Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Wanita Saudi Kunci Diri di Hotel Bangkok, Minta Suaka
7 Januari 2019 11:50 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB

ADVERTISEMENT
Seorang wanita Arab Saudi mengunci diri di hotel bandara Bangkok, Thailand, setelah menolak dideportasi. Wanita ini mengaku bisa dibunuh jika kembali ke Saudi dan memohon suaka pada pemerintah Thailand.
ADVERTISEMENT
Kepada kantor berita AFP, wanita bernama Rahaf Mohammed al-Qunun itu mengaku kabur dari keluarganya di tengah perjalanan di Kuwait karena mendapatkan siksaan fisik dan mental. Rencananya wanita 18 tahun ini akan ke Australia untuk mencari suaka, namun perjalanannya dihentikan petugas imigrasi ketika transit di Bandara Suvarnabhumi, Bangkok, Minggu (6/1).
Menurut pengakuannya yang didukung pernyataan lembaga Human Rights Watch, seluruh dokumen perjalanan Qunun diambil paksa oleh staf Kedutaan Saudi dan Kuwait di Thailand. Melalui Twitter, dia mengatakan akan dideportasi menggunakan pesawat Kuwait Airways.
"Saya meminta pemerintah Thailand menghentikan deportasi ke Kuwait. Saya meminta polisi Thailand memulai proses suaka saya," kata Qunun di Twitter.
Dalam keputusasaan menunggu dideportasi, Qunun membarikade diri di kamar hotelnya. Di Twitter, terlihat Qunun menahan pintu kamar dengan kasur, meja, dan kursi.
ADVERTISEMENT
Menurut AFP, jika dipulangkan dia "yakin 100 persen" akan dibunuh keluarganya. Dia menolak membuka pintu sebelum diberikan pengacara atau akses ke petugas badan pengungsi PBB, UNHCR.
Menurut pejabat imigrasi Thailand, Qunun dihentikan karena tidak memiliki dokumen yang memadai, seperti tiket pulang atau uang. Karena itu, petugas langsung menelepon Kedutaan Arab Saudi.
Abdulilah al-Shouaibi, kuasa usaha Kedutaan Arab Saudi di Bangkok yang berbicara di stasiun berita Saudi Rotana Khalijial mengatakan ayah Qunun menghubungi mereka dan meminta gadis itu dipulangkan.
Namun Shouaibi membantah jika paspor Qunun ditahan dan stafnya berada di bandara.
Human Rights Watch (HRW) mengatakan Qunun menghadapi bahaya besar jika dia dideportasi ke Saudi dan mendesak Thailand menerima suakanya.
ADVERTISEMENT
"Melihat riwayat panjang Arab Saudi dalam insiden kekerasan atas dasar kehormatan, kekhawatiran bahwa dia (Qunun) bisa dibunuh tidak dapat diabaikan," kata Phil Robertson dari HRW.
UNHCR sendiri telah meminta akses kepada aparat Thailand untuk bertemu Qunun. Menurut UNHCR, pencari suaka tidak boleh dideportasi jika nyawanya terancam di negaranya.
Kasus ini terjadi di tengah kecaman dunia kepada Saudi usai pembunuhan Jamal Khashoggi tahun lalu. Jurnalis pengkritik kerajaan Saudi itu dibunuh dan dimutilasi di Konsulat Saudi, Istanbul.
Paus Fransiskus wafat di usia 88 tahun pada Senin pagi (21/4) akibat stroke dan gagal jantung. Vatikan menetapkan Sabtu (26/4) sebagai hari pemakaman, yang akan berlangsung di alun-alun Basilika Santo Petrus pukul 10.00 pagi waktu setempat.