Memahami Separation Anxiety pada Anak dan Cara Menghadapinya

12 Desember 2018 16:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak menangis  (Foto:  THINKSTOCK)
zoom-in-whitePerbesar
Anak menangis (Foto: THINKSTOCK)
ADVERTISEMENT
Meninggalkan anak untuk pergi bekerja tentu berat rasanya. Apalagi, melihat si kecil menangis dan merengek, meminta Anda tidak pergi meninggalkannya. Kondisi tersebut terkadang membuat Anda bingung dan mungkin saja menimbulkan dilema: lanjut bekerja atau tidak, ya?
ADVERTISEMENT
Tak perlu cemas dulu, Moms. Separation anxiety atau rasa ketakutan untuk berpisah, wajar dialami oleh anak usia batita. Masa-masa ini biasanya dimulai saat anak berusia 8-10 bulan, dan biasanya mereda saat anak berusia 2 tahun.
Pada fase separation anxiety, anak mulai enggan digendong oleh orang lain dan selalu ingin nempel dengan ibunya. Sehingga, saat Anda harus pergi bekerja, tak jaran anak pun jadi menolak ditinggalkan. Lantas, bagaimana cara menghadapinya?
1. Beri waktu adaptasi bersama pengasuh
Pengasuh Anak (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Pengasuh Anak (Foto: Thinkstock)
Agar anak betah ditinggal di rumah bersama pengasuh, diperlukan adanya hubungan yang baik antara anak dan pengasuhnya di rumah, baik itu baby sitter atau neneknya. Jika pengasuh belum lama mengenal si kecil, berikan waktu bagi anak untuk beradaptasi, Moms.
ADVERTISEMENT
Berapa lama waktu yang diperlukan sangat tergantung dari apakah anak mudah akrab dengan orang lain dan kemampuan pengasuh dalam merawat si kecil. Karena itu, hindarilah langsung meninggalkan anak berdua dengan pengasuhnya saat pertama kali bertemu.
Dekatkan anak secara bertahap. Pertama-tama, Anda bisa membiarkan anak bermain dengan pengasuh saat Anda masih di rumah. Setelah dirasa anak sudah betah dengan pengasuhnya, baru bisa ditinggalkan berdua.
Anda juga bisa memberikan informasi kepada pengasuh di rumah, seperti permainan apa saja yang anak sukai dan aktivitas yang bisa membuat anak senang. Memang tidak mudah beradaptasi dengan orang baru, sehingga biarkan anak beradaptasi dengan nyaman.
2. Jadikan rutinitas
Ilustrasi ibu menggendong anak. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu menggendong anak. (Foto: Thinkstock)
Buat aktivitas kecil setiap kali ibu akan meninggalkan anak di rumah. Seperti sarapan bersama, bermain sebentar, memeluk, dan ucapkan selamat tinggal. Hindari membuat aktivitas ini lebih pendek atau lebih lama dari hari-hari biasanya agar anak menjadi terbiasa.
ADVERTISEMENT
Dengan kebiasaan ini, anak akan dapat menebak apa yang akan dilakukan orang tuanya, sehingga ia tidak kaget melihat orang tuanya pergi.
3. Hindari meninggalkan anak secara mendadak
Ilustrasi balita tidak mau ditinggal (Foto: Thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi balita tidak mau ditinggal (Foto: Thinkstock )
Meninggalkan anak secara mendadak dan sembunyi-sembunyi akan membuatnya kaget. Hal inilah yang membuat separation anxiety semakin sulit untuk dihilangkan.
Meninggalkan anak secara sembunyi-sembunyi juga dapat mengurangi kepercayaan anak terhadap orang tuanya yang efeknya tidak dapat dianggap sepele Moms. Maka dari itu, selalu biasakan pamit sebelum meninggalkan anak.
Meski awalnya si kecil jadi rewel, tapi jadikanlah pamit sebagai kebiasaan. Dengan begitu, anak akan tahu bahwa Anda hanya akan meninggalkannya sebentar dan akan kembali lagi setelah pekerjaannya selesai.
4. Membangun rasa kepercayaan anak
Ibu dan anak (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu dan anak (Foto: Shutterstock)
Selalu tepati janji kepada anak, Moms Jika Anda mengatakan akan pergi 1 jam, maka tepatilah. Pun demikian jika Anda harus pulang malam, katakanlah sejujurnya. Dengan begitu, anak juga akan percaya saat Anda bilang akan kembali, maka Anda pasti kembali.
ADVERTISEMENT