Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menyiksa Vespa Primavera Edisi Terbatas dari Bali ke Bromo
21 Desember 2018 20:49 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB
ADVERTISEMENT
kumparanOTO berkesempatan menjajal salah satu model ikonik Vespa yang eksistensinya sudah setengah abad. Tapi bukan untuk diajak riding dalam kota, melainkan 'menyiksanya' melintasi perbukitan Pulau Bali, menyusuri sisi pesisir Jawa Timur, sampai mengujinya di dataran tinggi Gunung Bromo dalam balutan Iconic Ride.
ADVERTISEMENT
Perjalanan yang dilakukan 3 hari dengan jarak kurang lebih 500 km ini juga diramaikan dengan roda dua model lain di bawah naungan Piaggio Indonesia seperti Vespa Sprint, GTS 300, Piaggio MP3, Piaggio Medley, Moto Guzzi Bobber dan Roamer. Untuk mengetahui detail perjalanan dan rasa berkendaranya, simak ulasannya berikut ini.
Adaptasi menyusuri Bali
Pendapat kami mengenai Primavera edisi spesial ini begitu nyentrik. Warnanya yang memikat, ditambah beberapa perbedaan dengan versi standar membuatnya punya tampilan yang lebih modern.
Memang tidak banyak bedanya, hanya pada lampu yang sudah LED, model velg, warna jok, serta emblem berdesain khusus yang melambangkan 50 tahun produksi Primavera. Selebihnya, mengenai posisi berkendara maupun dapur pacu masih sama.
Untuk tinggi orang 170 cm, Vespa Primavera ini rasanya cukup nyaman. Apalagi kaki tidak begitu menjijit balet seperti menaiki moge petualang. Terlebih tinggi setangnya yang dibuat proporsional sehingga membuat posisi duduk bisa tegak.
ADVERTISEMENT
Setelah mencoba beradaptasi dengan posisi duduknya, perjalanan dimulai dengan menyusuri seluk beluk perkotaan di Bali hingga menuju kawasan Kintamani.
Kondisi lalu lintas perkotaan yang ramai lancar dan sesekali macet tidak membuat kami tersiksa untuk mengendarai Primavera ini. Manuver belak-belok di celah mobil pun masih dapat dengan mudah dilakukan.
Cukup bermain di kemacetan, perjalanan lanjut menyusuri wilayah perbukitan yang didominasi jalanan naik-turun dan berkelok-kelok sebelum akhirnya sampai di tepian Danau Batur.
Pada kondisi jalanan ini akselerasi menanjak kami rasakan cukup mumpuni untuk mesin 150 cc-nya. Tenaga terasa tersalurkan secara linear dan tidak menghentak meski kecepatan hanya terbatas di kisaran 80-90 km/jam saat menanjak.
Melibas tikungan perbukitan pun dapat dengan mudah dilakukan, setang tidak begitu berat tapi tidak begitu ringan, rasanya pas. Profil ban depan dan belakangnya yang lebar pun membuat performanya ketika berbelok juga stabil.
ADVERTISEMENT
Dari Danau Batur, perjalanan dilanjut melintasi sisi utara Bali sampai pelabuhan Gilimanuk untuk menyeberang ke Banyuwangi. Kondisi jalan yang lebar dan cukup lengang pun tak kami sia-siakan untuk menggeber gasnya sampai mentok, alhasil kecepatan puncak yang bisa dicapai berdasarkan speedometer di angka 102 km/jam.
Riding santai dan tes ABS di Baluran
Kalau hari pertama perjalanan langsung diajak ngegeber si Primavera sampai titik nadir, beda di hari kedua yang lebih santai untuk menikmati kenyamanan berkendara dari Primavera edisi spesial ini.
Memang tidak diragukan lagi profil akselerasi Primavera begitu lembut. Mesin tidak mudah meraung alias ngeden untuk mencapai kecepatan tinggi, terlebih saat dibonceng, torsinya yang terbilang tinggi pada putaran mesin rendah juga membuat akselerasi mudah dilakukan, akibatnya kami tidak mudah dibuat lelah untuk membuka gasnya yang dalam.
Berdasarkan data teknis, mesin 150 cc-nya ini mampu memproduksi tenaga 11,7 dk pada 7.500 rpm dan torsi 12 Nm pada 5.000 rpm.
ADVERTISEMENT
Saking dibuai kenyamanan suspensi dan tarikan mesinnya saat dibawa santai, tidak terasa rute perjalanan sudah masuk gerbang Taman Nasional Baluran. Pada beberapa ruas jalan Africa van Java ini ternyata belum semuanya aspal, melainkan masih didominasi jalanan berpasir.
Untungnya setiap unit yang ikut andil dalam perjalanan ini sudah dilengkapi dengan rem ABS, jadi saat melakukan pengereman mendadak pun tidak perlu ragu terpeleset. Kata Technical Training PT Piaggio Indonesia Yudi Riswanto, rem ABS Vespa sangat lembut karena setiap detiknya akan bekerja sampai 10 kali untuk menghindari penguncian roda.
Benar saja, saat kami penasaran mencoba menarik tuas remnya dengan cepat di atas permukaan jalan yang berpasir, getaran kedutan rem langsung terasa berkali-kali, jarak penguncian ban pun sangat minim sehingga gejala terpeleset pun sama sekali tidak terasa.
ADVERTISEMENT
Uji pengereman, handling dan visibilitas malam di Bromo
Puas menikmati hamparan padang rumput Taman Nasional Baluran, perjalanan bertolak ke Gunung Bromo sampai malam tiba. Kontur jalan yang sangat menanjak dan berkelok tajam kembali menguji Primavera dan model lainnya untuk mendaki menuju tempat beristirahat.
Pada kondisi inilah handling dan stabilitas Vespa Primavera benar-benar diuji. Meliuk tajam pada permukaan jalan yang tidak rata pun sangat mudah dan nyaman dilakukan. Begitu pun saat kami terpaksa untuk beberapa kali melakukan rem mendadak karena berbagi ruang dengan kendaraan yang berpapasan, feeling pengereman yang rigid semakin mendongkrak kenyamanan berkendara.
Itu tadi bicara handling dan pengereman, poin lain yang kami suka adalah pancaran lampu utamanya yang sangat baik pada malam hari.
ADVERTISEMENT
Seperti dijelaskan di awal, lampu Primavera edisi spesial ini sudah LED yang terbagi atas dua cluster, atas dan bawah. Lampu utamanya ada di bawah sementara lampu jauh berada di atas.
Posisi lampu yang tinggi membuat bidang pancaran lampu juga terasa lebih luas. Apalagi saat lampu jauh diaktifkan, area visibilitas makin luas lagi. Jadi bisa dikatakan lampu jauhnya ini sangat berguna menambah visibilitas malam hari, ketimbang lampu LED motor pabrikan Jepang yang hanya berpindah titik jatuhnya jadi lebih jauh, bukan meninggi.
Kesimpulan
Sayangnya dalam perjalanan ini kami tidak mengetes konsumsi bahan bakarnya. Untuk menghindari kehabisan bensin di jalan, pihak panitia selalu mengisi kembali bensin meskipun baru turun 2-3 bar.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, perjalanan semakin nyaman karena terhindari dari bayang-bayang kehabisan bensin di tengah jalan. Tak hanya itu, posisi duduk yang rada tegak dengan posisi setang yang tinggi membuat perjalanan jauh ini tidak terasa pegal.
Ruang kaki yang lega pun bisa dimanfaatkan untuk mengubah posisi kaki sesuai keinginan, jadinya kaki juga tidak ikut pegal karena mudah diposisikan. Apabila bosan menekuk dalam kondisi normal, posisi kaki bisa rada ditekuk ke belakang menginjak foot rest penumpang belakang sehingga menjadi lebih sporty dan lebih mantap saat melahap tikungan.