Farhat Abbas: Tak Usah 100 Jubir, Hadapi Saya Saja Belum Tentu Bisa

20 Agustus 2018 10:27 WIB
Pelatihan perdana jubir Jokowi di Jakarta. (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatihan perdana jubir Jokowi di Jakarta. (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tiga hari selepas pendaftaran capres-cawapres di KPU, Jumat (10/8) lalu, pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin sudah punya barisan juru bicara. Jumlahnya tak tanggung-tanggung: 112 orang—dan direncanakan mengganjil sampai minimal 225 orang di masa kampanye nanti.
ADVERTISEMENT
Gemuknya tim jubir tak terhindari karena masing-masing partai koalisi mengajukan 10 jubir. Dengan sembilan partai koalisi, ditambah relawan dan pakar, jubir Jokowi-Ma’ruf jelas menyentuh tiga digit angka.
Dari sekian nama yang telah beredar, dua di antaranya mencuat karena selama ini akrab dengan predikat “kontroversial”. Mereka adalah kader PKB Farhat Abbas, dan Jubir PKPI Sunan Kalijaga. Kebetulan, keduanya pengacara kondang.
Farhat selama ini terkenal karena cuitannya di Twitter yang sensasional. Ia pernah terlibat debat panas di dunia maya dengan Ahmad Dhani. Farhat juga jadi perhatian karena kerap melaporkan sederet artis ke pihak kepolisian. Ariel ‘NOAH’, Raffi Ahmad, hingga Nikita Mirzani pernah menjadi target Farhat.
Cerita berbeda dimiliki Sunan Kalijaga. Pengacara yang sering menangani kasus artis tersebut belakangan jadi perbincangan karena perceraian anak perempuannya dengan salah seorang hafiz.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Farhat dan Sunan bisa bergabung dengan Tim Jubir Jokowi? Rabu (15/8), kumparan berbincang secara terpisah dengan mereka. Berikut petikannya.
Farhat Abbas. (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Farhat Abbas. (Foto: Munady Widjaja)
Bagaimana Anda bisa bergabung jadi salah satu jubir Jokowi?
Farhat: Pasca-terbentuknya pasangan masing-masing kubu, koalisi besar Pak Jokowi meminta kepada masing-masing partai koalisi untuk mengirim 10 juru bicara. Saya termasuk salah satunya.
Kalau juru bicara kan biasanya satu-dua orang, ini ratusan. Oleh karena itu, siapa yang bicara, harus izin koordinatornya nanti. Untuk sementara koordinatornya adalah Sekjen PDIP dan merupakan Sekretaris Nasional Tim Sukses, Pak Hasto Kristiyanto.
Kami juru bicara Jokowi untuk tim. Jadi bukan juru bicara Pak Jokowi langsung. Saya sih nggak terlalu bangga-bangga amat jadi juru bicara. Yang penting saya diberi kesempatan dan pengetahuan sehingga ketika berhadapan dengan konstituen di lapangan, saya bisa menjelaskan tentang kinerja dan hasil pembangunan Pak Jokowi.
Sunan Kalijaga  (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Sunan Kalijaga (Foto: Munady)
Sunan: Dari 2014, saya memang kebetulan di tim pemenangan Pak Jokowi. Lalu saya melihat juga kinerja dan komitmen beliau kepada bangsa. Itulah yang membuat saya sampai detik ini masih berada di sisi beliau.
ADVERTISEMENT
Kebetulan kemarin saya direkrut dan diminta oleh PKPI untuk menjadi juru bicara atau juru kampanyenya Pak Jokowi. Dari ketua partai sudah berkomunikasi dengan Bapak Jokowi.
Jadi saya dipanggil oleh Ketua Umum PKPI, Mas Diaz Hendropriyono. Dia bicara empat mata sama saya, “Mas Sunan tolong mewakili kami untuk maju jadi jubirnya Pak Jokowi dan Pak Ma’ruf Amin.”
Kenapa Anda menerima tawaran untuk jadi jubir?
Farhat: Saya kan kader partai, caleg PKB dari Dapil VI Jabar--Bekasi dan Depok. (Penugasan jubir) itu kebijakan partai. Kalau saya tidak mendukung, tidak menyuarakan Pak Jokowi, berarti saya bukan kader partai yang baik.
Dan kalau saya berbicara yang tidak baik tentang capres kita, berarti saya juga bukan kader partai. Jadi kewajiban saya menjaga rahasia, setia, dan bekerja keras untuk Koalisi Indonesia Kerja.
ADVERTISEMENT
Sunan: Insyaallah saya melihat kinerja Pak Jokowi bisa dikatakan pro-rakyat ketimbang titipan, pesanan, atau balas budi dengan partai-partai koalisi. Itu yang menyebabkan sampai detik ini saya konsisten dan komitmen untuk memenangkan Bapak Jokowi dan Pak Ma’ruf Amin di 2019.
Punya misi khusus sebagai jubir Jokowi?
Farhat: Saya memang diharapkan untuk menghadapi beberapa orang. Yang namanya saya sebutkan adalah F. Farhat lawan F.
Mereka (kubu lawan), menurut saya, kemampuannya bukan di tingkat TV nasional, tapi Twitter dan Instagram. Selalu bicara buruk tentang pemerintah. Buat mereka, presiden dan pemerintahan sekarang buruk saja.
Jadi kalau dia bilang pembangunan gagal, kami bangunin dia, “Hei, lo jangan tidur. Jangan mimpi berkata buruk, tapi senyum dan nikmatilah karya-karya presiden kita saat ini.”
ADVERTISEMENT
Fitnah lawan karya. Cemoohan lawan kenyataan.
Adu Mulut Jubir Jokowi vs Prabowo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Adu Mulut Jubir Jokowi vs Prabowo (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Sunan: Saya saat ini kebetulan konsentrasi branding. Apa saja yang bisa kami tampilkan atau jual (dari) seorang Bapak Jokowi dan Bapak Ma’ruf Amin.
Sudah sangat tepat pasangan Pak Jokowi dan Pak Ma'ruf Amin ini. Insyaallah sosok Pak Jokowi sibuk bekerja, tidak pernah ogah kerja, dan tidak pernah ogah capek.
Begitu juga sosok Kiai Ma’ruf Amin. Beliau itu tidak berambisi untuk jadi wapres, tapi lebih kepada bagaimana masyarakat, muslim khususnya, agar tetap menjaga ukhuwah islamiyah.
Mereka adalah pasangan serasi. Pak Jokowi, yang secara usia lebih muda, mau mendengarkan nasihat-nasihat dari Pak Ma’ruf Amin. Dan Pak Ma'ruf Amin sebagai orang tua, juga bisa ngemong Pak Jokowi dalam pengambilan keputusan.
ADVERTISEMENT
Walaupun Pak Jokowi ini cemerlang ide-idenya, tetap saja beliau membutuhkan nasihat, pandangan rohani atau lain-lain yang mungkin beliau belum punya ilmunya.
Farhat Abas (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Farhat Abas (Foto: Munady Widjaja)
Apa kelebihan Anda dibanding jubir kubu oposisi?
Farhat: Saya populer, saya media darling. Dari 100 jubir, saya bisa tahu tema apa yang saya bahas, yang mana yang paling menarik, yang mana yang paling dilirik, dan yang mana yang paling antik. Kalau wanita tuh yang paling cantik.
Apa urgensi partai koalisi menghimpun jubir segera usai pendaftaran capres-cawapres?
Farhat: Memang kami ingin menetralkan komen-komen negatif dan memberi informasi kepada masyarakat.
Saya rasa, nggak usah mereka (lawan) menghadapi 100 jubir, menghadapi saya saja belum tentu mereka bisa.
Kalau mereka ada menghina fisik atau menghina saya, saya benturkan dia bukan dari kata-kata saya yang bisa menyakiti hati, bukan kata berbalas kata. Mereka berhadapan dengan hukum.
ADVERTISEMENT
Begitu juga saya. Saya juga nggak bisa menghina mereka sembarangan. Saya akan pakai bahasa yang dingin. Kalau mereka nggak teriak-teriak, saya juga diam-diam dan jadi anak manis.
Pelatihan Tahap II Juri Bicara Jokowi. (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatihan Tahap II Juri Bicara Jokowi. (Foto: Rafyq Panjaitan/kumparan)
Seratus jubir itu banyak betul, ya?
Sunan: Hitung-hitungannya adalah 100 orang ini bahkan masih kurang karena jubir juga ada yang nyaleg. Kalau pada waktu yang bersamaan dia harus berdiri sebagai caleg, lalu juga sebagai juru bicara kampanyenya Pak Jokowi, tentu tidak bisa.
Artinya (100 jubir ini) bukan untuk show of force, tapi lebih kepada kebutuhan di lapangan. Harus banyak orang yang bisa bergantian bekerja untuk kampanye.
Sekarang kita bagi saja--provinsi ada berapa, dan kabupaten ada berapa. Artinya, memang perlu sangat banyak orang untuk bekerja, menyampaikan program, visi misi, dan (menyosialisasikan) siapa itu Pak Jokowi, siapa Kiai Ma’ruf Amin.
ADVERTISEMENT
Jubir tidak hanya pusat atau provinsi, sebab yang di daerah notabene para pemilih juga. Mereka tidak tahu apa program (Jokowi-Ma’ruf). Jadi kami ingin mendistribusikan (informasi mengenai) capres dan cawapres, dengan harapan info itu sampai ke lapisan masyarakat paling bawah.
Kalau cuma bicara provinsi, cukup beberapa puluh jubir saja. Tapi tidak. Kami lebih memikirkan bagaimana mengenalkan capres-cawapres ke seluruh masyarakat yang besok akan mencoblos Bapak Jokowi.
------------------------
Simak selengkapnya Liputan Khusus kumparan: Perang Jubir Jokowi vs Prabowo.