Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Membekali anak dengan ilmu agama adalah salah satu kewajiban orang tua, termasuk salah satunya mengajari si kecil membaca Al-Quran. Ya Moms, Anda tentu bangga jika si kecil lancar membaca Al-Quran dengan suara merdu.
ADVERTISEMENT
Namun untuk sampai ke tahap itu, prosesnya tak selalu mudah. Banyak yang harus dipelajari si kecil, mulai dari mengenal huruf hijaiyah, tajwid, makhraj, panjang pendek membacanya, dan lain-lain.
Karena tampak lebih rumit daripada huruf latin, mungkin Anda bingung menentukan, mulai kapan sebaiknya si kecil belajar membaca Al-Quran?
Menurut Ustaz Bendri Jaisyurrahman, konselor anak, remaja dan pernikahan serta aktivis gerakan Sahabat Ayah, ada tahapan yang harus dilalui anak sebelum diajari membaca Al-Quran. Mengacu pada ucapan sahabat Nabi Muhammad, Jundub bin Junadah, anak sebaiknya lebih dulu mengenal iman.
قال جندب بن جنادة رضي الله عنه: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن فتيان حزاورة فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيمانا، وأنتم اليوم تعلمون القرآن قبل الإيمان. رواه ابن ماجه وصححه الألباني
ADVERTISEMENT
Jundub bin Junadah –radhiyallahu ‘anhu– berkata, “Kami telah bersama Nabi Muhammad SAW - ketika kami masih sangat muda. Kami mempelajari iman sebelum belajar al-Quran, kemudian barulah kami mempelajari al-Quran hingga bertambahlah keimanan kami karenanya.” (diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan disahihkan oleh al-Albani).
Ya, anak sebaiknya beriman dulu kepada Allah sebelum membaca kitab sucinya. Jelaskan dulu siapa Allah dan mengapa kita harus beriman kepada-Nya.
“Sebelum mengajarkan Al-Quran dengan tajwid dan huruf-hurufnya, maka yang pertama dikenalkan adalah pemilik Al-Quran itu, yaitu Allah SWT. Supaya apa? Agar gairah dan rasa ingin tahu anak muncul. Oleh karena itu, pada masa awal pengasuhan, cukup dipaparkan pada sesuatu yang berhubungan dengan Allah dan rasul-Nya, diperdengarkan,” jelas Ustaz Bendri.
ADVERTISEMENT
Setelah dikenalkan dengan iman, baru si kecil dapat dikenalkan dengan Al-Quran. Meski begitu, tak perlu langsung diajari membaca. Ustaz Bendri menjelaskan, urutan pengenalan Al-Quran dapat disesuaikan dengan tingkat kematangan indra anak yang disebutkan dalam An-Nahl ayat 78:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
“Awalnya, pendengaran anak dipaparkan kalimat-kalimat tayyiba, firman Allah, enggak usah diajari, didengarkan aja dulu. Lalu penglihatannya, bagaimana dia melihat ayah dan ibunya baca Al-Quran. Yang terakhir emosinya, yakni ketika anak sudah mencintai Al-Quran karena isinya terkait hal-hal yang positif,” papar Ustaz Bendri.
ADVERTISEMENT
Baru ketika semua tahapan itu sudah dilewati, anak akan memiliki motivasi sendiri untuk membaca Al-Quran. Tak hanya termotivasi, indra-indra anak juga sudah matang untuk mendukung proses belajarnya.
Selain tahapan di atas, ada pula hadis yang dapat dijadikan acuan kapan anak siap untuk belajar membaca Al-Quran, yakni di waktu yang sama dia diwajibkan untuk shalat.
Apabila seorang anak dapat membedakan mana kanan dan kiri, maka perintahkanlah dia untuk mengerjakan shalat.”(diriwayatkan Ath Thabrani).
Usia di mana anak sudah diperintahkan untuk salat, membaca Al-Quran, puasa, dan ibadah lain disebut sebagai usia mumayyiz. Pada tiap anak bisa berbeda, tergantung kapan akalnya cukup matang untuk membedakan kanan dan kiri.
“Terkait dengan urusan ibadah, termasuk kapan membaca Al-Quran, dijawab oleh para ulama dengan hadis itu. Kapan usianya? Banyak perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan 7 tahun, sesuai dengan perintah shalat. Tapi ada yang mengatakan tak harus 7 tahun, karena patokannya bisa membedakan kanan dan kiri. Jika belum mencapai usia mumayyiz, tidak perlu diajarkan, cukup dia lihat atau mengamati,” tutup Ustaz Bendri.
ADVERTISEMENT