anak Indonesia MAIN Foto: Galeri Nasional Indonesia
Selain sentuhan, Andi juga ingin anak-anak bisa menyampaikan apa yang ia sudah paparkan dan menginformasikan kepada orang tua, teman-teman, dan saudaranya kalau tidak semua ular berbahaya.
Message-nya ular ini kan salah satu rantai makanan yang mulai putus dan membuat keseimbangan alam terganggu karena banyak diburu untuk souvenir dan sebagainya, sehingga sebagai predator alami habis di sawah. Alhasil petani enggak mau bertani karena rugi (sawahnya) dimakan hama dan tikus. Kemudian sawahnya dijual dan dalam bentuk tanah dibangun gedung, setelah dibangun airnya disedot habis-habisan setelah itu konservasi alam terganggu. Bumi terganggu hanya dari ular saja,” terang Andi.
ADVERTISEMENT
Setelah puas berkenalan, anak-anak juga diajak untuk mewarnai gambar ular menggunakan cat air dan spidol di atas kanvas putih. Anak-anak bebas mengekspresikan kreativitasnya, mereka boleh mewarnai sesuka hati bahkan boleh menggambar ular ‘di dalam’ ular.
Andi menggelar workshop-nya bersama dengan PicuPacu Kreativitas Indonesia yakni lembaga pendidikan juga komunitas kreatif yang berpusat di Bandung. PicuPacu ingin mengembangkan pola pikir kreatif pada anak.