4 Kebiasaan yang Bikin Ban Mobil Cepat Botak

31 Agustus 2018 17:33 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tapak ban mobil yang sudah botak (Foto: Shutter stock)
zoom-in-whitePerbesar
Tapak ban mobil yang sudah botak (Foto: Shutter stock)
ADVERTISEMENT
Sadar atau tidak, banyak aspek yang menyebabkan keausan ban kendaraan lebih cepat aus. Mulai dari kondisi jalan, perilaku berkendara, komponen berkendara, hingga lingkungan.
ADVERTISEMENT
Menurut Instruktur Sentul Driving Course (SDC) Rudy Novianto, selain permukaan jalan yang kurang baik, ada beberapa keadaan yang secara tidak sadar membuat kembangan ban lebih cepat terkikis.
"Sebenarnya kita bisa lakukan tindakan preventif itu (mencegah alur ban cepat abis). Cuma kalau penyebabnya kondisi permukaan jalan kita enggak bisa kontrol kan, tetapi yang paling utama tekanan ban sih," jelas Rudy saat ditemui di Jakarta, Kamis (30/8).
Selain tekanan angin pada ban, keadaan apa saja yang membuat ban lebih cepat aus? Simak ulasannya.
Tekanan angin ban yang kurang
Ilustrasi ban kempis (Foto: dok. Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ban kempis (Foto: dok. Pixabay)
Menurut Rudy, hal yang harus diteliti pertama adalah tekanan angin pada ban. Khususnya pada ban yang kurang tekanan anginnya akan membuat area pijak ke jalanan lebih luas, ini membuat keausan ban akan lebih cepat.
ADVERTISEMENT
"Pertama yang paling berpengaruh banget itu adalah tekanan angin, apalagi kalau tekanan anginnya tidak dijaga atau kurang, bisa hancur bannya malah, makanya biasakan cek tekanan angin secara rutin, jaga agar terus sesuai rekomendasi pabrikan," ujar Rudy.
Kondisi kaki-kaki yang tidak presisi
Ban serep temporary  (Foto: yourmechanic.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ban serep temporary (Foto: yourmechanic.com)
Kondisi kaki-kaki yang sudah tidak baik pun juga membuat alur ban lebih cepat termakan. Terlebih bagi pemilik mobil yang jarang atau telat melakukan spooring atau balancing, keselarasan ban terganggu kemudian membuat keasuan ban tidak merata dan cenderung pada satu area saja.
"Masalah kaki kaki juga sangat berpengaruh terhadap alignment (penjajaran) ban, bagaimana dia berdiri, kalau miring (toe in/toe out) segala macem kemungkinan terkikisnya akan sangat cepat," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Bobot yang berlebih
Mengukur tekanan ban (Foto: dok. Anglocelt)
zoom-in-whitePerbesar
Mengukur tekanan ban (Foto: dok. Anglocelt)
Selanjutnya tak kalah merugikan adalah tambahan bobot pada kendaraan. Dengan bertambahnya beban pada kendaraan, secara tidak sadar membuat ban lebih tertekan pada permukaan jalan. Hal ini sama halnya ketika tekanan angin ban yang kurang, sehingga area ban yang berpijak lebih luas.
"Ini yang kadang dilupakan oleh orang banyak, barang yang enggak penting akhirnya nambah bobot. Mungkin sederhana, tapi bobot itu bila diakumulasikan dengan waktu perjalanan lama kelamaan akan makan ban tetapi dampaknya tidak instan," katanya.
Perilaku pengereman
Ban mobil Menteri Yasonna tertusuk paku. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ban mobil Menteri Yasonna tertusuk paku. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Terakhir perilaku yang mempengaruhi tingkat keausan ban adalah perilaku pengereman. Terkadang pengemudi melakukan pengereman mendadak atau cenderung menunda pengereman hingga mendekati titik berhenti. Perilaku ini menurut Rudy akan memperbesar gaya gesek permukaan ban ke aspal sehingga mempercepat kebotakan ban.
ADVERTISEMENT
"Kemudian dari perilaku pengereman kejut yang mendekati berhenti sehingga gesekan ban semakin banyak, itu mempercepat keausan tapak ban," tutup Rudy.