Asuransi Astra Belum Berani Menanggung Mobil Tua dan Sport

21 Agustus 2019 8:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengunjung sedang melihat mobil tua di pameran Indonesia Classic N Unique Bus 2019. Foto: Helmi Afandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengunjung sedang melihat mobil tua di pameran Indonesia Classic N Unique Bus 2019. Foto: Helmi Afandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Mengasuransikan mobil atau sepeda motor, jadi pilihan beberapa orang untuk memberikan rasa tenang. Ketika mobil mengalami masalah --umumnya kerusakan, tak perlu pusing lagi memikirkan biaya perbaikannya.
ADVERTISEMENT
Namun sejauh ini, umumnya asuransi hanya dimanfaatkan pada mobil atau sepeda motor baru saja. Bagaimana untuk kendaraan lawas atau yang sudah berumur tua?
Bisa dikatakan pehobi mobil lawas di Indonesia cukup banyak jumlahnya. Sebut saja salah satu perkumpulannya seperti PPMKI (Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia), keanggotaannya mencapai 2.000 orang per 2019. Belum lagi komunitas lainnya, yang sudah menjamur di dalam negeri.
Asuransi Astra. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
Menanggapi hal tersebut, Chief Marketing Officer Retail Business Asuransi Astra Gunawan Salim menyebutkan, mereka mengaku tak tertarik untuk bermain di situ. Walaupun cukup menggiurkan.
"Memang menarik --mobil lawas-- karena banyak juga pecinta mobil tua yang ingin mengasuransikan kendaraannya, --hanya saja-- itu susah," ucap Gunawan di sela-sela kegiatan CSR Revitalisasi PAUD Terpadu Perwari Trisula, Senin (19/8).
ADVERTISEMENT
Pria dengan sapaan karib Pak Gun mengungkapkan alasannya, yaitu adanya kekhawatiran tak bisa memuaskan konsumen segmen tersebut, khususnya soal pelayanan.
"Secara waktu, perbaikan atau penggantian suku cadangnya akan sulit dipenuhi secara cepat, kami harus cari dan bisa saja sampai ke luar negeri. Jadi kami tak mau mengorbankan service, saya tak mau mengecewakan konsumen. Karena Asuransi Astra unggulnya di service, jadi kita jaga service," ucapnya.
Hal serupa berlaku pada kendaraan sport. Bahkan bila dipaksakan --ditanggung asuransinya, bisa membuat citra perusahaan yang dibangun dari sektor pelayanan jadi buruk,
"Mengapa kami tak bisa cover karena suku cadangnya susah. Misalkan mobil sport tabrakan, memang bisa diperbaiki orang Indonesia, itu tidak bisa. Teknisinya harus dari luar negeri langsung. Ketika dipaksakan dilakukan secara lokal, dan hasilnya tak membuat puas customer, lalu siapa yang disalahkan, pasti asuransinya," tutur Gun.
ADVERTISEMENT