Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan, salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi kekeringan adalah membuat hujan buatan. Namun, ia mengakui tahun ini cukup sulit menciptakan hujan buatan karena kadar air di awan belum mencukupi.
“Sejak Juli hingga hari ini, langit di Indonesia itu bersih hampir tidak ada awan. Sehingga upaya yang dilakukan sejak Juli untuk membuat hujan buatan itu tidak mudah, karena untuk berhasil bibit-bibit awan yang akan disemai itu hampir tidak ada,” ujar Dwikorita di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Sabtu (14/9).
Untuk membuat hujan buatan, awan harus memiliki persentase kadar air minimal 75 persen. Lalu nanti petugas akan menaburkan atau menembakkan garam dan terjadilah hujan.
Namun, Dwikorita mengatakan, sejak Jumat (13/9) pukul 22.00 WIB, BMKG mulai mendeteksi awan hujan di beberapa daerah di Indonesia, antara lain di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Utara, Papua Barat, dan Papua.
ADVERTISEMENT
“Sehingga kita segera bersiap di lapangan untuk menembak awan dan membuat hujan buatan,” ujar Dwikorita.
“Setiap menit kita pantau kapan awan muncul, kami minta Pak Doni (Kepala BNPB) untuk segera bertindak di lapangan, menembak awan itu dengan garam supaya menyemaikan untuk awan hujan,” lanjutnya.
Akibat dari musim hujan yang berkepanjangan, beberapa wilayah mengalami kekeringan dan berujung kesulitan air bersih. Selain itu, petani-petani juga mengalami gagal panen karena tak ada pasokan air.
Termasuk upaya meredam karhutla di sebagian Pulau Sumatera dan Kalimantan. Personel TNI, Kementerian LHK, dan instansi terkait juga telah menyiapkan personel dan helikopter untuk memadamkan karhutla dengan metode hujan buatan.
ADVERTISEMENT