Profil Jamal Khashoggi, Disayang Lalu Dibenci Arab Saudi

12 Oktober 2018 11:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jamal Khashoggi. (Foto: AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Jamal Khashoggi. (Foto: AFP)
ADVERTISEMENT
Lahir di keluarga berpengaruh di Arab Saudi, Jamal Khashoggi, tidak lantas luluh pada harta dan takhta. Dia memilih menjadi jurnalis dengan idealismenya sebagai pengawas kebijakan pemerintah. Kritikan dilancarkannya untuk Kerajaan Saudi, hingga akhirnya dia hilang misterius di Istanbul, Turki.
ADVERTISEMENT
Khashoggi dinyatakan hilang setelah memasuki Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu dan tidak pernah keluar lagi. Berbagai informasi intelijen rahasia Amerika Serikat dan Turki menyebut pria 56 tahun itu dibunuh oleh algojo-algojo yang khusus didatangkan dari Saudi.
Khashoggi lahir pada 1958 dari keluarga kaya yang dekat dengan kerajaan. Beberapa nama terkenal ada di pohon keluarga Khashoggi. Di antaranya adalah kakeknya, Mohammed Khaled Khashoggi, dokter pribadi Raja Abdulaziz Al Saud, atau pamannya Adnan Khashoggi, pedagang senjata terkenal di Timur Tengah. Dan siapa yang tidak kenal Dodi al-Fayed, konglomerat Saudi kekasih Putri Diana, yang ternyata adalah sepupu Khashoggi.
Sepanjang kariernya, dia juga dikenal berhubungan akrab dengan bangsawan Saudi termasuk putra mahkota saat ini, Mohammed bin Salman (MbS).
Jamal Khashoggi. (Foto: Instagram/@jkhashoggi)
zoom-in-whitePerbesar
Jamal Khashoggi. (Foto: Instagram/@jkhashoggi)
Setelah lulus dari studi jurnalisme di Indiana State University, AS, pada 1982, karier Khashoggi sebagai jurnalis moncer. Pada 1991, dia menjadi pemimpin redaksi Al Madina, dan pada 1999 dia terpilih menjadi wakil pemimpin redaksi Arab News, koran berbahasa Inggris terbesar di Saudi.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya sejak 1987 hingga 1990, dia menulis untuk koran Asharq Al-Awsat. Dia juga menghabiskan delapan tahun menulis untuk koran Al-Hayat. Kekhususannya adalah tulisan soal Afghanistan, Aljazair, Kuwait, dan Timur Tengah. Bahkan dia pernah beberapa kali bertemu dan mewawancara Osama bin Laden sebelum menjadi pemimpin al-Qaeda.
Karena kedekatannya dengan keluarga kerajaan, Khashoggi ditunjuk jadi penasihat media untuk Pangeran Turki bin Faisal, mantan kepala Direktorat Jenderal Intelijen Saudi dan Dubes Saudi untuk AS dari 2005 hingga 2006.
Pemerintah Saudi juga kerap mengirim Khashoggi untuk menghadiri pertemuan penting, salah satunya rapat antara para pemimpin Barat dengan Hamas di Beirut.
Jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi. (Foto: AP Photo/Virginia Mayo)
zoom-in-whitePerbesar
Jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi. (Foto: AP Photo/Virginia Mayo)
"Dia ada di antara para elite Saudi. Para elite yang ingin melihat reformasi di Arab Saudi tanpa perubahan rezim," kata Azzam Tamimi, yang telah berkawan dengan Khashoggi selama 25 tahun, kepada media Turki Daily Sabah.
ADVERTISEMENT
Kedekatannya dengan keluarga kerajaan tidak membuatnya enggan mengkritik. Khashoggi dikenal tidak punya "rem" untuk lidahnya jika sudah mengkritik kebijakan Saudi. Dia beberapa kali berurusan dengan kerajaan karena hal ini, puncaknya adalah ketika dia menjadi pemimpin redaksi Al Arab News, televisi milik Pangeran Alwaleed bin Talal pada 2015.
Kurang dari 24 jam mengudara, stasiun televisi itu tutup, dengan alasan masalah teknis. Rumor menyebutkan, televisi itu ditutup karena menyiarkan soal politisi oposisi Bahrain. Dari sini, karier Khashoggi redup, hubungannya dengan Kerajaan mulai renggang, dia sulit mendapatkan pekerjaan, hingga akhirnya kabur ke AS setelah diperintahkan "tutup mulut".
Jamal Khashoggi. (Foto: Instagram/@jkhashoggi)
zoom-in-whitePerbesar
Jamal Khashoggi. (Foto: Instagram/@jkhashoggi)
Di AS, dia bebas menulis kritikannya terhadap pemerintah Saudi melalui The Washington Post. Kritikannya terutama ditujukan untuk MbS yang disebutnya sebagai diktator mirip Presiden Rusia Vladimir Putin. Salah satu tulisan opininya di The Washington Post yang bikin telinga MbS panas berjudul: "Saudi Arabia wasn’t always this repressive. Now it’s unbearable.".
ADVERTISEMENT
Dia menyuarakan kebebasan masyarakat Saudi dalam berbicara, menolak perang Saudi di Yaman, menolak cap buruk untuk Ikhwanul Muslimin, hingga menentang konflik diplomatik dengan Kanada. Menurut Khashoggi, Saudi di bawah kepemimpinan MbS menjadi sangat represif dan antikritik. Penahanan para pengkritik di Saudi, kata Khashoggi, bermotifkan politik.
Kepada kawannya, dia sempat mengatakan tengah diincar untuk ditangkap oleh Saudi. Tiga hari sebelum dinyatakan hilang di Istanbul, kepada BBC dalam wawancara off-air Khashoggi mengaku ragu bisa pulang ke negaranya.
"Saya rasa saya tidak akan bisa pulang." Di Arab Saudi, kata Khashoggi kepada BBC, "orang-orang yang dipenjara bahkan bukan pembangkang."