Anak Tak Yakin Laksma (Purn) Soni Mujahidin dan Rancang Demo Ricuh

30 September 2019 11:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana kediaman Soni Santosodi Kota Tangerang, Senin (30/9/2019). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana kediaman Soni Santosodi Kota Tangerang, Senin (30/9/2019). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Polisi menangkap 5 orang diduga terlibat perencanaan demo ricuh. Salah satu yang ditangkap yakni Laksamana Pertama (Purn) Soni Santoso.
ADVERTISEMENT
Terkait penangkapan itu, anak Soni, Abdul Hakim Santoso, tidak yakin ayahnya merencanakan aksi demo ricuh. Bahkan, selama ini Soni dikenal sangat Pancasilais.
"Setahu gua sih enggak pernah ya, kan bokap dosen. Dosen reguler di Universitas Methodist Indonesia, Medan, dosen hukum. Kadang-kadang jadi dosen tamu beberapa universitas. Ngajar-ngajar tentang kebangsaan. Makanya gua bilang ngapain bokap jadi mujahidin," kata Hakim ditemui di kediamannya di Cipondoh, Tangerang, Senin (30/9).
Suasana kediaman Soni Santoso di Kota Tangerang, Senin (30/9/2019). Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
Hakim menyebut, keluarganya sangat terbuka dengan perbedaan pendapat. Bahkan, pilihan politik yang berbeda sangat jelas terlihat di keluarganya itu. Tapi, sama sekali tak mengganggu keharmonisan keluarga.
"Contohnya kayak adik gua kan caleg juga, NasDem, sama bokap gua aja udah bertolak belakang. Gua sekolah seni. Artinya kan demokratis, enggak memaksakan," jelas Hakim.
ADVERTISEMENT
Dalam pemilu lalu, Soni tercatat sebagai caleg Partai Berkarya Dapil Banten II. Dia juga sempat bertugas di Kemenkopolhukam. Karena itu, Hakim tak percaya ayahnya terlibat perencanaan aksi demo ricuh.
"Ya enggaklah, orang yang bikinin materi Pancasila, kebangsaan gua. Soalnya kalau bapak diundang jadi pembicara, yang diomongin wawasan kebangsaan. Makanya aneh kok jadi mujahidin. Maksudnya kan bokap tentara, netral, enggak ada kaitannya," ucap Hakim.
Polisi menangkap 5 orang di Tangerang karena diduga merencanakan demo ricuh dan telah menyiapkan sejumlah bom molotov. Dari kelima orang yang ditangkap, ada dosen IPB Abdul Basith dan Laksma (Purn) Soni Santoso. Namun, polisi belum mau mengungkapkan secara gamblang dan lengkap peran mereka dalam kejadian ini.