Kurangi Tekanan Ban Bikin Aman Berkendara saat Hujan? Mitos atau Fakta

7 November 2018 7:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cek tekanan angin ban motor (Foto: dok. Motorcycle)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cek tekanan angin ban motor (Foto: dok. Motorcycle)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada banyak hal untuk meningkatkan keselamatan berkendara saat menunggangi sepeda motor. Salah satunya dengan mengurangi tekanan udara saat melintasi permukaan jalan yang basah atau selama diguyur hujan.
ADVERTISEMENT
Namun seberapa penting perilaku tersebut dilakukan untuk meningkatkan aspek keselamatan saat berkendara dalam kondisi hujan?
Menjawab hal ini, Technical Training PT Astra Honda Motor (AHM) Endro Sutarno menjelaskan, ban motor yang didesain harian punya fungsi yang sama-sama baik saat hujan maupun kondisi kering.
"Tekanan ban yang sempurna sebenarnya enggak ada masalah (digunakan di jalan yang basah). Kalau tekanan ban dikurangi sebenarnya itu feeling masing-masing, memang bidang sentuh ban ke aspal semakin lebar, dengan begitu mengurangi gejala terpeleset karena ban licin. Sebenarnya kembangan ban sudah cukup membantu tanpa harus mengurangi tekanan ban," buka Endro saat ditemui kumparanOTO beberapa waktu lalu.
Ban sepeda motor (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ban sepeda motor (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
Endro membeberkan, kembangan pada ban harian memiliki fungsi untuk memecah genangan air, jadinya tanpa perlu mengurangi tekanannya, ban sudah menjanjikan keselamatan di bawah guyuran hujan.
ADVERTISEMENT
"Ban umum bukan yang balap itu didesain sudah ada kembangannya dengan tujuan menyibak dan membuang lapisan film permukaan air yang menggenang di jalan, sehingga traksi antara permukaan jalan dengan ban terjadi," sambung Endro.
Kerikil yang menempel di celah alur ban motor (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Kerikil yang menempel di celah alur ban motor (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
Tapi bukannya mengurangi tekanan angin ban tidak diperbolehkan. Menurut pendiri sekaligus instruktur Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC), tekanan angin pada ban harus sesuai dengan keadaan lingkungan sekitar.
"Contohnya tekanan angin ban pada saat kemarau dan musim hujan itu berbeda. Saat hujan tekanan ban harus dikurangi, contohnya kalau standarnya 32 psi diturunkan 2 sampai 4 psi, jadi tekanannya turun jadi 28 psi," papar Jusri.
Ilustrasi pengendara motor saat hujan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pengendara motor saat hujan. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Seperti penjelasan Endro, lewat mengurangi tekanan angin ban ini diyakini mampu memberikan traksi yang lebih besar ke permukaan jalan saat musim hujan sehingga mengurangi gejala terpeleset.
ADVERTISEMENT
Hanya saja hindari pengurangan tekanan angin ban yang terlalu ekstrem. Jusri menyebut kalau ban terlalu kempis bisa berakibat buruk.
"Kalau menguranginya terlalu signifikan yang harusnya 32 psi menjadi 20 psi, itu bisa bikn ban pecah," tambahnya.
Ilustrasi celah antara velg dan ban motor (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi celah antara velg dan ban motor (Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO)
Saat tekanan ban terlalu rendah, fleksibilitas pada bagian dinding ban bisa berlebih, akibatnya temperatur ban jadi sangat panas. Kondisi yang panas ini juga dapat merusak tapak ban, yang membuat ban bisa pecah secara tiba-tiba.
Selebihnya untuk meningkatkan keselamatan di jalan raya, baik Endro maupun Jusri berpesan untuk memperhatikan tampilan, kelenturan atau tekanan ban.
"Yang jadi masalah itu ban gundul, enggak bisa membuang lapisan film air, rekomendasinya langsung ganti ban sebelum masuk musim hujan," tutup Endro.
ADVERTISEMENT