Menilik Program Bayi Tabung di Malaysia, Bagaimana Keberhasilannya?

6 Mei 2019 22:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi program bayi tabung Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi program bayi tabung Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Setiap tahun ribuan warga Indonesia terbang ke Malaysia untuk berobat atau medical check-up. Pada 2018 misalnya, ada sekitar 700 ribu orang Indonesia yang mengunjungi Negeri Jiran untuk alasan kesehatan. Salah satu tujuannya adalah untuk menjalani program bayi tabung. Data itu berasal dari Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC), sebuah agensi pemerintah yang bertugas mengelola industri pariwisata kesehatan negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Program In Vitro Fertilization (IVF) atau bayi tabung memang jadi salah satu prosedur klinis unggulan di Malaysia. IVF telah diminati banyak pasien dari berbagai negara, terutama dari Indonesia, China, India, Vietnam dan Myanmar. Pada 2011 hingga 2016 saja, jumlah wisatawan China yang mencari perawatan kesuburan di Malaysia meningkat 300 persen terkait kebijakan satu anak yang dicabut pada Oktober 2015.
Untuk tingkat keberhasilan program bayi tabung, MHTC mencatat 1 dari 2 pasien berhasil hamil atau sekitar 50 persen. Sebagai perbandingan, tingkat keberhasilan program IVF di Singapura sekitar 44 persen, menurut data Kementerian Kesehatan setempat.
Sherene Azli, CEO Malaysia Healthcare Travel Council Foto: MHTC
“MHTC mempromosikan Malaysia sebagai Heart of Fertility. Sebab tingkat keberhasilan program bayi tabung mencapai 1:2. Dan dari segi biaya jauh lebih murah dibandingkan IVF di negara lain,” papar Sherene Azli, Chief Executive Officer MHTC saat ditemui kumparanMOM di Kuala Lumpur pada Rabu (01/05).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan biaya, program bayi tabung di Malaysia diestimasikan butuh USD 4200 atau sekitar 60 juta rupiah, belum termasuk obat. Sedangkan di Singapura butuh biaya rata-rata USD 9450 atau sekitar 135 juta rupiah dan di Korea Selatan butuh USD 7500 atau senilai 107 juta rupiah.
Biaya perawatan yang terjangkau itu pun berlaku di rumah sakit swasta. Sebab, Kementerian Kesehatan setempat telah menetapkan batas tarif tertinggi untuk perawatan kesehatan.
“Rumah sakit swasta biayanya sama karena pemerintah menetapkan harga. Di Malaysia ada 250 fasilitas kesehatan, diantaranya ada 79 rumah sakit yang bermitra dan dinilai baik oleh MHTC,” tambah Sherene.
kumparanMOM juga berkesempatan mengunjungi satu di antara 23 pusat fertilitas di dunia yang memiliki sertifikasi Komite Akreditasi Teknologi Reproduksi Internasional, yakni Sunfert Fertility Centre di Kuala Lumpur. Di klinik itu, embrio bayi tabung dapat melalui dua tes skrining, yakni Preimplantation Genetic Diagnosis (PGD) dan Preimplantation Genetic Screening (PGS).
Ruang masturbasi untuk proses bayi tabung di Sunfert Fertility Centre Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan
PGD adalah untuk memeriksa apakah embrio memiliki suatu kelainan genetik spesifik, seperti hemofilia, thalasemia, atau down syndrome. Sedangkan PGS ialah memeriksa apakah embrio memiliki kelainan genetik secara umum. Kedua prosedur itu dilakukan sebelum menanamkan embrio ke dalam rahim ibu untuk memastikan embrio berhasil berkembang menjadi janin yang sehat.
ADVERTISEMENT
“Semakin sering Anda mencoba, semakin tinggi kesempatan untuk berhasil hamil. Misalnya jika Anda melakukan satu kali siklus IVF, mungkin Anda akan mendapat lima embrio normal setelah diperiksa PGD dan PGS. Jika dua kali siklus, Anda bisa mendapat 10 embrio normal” jelas dr Eeson Sinthamoney, dokter ahli fertilitas di Sunfert Fertility Centre.
dr Eeson Sinthamoney di Sunfert Fertility Centre Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan
MHTC dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ternyata juga sudah menjalin kerjasama sejak pertengahan 2018 di bidang pariwisata kesehatan, etika medis, dan riset. Hal itu disampaikan oleh dr. Efmansyah Iken Lubis, MM., Ketua Bidang Usaha dan Kesejahteraan IDI. Ia berharap kerjasama itu dapat menguntungkan kedua pihak dan pasien.
“Kita bisa belajar banyak dari Malaysia yang telah lebih dulu menggarap health tourism. Dari MHTC, pasien Indonesia bisa mendapat informasi yang akurat dan balance. Sehingga jika ada pasien Indonesia yang ke sini tidak hanya “diperas uangnya” saja tapi benar-benar mendapatkan pelayanan terbaik,” jelas dr. Efmansyah.
ADVERTISEMENT