Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Christopher Sebastian, Presiden Direktur Makko Group yang membawahi beberapa merek kaca film Masterpiece, First Klass, dan Johnson, memberikan beberapa tips supaya tak salah membeli kaca film.
Tertipu Kaca Film ‘Fake IR’
Di pasar aftermarket Christopher menyebut, cukup banyak beredar kaca film palsu yang disebut Fake IR (Infra Red). Ini adalah kondisi di mana kaca film ketika di tes, seolah tahan panas, padahal nyatanya tidak, dan ini banyak membuat konsumen tertipu.
“Jadi banyak customer yang terperangkap dengan hal seperti itu, cuma ini juga karena penjualnya juga. Bila tak menjual barang seperti itu juga konsumen tak akan ada yang tertipu,” ucapnya di sela peluncuran produk baru kaca film Firs Klass tipe terbaru mengandung UV 400 di IIMS 2019, Jumat (26.4).
ADVERTISEMENT
Malah parahnya lagi kata Christopher, ada penjual yang memasarkan kaca film palsu tersebut dengan harga yang mahal. Kaca film seperti itu tak bisa diketahui ciri-cirinya, harus dipakai dan dicoba dahulu buat mengetahui itu palsu.
“Jadi pilih distributor kaca film yang jelas. Zaman sekarang sudah canggih tinggal googling saja, cari tahu siapa penjualnya dan bagaimana garansinya, seperti kita misanya yang sudah membawahi 7 merek kaca film,” tuturnya.
Kadar Kegelapan Kaca
Kedua yaitu soal kegelapan kaca, di mana yang tidak memahami kadar kegelapan yang memenuhi faktor keselamatan tapi tak mengorbankan sisi kenyamanan.
“Pemilihan kegelapan kaca film, buat depan itu idealnya 20 persen atau maksimal 40 persen, di samping belakang 60 persen atau maksimal 80 persen,” kata Christopher.
ADVERTISEMENT
Dirinya juga menyayangkan, ada pedagang kaca film yang tak mengedukasi pembelinya. Bahkan ada beberapa merek tertentu, yang mengetahui kalau konsumen dalam negeri suka yang gelap, menjual kaca film dengan kegelapan yang ditulis 90 persen.
“Walaupun itu salah, tapi banyak juga konsumen konsumen tertarik, dan ini tak mengedukasi. Daripada 90 persen mending pasang kardus sekalian. Banyak konsumen yang tak memperhatikan itu dan beresiko terhadap keselamatannya,” ungkapnya.