Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Banyak calon ibu yang menghindari vaksin saat hamil. Mereka khawatir, vaksinasi yang mereka lakukan bisa menyebabkan autis pada bayi yang dikandungnya. Tapi, benarkah pernyataan itu?
ADVERTISEMENT
Para peneliti, seperti yang dilaporkan dalam jurnal Pediatrics, mempelajari data dari sekitar 81.993 anak yang didapat dari rumah sakit Kaiser Permanente Southern California. Data itu dipelajari selama empat tahun untuk menemukan apakah terjadi autisme pada anak yang ibunya diberikan vaksin saat hamil.
Hasilnya ditemukan bahwa bahwa sebanyak 569 anak (sekitar 1,5 persen dari total jumlah anak dalam riset) dari ibu yang diberikan vaksin saat hamil mengalami autisme. Sedangkan sebanyak 772 anak (1,8 persen dari total anak dalam riset) dari ibu yang tidak melakukan vaksinasi yang menderita autisme. Artinya, autisme tidak ada kaitannya dengan vaksinasi saat hamil.
"Tidak ada hubungan yang ditemukan antara vaksinasi Tdap saat hamil dengan autisme pada anak," kata Tracy Becerra-Culqui, pemimpin riset dan salah satu peneliti di Kaiser Permanente Southern California.
Ya Moms, dalam jurnal Pediatrics yang dilaporkan The Washington Post menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan antara vaksinasi Tdap, yang digunakan untuk menangani tetanus, difteri, dan pertusis (batuk rejan), dengan gangguan spektrum autisme (ASD). "Jadi jangan ragu-ragu untuk melakukan vaksinasi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Banyak lembaga di Amerika Serikat, seperti Centers for Disease Control and Prevention (CDC), American College of Obstetricians and Gynecologists, dan American College of Nurse-Midwives, yang menyarankan ibu hamil untuk melakukan vaksinasi Tdap saat kehamilannya telah memasuki trimester ketiga. Tujuannya untuk melindungi bayi dari infeksi bakteri yang berbahaya.
Becerra-Culqui juga menambahkan bahwa tujuan riset ini dilakukan adalah untuk menghapus kekhawatiran ibu hamil atas efek negatif vaksin terhadap anak. Dengan adanya riset ini, diharapkan ibu hamil tidak ragu lagi untuk melakukan vaksinasi.
"Jika ada wanita hamil yang ragu-ragu untuk vaksinasi, dengan adanya riset ini dia bisa diyakinkan untuk melakukannya," kata Becerra-Culqui.
Dokter anak Jason Terk juga mengatakan bahwa tetanus, difteri, dan pertusis bisa membahayakan bayi. Jadi direkomendasikan bagi ibu hamil untuk melakukan vaksinasi Tdap agar mereka memiliki antibodi dan menurunkannya ke anak mereka.
"(Vaksinasi berfungsi) untuk melindungi bayi di bulan-bulan awal kehidupannya," kata Terk.
ADVERTISEMENT
CDC sendiri merekomendasikan agar anak mendapatkan vaksinasi Tdap pertamanya saat berusia dua bulan. Namun Terk mengatakan bahwa anak-anak tidak betul-betul terlindungi sampai mereka mendapat vaksin dosis kedua, yang biasanya diberikan saat mereka sudah berusia empat bulan.
Jadi jangan takut lagi untuk vaksin saat hamil ya, Moms. Apabila Anda ragu, berkonsultasilah dengan dokter kandungan yang Anda percaya.