Meneladani Toleransi di Kampung 3 Agama di Bekasi

27 Desember 2018 10:02 WIB
comment
19
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Toleransi Kampung Sawah. Foto: Mahatmanara M Sophiaan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Toleransi Kampung Sawah. Foto: Mahatmanara M Sophiaan/kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak merdeka, Indonesia mendeklarasikan diri sebagai negara republik dengan masyarakat yang heterogen. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mempertegas bahwa Indonesia sangat menghargai perbedaan, termasuk perbedaan keyakinan.
ADVERTISEMENT
Hal ini dipertegas dalam UUD 1945 Pasal 28E ayat (2) yang menyebutkan: Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
Sayangnya puluhan tahun setelah merdeka, konflik SARA justru banyak memicu prahara. Salah satu kasus besar yang menyebabkan korban jiwa dalam 3 tahun terakhir adalah konflik di Tolikara, Papua, pada 2015. Puncaknya, terjadi penyerangan yang menyebabkan puluhan bangunan termasuk musala hangus terbakar, bertepatan dengan pelaksanaan salat Idul Fitri.
Kemudian kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada 2016 yang kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan berujung penjara 2 tahun. Kasus ini berbuntut pada Aksi Bela Islam 212 dan gelombang aksi-aksi akbar berikutnya.
Aksi Reuni 212 pada 2 Desember 2017 (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)
Pada Februari 2018 di Yogyakarta, jemaat Gereja Santa Lidwina yang sedang menjalankan ibadah misa mingguan diserang oleh seorang pria. Penyerangan ini menimbulkan korban jiwa dan luka-luka.
ADVERTISEMENT
Tiga bulan setelahnya, bom bunuh diri terjadi di 3 gereja di Surabaya dan memakan banyak korban yang tak bersalah. Parahnya pelaku aksi bom bunuh diri tersebut melibatkan istri dan anak-anak mereka.
Serangan bom di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Surabaya (13/5/2018). (Foto: Antara/HO/HUMAS PEMKOT)
Deretan kasus tersebut hanya sekelumit dari konflik antaragama yang terjadi di Indonesia. Padahal negeri ini mengakui adanya 6 agama dan 187 aliran kepercayaan.
Namun di tengah ketegangan tersebut, ada satu kampung tak jauh dari Ibu Kota, yang tak terusik isu SARA, yakni Kampung Sawah di Bekasi, Jawa Barat. Sejak tahun 1896 atau satu abad yang lalu, warga di kampung ini hidup rukun meski berbeda agama.
Mayoritas penduduk di Kampung Sawah menganut agama Islam (24.903 jiwa), lalu Katolik (7.123 jiwa), dan Kristen (4.716 jiwa). Dua agama lainnnya Budha dan Hindu juga ada, hanya saja jumlahnya lebih sedikit.
Suasana Gereja Katolik Santo Servatius, Kampung Sawah, Bekasi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Mereka terbiasa saling membantu termasuk saat masing-masing pemeluk agama sedang menggelar hari raya. Banyak warga lintas agama yang bersahabat sejak kecil hingga dewasa. Para pemuka agama di Kampung Sawah juga saling menjaga komunikasi mereka dan mengaku tak pernah terlibat konflik serius.
ADVERTISEMENT
“Sejak turun temurun, sejak dahulu kala sudah diberikan warisan yaitu menjaga kerukunan juga toleransi antar umat beragama yang ada di Kampung Sawah dan itu dari masa ke masa terus kita pelihara,” kata Ketua pengurus Gereja Kristen Pasundan Kampung Sawah, Feri Talumepa.
Tak hanya itu, ada juga suami-istri yang menjalani rumah tangga beda agama selama 50 tahun lebih. Anak-anak mereka juga menganut agama yang berbeda-beda. Tentu pernah terjadi konflik di keluarga itu, namun mereka selalu bisa mengatasinya.
Suasana Gereja Katolik Santo Servatius, Kampung Sawah, Bekasi. (Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan)
Warga Kampung Sawah tak pernah terusik isu konflik antaragama yang terjadi di daerah-daerah lain. Mereka begitu menjunjung tinggi toleransi.
“Orang-orang luar yang datang ke Kampung Sawah kalau mereka minum air Kampung Sawah, makan makanan yang ada di Kampung Sawah, maka mereka harus mengikuti tradisi, adat istiadat yang ada di Kampung Sawah. Termasuk bagaimana masyarakat selama ini sudah melakukan proses kerukunan,” kata Tokoh Masyarakat Muslim Kampung Sawah, Solahudin Malik.
ADVERTISEMENT
Lantas apa sebenarnya kunci toleransi di Kampung Sawah? Mungkinkah diadopsi di daerah-daerah lain?
Simak selengkapnya konten spesial Toleransi di Kampung Sawah melalui tautan di bawah ini.