Priyo: Golkar Akan Bedol Desa

25 Juni 2018 13:52 WIB
Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso. (Foto: Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso. (Foto: Panji/kumparan)
ADVERTISEMENT
Priyo Budi Santoso bukan orang baru di jagat politik. Dua puluh tahun malang melintang di Partai Golkar, dan tiga periode berturut-turut duduk di Senayan sebagai anggota DPR RI (1997-2014) hingga dipercaya menjabat Wakil Ketua DPR periode 2009-2014, ia mendadak bermanuver tajam dengan lompat ke Partai Berkarya yang dinakhodai Tommy Soeharto.
ADVERTISEMENT
Di partai yang bakal melakukan debut politiknya pada Pemilu Legislatif 2019 itu, Priyo--yang pada 1993 menulis buku Birokrasi Pemerintah Orde Baru: Perspektif Kultural dan Struktural--langsung didapuk sebagai sekretaris jenderal.
Priyo, yang juga pernah meminta kabinet Soeharto mundur menjelang ajal Orde Baru, terlihat bergandeng tangan dengan Titiek Soeharto saat kakak Tommy itu mengumumkan ikut berpindah ke Partai Berkarya.
Titiek Soeharto pindak ke Partai Berkarya. (Foto: Antara Foto/Andreas Fitri A.)
zoom-in-whitePerbesar
Titiek Soeharto pindak ke Partai Berkarya. (Foto: Antara Foto/Andreas Fitri A.)
Akhir 2017, ketika pucuk pimpinan Golkar Setya Novanto terjerat kasus korupsi e-KTP dan telah menyandang status terdakwa, Priyo dan Titiek sempat berniat mencalonkan diri menjadi Ketua Umum Golkar untuk menggantikannya.
Priyo kala itu mengatakan telah mengantongi dukungan suara minimal yang disyaratkan, yakni 30 persen Dewan Pimpinan Daerah Golkar. Sementara Titiek mengurungkan rencananya bertarung menuju Golkar-1.
ADVERTISEMENT
Golkar akhirnya mengukuhkan Airlangga Hartarto secara aklamasi sebagai ketua umum pada Musyawarah Nasional Luar Biasa 19 Desember 2017, sesuai kesepakatan serupa yang telah diambil pada Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat Golkar sepekan sebelumnya, 13 Desember 2017.
Tiga bulan kemudian, April 2018, Priyo yang menjabat Sekretaris Dewan Kehormatan Golkar, menyeberang ke Partai Berkarya. Titiek, Wakil Ketua Dewan Pakar Golkar, menyusul angkat kaki ke Berkarya pertengahan Juni 2018.
Berikut petikan perbincangan kumparan dengan Priyo Budi Santoso, Selasa (12/6), seputar keluarga Cendana, Berkarya, dan Golkar.
Sudah berapa lama Berkarya ‘main mata’ dengan Mbak Titiek?
ADVERTISEMENT
Kami bincang-bincang tentang (Berkarya) itu sebenarnya belum lama, saat saya ikut salat tarawih dan tadarusan bersama di kediaman mendiang Pak Harto di Cendana. Tampak sekali Mbak Titiek memendam rasa tidak nyaman terhadap situasi di Golkar belakangan ini.
Kenapa merasa tak nyaman?
Agak sulit bicara terlalu terbuka di publik dengan bahasa terang. Seperti saya yang akhirnya juga memutuskan hijrah ke Partai Berkarya dengan alasan yang sudah saya kemas selembut mungkin. Tidak mudah bagi saya memutuskan untuk pindah.
Bagus sekali cara Mbak Titiek menyampaikan alasan kenapa pindah. Bagus, cerdas, jelas, tapi santun.
ADVERTISEMENT
Beliau (Titiek) mengatakan, terjadi perang batin antara tugas sebagai aparat Golkar yang harus serba-mendukung pemerintah, padahal banyak segi-segi kebijakan pemerintah yang harus dikritik dan diluruskan.
Sebagai anggota dari partai pendukung pemerintah, Mbak Titiek merasa tidak bisa berbuat banyak untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
Titiek Soeharto dan potret sang ayah. (Foto: Rahmat Pribadi/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Titiek Soeharto dan potret sang ayah. (Foto: Rahmat Pribadi/AFP)
Mbak Titiek kecewa dengan Golkar?
Begitulah. Telah hilang kebanggaan kami. Partai sebesar Golkar tidak bisa berbuat banyak. Teman-teman fraksi di DPR tidak lagi dianjurkan untuk memberikan pendapat atau gagasan mencerahkan. Golkar yang besar telah berubah menjadi ‘Pak Turut’ dan itu cukup memprihatinkan.
Soal ‘Pak Turut’ ini dibahasakan Titiek dengan sebutan ‘ABS’ alias Asal Bapak Senang dalam deklarasi kepindahannya dari Golkar ke Berkarya di Kemusuk, Bantul, Senin (11/6). Ia menyebut Golkar kerap mengekor pemerintah dan ‘penganut’ ABS.
ADVERTISEMENT
Tudingan Titiek itu lantas ditampik oleh Golkar. Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan, Golkar bukannya sembarang bermanis muka dan ABS kepada Jokowi dalam posisinya sebagai partai pendukung pemerintah.
“Keputusan (atas suatu kebijakan atau sikap) sudah diambil dalam mekanisme organisasi,” ujarnya.
Titiek Soeharto pindah ke Partai Berkarya. (Foto: Antara Foto/Andreas Fitri A. )
zoom-in-whitePerbesar
Titiek Soeharto pindah ke Partai Berkarya. (Foto: Antara Foto/Andreas Fitri A. )
Mbak Titiek sengaja memilih tempat di Kemusuk, Bantul, untuk mengumumkan kepindahannya dari Golkar ke Berkarya?
Iya, karena itu desa kelahiran Pak Harto. Bu Titiek merasa ini keputusan politik besar yang berpengaruh terhadap karier politik beliau ke depan. Bu Titiek kan saat ini juga harus meninggalkan kursi DPR. Itu kan nggak mudah. Jadi dipilih tempat di mana Pak Harto, ayahanda beliau, lahir.
Ide di Kemusuk itu murni dari Bu Titiek. Saya kira itu wajar. Saya sebagai sekjen, ikut saja. Saya lapor ke Ketua Umum, Mas Tommy Soeharto, dan dia juga mengangguk saja.
ADVERTISEMENT
Bagi Partai Berkarya, kepindahan Bu Titiek adalah berkah Ramadhan yang luar biasa. Seluruh jajaran menyambut gembira. Resonansi politiknya akan bergema luas. Menambah kekuatan dan kebanggaan kader Partai Berkarya se-Indonesia.
Apa tugas Mbak Titiek di Berkarya sekarang?
Posisi yang senior dan strategis, termasuk koordinasi lewat Kodapil--Komando Daerah Pemilihan. Bu Titiek juga ditugasi sebagai calon legislatif DPR RI nomor urut 1 dari Dapil DIY.
Kader Partai Golkar. (Foto: golkarkotacilegon.org)
zoom-in-whitePerbesar
Kader Partai Golkar. (Foto: golkarkotacilegon.org)
Berkarya tampak gencar mengambil orang dari partai lain, termasuk Golkar.
Kami bukan ambisius merekrut orang, tapi orang berduyun-duyun ingin bergabung dengan Partai Berkarya. Tokoh sekaliber Bu Titiek, sebelumnya saya. Ini kan pemimpin-pemimpin teras Partai Golkar. Dulu kami pernah maju sebagai calon-calon Ketua Umum Golkar.
Bagaimana kalau sebentar lagi kami umumkan beberapa tokoh teras dari berbagai parpol lain (juga bergabung dengan Berkarya)? Tunggu nanti tanggal mainnya. Ini masih dalam proses. Saya tidak bisa umumkan. Mungkin nunggu nanti setelah caleg masuk ke DCS (Daftar Calon Sementara).
ADVERTISEMENT
Kenapa mereka tertarik pada Berkarya?
Mereka mengkhawatirkan situasi nasional--kegaduhan politik dan gesekan-gesekan sosial yang menganga.
Rapimnas Partai Berkarya (Foto: Antara/Mohammad Ayudha)
zoom-in-whitePerbesar
Rapimnas Partai Berkarya (Foto: Antara/Mohammad Ayudha)
Kader-kader ‘imigran’ dari partai lain otomatis juga bertarung sebagai caleg Berkarya?
Ya. Tokoh-tokoh itu nanti diajukan menjadi caleg-caleg unggulan. Dan Golkar nanti mungkin akan bedol desa.
Hengkang massal?
Mereka, kami, ingin mengabdi dan berbuat, tapi selalu dipinggirkan karena tidak sehaluan. Bagaimana bisa terjadi, partai sebesar Golkar remote control-nya dipegang orang lain?
Ketika masih di dalam (Golkar), saya sering sampaikan saran bahwa meski jadi partai pendukung (pemerintah), Golkar mestinya tetap bisa unjuk diri sebagai partai besar dengan menunjukkan sikap politik dan narasi-narasi besar.
Partai sebesar Golkar mestinya punya sikap politik gagah. Tidak terkesan seperti kehilangan jati diri hanya karena satu-dua (kursi) menteri.
ADVERTISEMENT
Ancaman eksodus itu tak dikhawatirkan Golkar. Wakil Ketua Dewan Pakar Golkar, Mahyudin, mengatakan Golkar sudah terbiasa dengan perpindahan kader.
“Kami optimistis Golkar tidak apa-apa. Kami hormati pilihan Mbak Titiek (ke Berkarya), tapi itu tidak terlalu berpengaruh pada Golkar,” ujarnya.
'Anak-anak' Partai Beringin (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
'Anak-anak' Partai Beringin (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Bagi kader yang menyeberang, Golkar tak membanggakan lagi?
Kebanggaan itu tergerus. Perasaan itu terasa sampai ke pengurus daerah.
Apa cita-cita Partai Berkarya? Ingin mengembalikan Orde Baru?
Jika rakyat mempercayai, kami siap diberi mandat untuk mengganti kepemimpinan politik di parlemen dan eksekutif. Tapi sekarang demokrasi sudah dipasung dengan penerapan presidential threshold hasil kolaborasi parpol-parpol besar, dan partai baru tidak bisa apa-apa.
ADVERTISEMENT
Presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden yang diatur dalam Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum mensyaratkan pasangan capres-cawapres diusung oleh “partai politik atau gabungan parpol peserta pemilu yang memenuhi syarat perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR, atau memperoleh 25 persen suara sah nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.”
Regulasi tersebut tengah digugat ke Mahkamah Konstitusi dan dituntut dihilangkan menjadi 0 persen, karena dianggap berpotensi memunculkan capres tunggal yang justru dapat menghilangkan esensi Pemilu Presiden dan demokrasi.
Soal cita-cita Pak Harto yang disebut Mbak Titiek?
Selama pemerintahan ini, ajaran-ajaran Pak Harto tidak mendapat tempat yang selayaknya. Seperti yang dilakukan PSI dengan mengunggah dan memviralkan video yang mencerca dan mencibir Pak Harto serta putra-putrinya, dan memuja-muji keluarga Pak Jokowi.
ADVERTISEMENT
Secara politik, itu cara-cara jahat yang mengingatkan kita pada masa-masa kelam tahun 1960-an.
Sebenarnya, silakan saja PSI atau siapa pun memuji-muji setinggi langit keluarga Pak Jokowi. Kami tak masalah, oke-oke saja. Kami pun menghormati beliau.
Tapi ketika ikon yang kami hormati, Pak Harto, dinista dan dicerca dengan cara jahat oleh sekelompok orang itu hanya karena mereka ingin menunjukkan puja-puji ke Presiden Jokowi, apa harus kami biarkan serangan semacam itu? Jawabannya: tidak.
Sombongnya minta ampun kelompok itu. Silakan saja mereka berjualan dengan cara-cara hitam seperti itu. Tapi ingat, becik ketitik, olo ketoro (kebusukan hati, lama-lama baunya akan tercium juga).
Hak kami untuk membela diri dan melawan balik.
Terkait video Partai Solidaritas Indonesia yang menyinggung keluarga Soeharto tersebut, PSI mengatakan video itu dibuat untuk mengingatkan masyarakat, terutama generasi milenial yang tak pernah hidup semasa Orde Baru.
Poster Soeharto di jalanan (Foto: Anwar Mustafa/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Poster Soeharto di jalanan (Foto: Anwar Mustafa/AFP)
Jadi Soeharto adalah ikon Berkarya?
ADVERTISEMENT
Pasti. Kami melihat ada demam kerinduan pada Pak Harto di banyak lini masyarakat. “Piye kabare? Luwih penak jamanku, tho?”
Sudah tentu kerinduan itu akan semakin meyakinkan kami, tokoh-tokoh Partai Berkarya, untuk roadshow ke berbagai daerah menemui mereka (komunitas pencinta Soeharto).
Saya juga berharap nantinya Mbak Tutut Soeharto juga berkenan roadshow ke daerah-daerah. Testing the water. Kita tes bagaimana respons masyarakat.
Mbak Tutut saat masih di Golkar. (Foto: John Macdougall/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Mbak Tutut saat masih di Golkar. (Foto: John Macdougall/AFP)
Kapan Mbak Tutut akan bergabung?
Tunggu tanggal mainnya. Doakan saja tak terlalu lama lagi. Saya tidak dibenarkan untuk mendahului, karena itu ranah keputusan pribadi tokoh sekaliber Ibu Tutut Soeharto. Insya Allah, tak lama lagi.
ADVERTISEMENT
Tommy Soeharto ingin Indonesia seperti apa?
Jadi lebih baik. Kami prihatin terhadap ekses samping Reformasi yang sebagian kebablasan, seperti gesekan sosial yang masif, lunturnya nilai kekeluargaan, ketimpangan sosial, instabilitas keamanan, dan kegaduhan politik yang mengancam sendi-sendi bangsa.
Sebenarnya ada sisi-sisi baik dari zaman Pak Harto yang bisa kami tawarkan sebagai solusi bangsa, yaitu Trilogi Pembangunan: pertahankan pertumbuhan ekonomi tinggi, pemerataan pembangunan, stabilitas keamanan mantap.
Seperti juga Bung Karno yang sangat kami hormati, Pak Harto di mata kami adalah pemimpin yang amat kami hormati karena jasa besarnya. Bung Karno dan Pak Harto bagi kami adalah dua putra terbaik yang pernah dilahirkan bangsa ini. Hormati mereka sebagai pemimpin berjasa besar, meski manusia tentu tak luput dari kekurangan.
ADVERTISEMENT
Sebagai generasi penerus, hendaknya jangan gampang mencerca dan menghina mantan-mantan pemimpin. Pakai filosofi mikul dhuwur mendhem jero (menonjolkan kelebihan dan kebaikan, dan menutupi kekurangan atau keburukan/menjunjung tinggi martabat orang tua).
Tommy Soeharto Pangeran Cendana (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tommy Soeharto Pangeran Cendana (Foto: Basith Subastian/kumparan)
Tommy berminat maju capres di 2024?
Politik adalah seni kemungkinan. Sama seperti pertanyaan yang dilontarkan tahun 1980-an: mungkin nggak Ibu Mega jadi calon presiden?
Segala sesuatu mungkin terjadi jika rakyat menghendaki.
Saat ini konsentrasi kami (Berkarya) sepenuhnya masih di legislatif. Tagar kami adalah #2019GantiDPR. Kami belum tertarik untuk ikut gerakan #2019GantiPresiden. Tapi setelah peristiwa viralnya video PSI, kami sedang mempertimbangkan ulang semuanya.
ADVERTISEMENT
------------------------
Ikuti terus manuver putra-putri Soeharto dalam rangkaian ulasan mendalam Cendana is Back di Liputan Khusus kumparan.