Cerita Sopir Angkot Tak Kunjung Gabung Jak Lingko

7 Agustus 2019 11:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Angkot di sekitaran Terminal Pasar Minggu. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Angkot di sekitaran Terminal Pasar Minggu. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemprov DKI tengah menggencarkan integrasi layanan angkutan umum yang terdiri dari kendaraan jenis bus kecil, sedang, dan besar dalam kesatuan Jak Lingko. Hal ini berjalan demi peremajaan angkutan umum, atau kendaraan berusia 10 tahun tak lagi beroperasi pada 2020 mendatang.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, upaya pengintegrasian lewat Jak Lingko ini belum terlaksana secara menyeluruh. Masih ada sebagian trayek mobil angkutan kota (angkot) yang belum bergabung.
kumparan mencoba menelusuri persoalan mengapa masih ada sebagian trayek yang belum ikut Jak Lingko. Jon (66) misalnya, sopir angkot M16 jurusan Kampung Melayu - Pasar Minggu ini sebenarnya tidak keberatan dengan program Jak Lingko. Namun, ia mengaku terhambat dengan tingginya harga down payment (DP) mobil angkot.
Jon, sopir sekaligus pemilik angkot trayek Kampung Melayu - Pasar Minggu. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
Sebab, agar bisa bergabung dengan Jak Lingko, anggota harus memenuhi syarat mobil buatan minimal tahun 2015. Menurut Jon, persyaratan itulah yang membuat banyak pemilik angkot merasa keberatan, karena rata-rata mobil yang dibawa berusia lebih dari itu.
“Kalau kita sih setuju ya. Ikut kebijakan aja. Tapi, kalau untuk sekarang, DP-nya itu lho, kabarnya Rp 25 juta, saya enggak sanggup itu,” ungkap Jon (66) saat ditemui kumparan di Terminal Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (7/8).
ADVERTISEMENT
Alasan serupa juga menjadi alasan Alvin, seorang sopir angkot 17 A trayek Jagakarsa-Pasar Minggu, yang tidak ikut program Jak Lingko. Ia menuturkan atasannya belum mampu mengkreditkan mobil baru.
Alvin, sopir angkot trayek Jagakarsa - Pasar Minggu. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
“Ini mobil tahun 2013. Kan harus tahun 2016 ke atas. Jadi belum bisa masuk Jak Lingko kan,” ucap Alvin.
Namun, Alvin sebenarnya setuju dengan Jak Lingko. Karena sopir tak lagi dikejar-kejar dengan setoran
“Enak kalau Jak Lingko. Enggak pusing setoran lagi,” kata Alvin.
Akan tetapi, nada penolakan untuk bergabung Jak Lingko juga tak sedikit. Bagi Najabari, sopir angkot D 61 trayek Cinere - Pasar Minggu itu lebih nyaman menjalankan usahanya secara mandiri. Sebab, ia tak melihat ada kepastian jangka panjang dari Jak Lingko.
Najabari, sopir sekaligus pemilik angkot trayek Cinere - Pasar Minggu. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan
“Kita juga yang susah rakyat kecil ini. Mobil lima tahun lagi, ganti lagi kan, habis karena itu saja. Belum kalau kebijakannya entar berubah lagi,” ungkap Najabari.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Najabari enggan bergabung dan terikat dengan program pemerintah. Karena, ia sebagai rakyat kecil lebih membutuhkan pemasukan harian, dan bukan bulanan seperti yang diprogramkan Jak Lingko.
Kita pemilik maupun sopir yang rakyat kecil ini kan butuh uang itu harian. Tidak bulanan gitu,” beber Najabari.
Berdasarkan penelusuran kumparan di kawasan Terminal Pasar Minggu, sudah ada sebagaian besar sopir maupun pemilik angkot yang sudah mengikuti program Jak Lingko. Hal itu terlihat dari stiker Jak Lingko yang menempel di sisi depan dan samping bodi angkot, maupun mesin tap-nya. Namun, ada juga yang masih belum bergabung Jak Lingko dengan berbagai alasan.
Ilustrasi angkot Jak Lingko. Foto: Instagram/@regensilalahi
Angkot S 11 trayek Lebak Bulus - Pasar Minggu misalnya, mayoritas mobil yang beroperasi sudah melebur ke Jak Lingko. Bahkan, armada-armadanya dikabarkan sudah mendaftarkan secara administrasi untuk bergabung ke Jak Lingko. Namun, rupanya masih ada beberapa yang belum ditindaklanjuti.
ADVERTISEMENT
“Ini mobil sudah siap tempur, baru semuanya trayek ini. Kita udah mendaftar lebih enam bulan lalu kok. Tapi sampai sekarang enggak ada tuh kelanjutannya. Katanya SK (Surat Keterangan)-nya belum turun,” cerita salah-satu pengemudi, Efendi.
Lalu ada juga sebagian angkot M 20 jurusan Ciganjur - Pasar Minggu yang sudah terpasang Jak Lingko. Namun, itu hanya trayek-trayek yang berhenti di sekitar Terminal Pasar Minggu. Bisa jadi, di rute-rute lainnya, masih ada cerita lain dari sopir-sopir angkot tentang pro dan kontra ikut Jak lingko.