Menyusui dapat Mencegah Kanker Payudara, Benarkah?

11 Agustus 2018 18:54 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kanker payudara. (Foto: Shutter stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker payudara. (Foto: Shutter stock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menyusui punya banyak manfaat bagi ibu, salah satunya mencegah timbulnya tumor dan kanker payudara. Jumlah pengidap tumor payudara mencapai 150 ribu kasus per tahun di Indonesia. Kanker ini sebenarnya bisa menyerang siapa saja, namun ibu yang tidak menyusui bayinya berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara.
ADVERTISEMENT
Hal itu diungkapkan dr Agustin Asie Sp.B, dokter spesialis bedah dari RSIA Karunia Kasih, Bekasi. Ia menjelaskan, selain faktor genetik, aktivitas hormon pada tubuh wanita juga bisa meningkatkan risiko tumor ini.
“Ibu yang tidak menyusui lebih tinggi risikonya kena tumor payudara. Saat menyusui hormon estrogen kita menjadi lebih rendah karena ditekan oleh hormon progesteron yang meningkat. Jadi menyusui memang mempengaruhi hormon,” jelas dr Agustin Asie Sp.B saat ditemui kumparanMOM di Klinik Prof UFA, Bekasi, pada Kamis (9/8).
Ibu menyusui (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu menyusui (Foto: Thinkstock)
Sejumlah penelitian nyatanya mendukung pertanyaan tersebut. Dilansir Fit Pregnancy, sebuah penelitian yang melibatkan 150 ribu perempuan pada 2002, menyimpulkan bahwa tiap 12 bulan yang dihabiskan wanita untuk menyusui, mengurangi risikonya terkena kanker payudara sebesar 4,3 persen dibandingkan perempuan yang tidak menyusui.
ADVERTISEMENT
Penelitian lain pada 2009 yang melibatkan 60 ribu wanita dan dipublikasi di Archive of Internal Medicine mengaitkan risiko itu dengan faktor genetik. Hasilnya, risiko terkena tumor payudara bisa turun sebesar 60 persen pada wanita yang memiliki faktor genetik kanker jika ia menyusui.
Ibu yang pernah hamil dan menyusui cenderung memiliki siklus menstruasi lebih sedikit daripada wanita yang tidak pernah hamil atau menyusui. Makin sering menstruasi, maka eksposur terhadap hormon estrogen pun semakin tinggi. Hormon estrogen inilah yang dipercaya dapat memicu tumor payudara. Oleh karena itu, perempuan berusia senja yang tidak pernah hamil dan menyusui berisiko tinggi terhadap tumor ini.
Ilustrasi screening payudara. (Foto: Shutter stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi screening payudara. (Foto: Shutter stock)
dr Agustin Asie Sp.B juga tidak menyarankan ibu muda menggunakan kontrasepsi hormonal, salah satunya suntik KB. Kontrasepsi jenis ini dapat meningkatkan kadar hormon, sehingga memicu tumor payudara jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
ADVERTISEMENT
“Satu atau dua tahun penggunaan mungkin tidak terasa. Namun untuk pemakaian jangka panjang bisa berbahaya,” imbuh Agustin.
Tumor payudara memang paling banyak terdeteksi pada perempuan berusia 50 tahun ke atas. Sebab, pertumbuhan sel tumor ini bisa sangat lama. Gejalanya biasanya baru muncul setelah 10-20 tahun kemudian. Oleh karena itu Moms, jika Anda punya riwayat kanker dari keluarga, sebaiknya screening test lebih awal untuk deteksi dini.