news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

136 Paus di Afrika Barat Mati akibat Terdampar Massal

1 Oktober 2019 12:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
136 paus kepala melon tewas akibat terdampar massal di lepas pantai barat Afrika. Foto: BIOS.CV. via Facebook.
zoom-in-whitePerbesar
136 paus kepala melon tewas akibat terdampar massal di lepas pantai barat Afrika. Foto: BIOS.CV. via Facebook.
ADVERTISEMENT
Sekitar 136 paus kepala melon tewas akibat terdampar secara massal di lepas pantai barat Afrika pada pekan lalu. Dilaporkan organisasi pelestarian lingkungan BIOS.CV, puluhan sukarelawan setempat berusaha membantu memindahkan paus-paus malang tersebut.
ADVERTISEMENT
Ratusan paus itu terdiri dari paus dewasa, remaja, dan anak-anak yang ditemukan terdampar pada 24 September di Pulau Boa Vista.
“Sayangnya, setelah dibawa kembali ke laut, sebagian besar hewan itu kembali terdampar,” tulis BIOS.CV dalam unggahannya di Facebook.
“Para petugas berupaya mengubur paus-paus itu untuk mencegah bahaya kesehatan lingkungan dan masyarakat yang bisa ditimbulkannya,” papar BIOS.CV dalam unggahan lain, pada 26 September 2019.
Para peneliti kemudian mengambil sampel dari 50 paus yang terdampar, sedangkan empat individu lainnya dibekukan guna pemeriksaan di masa mendatang oleh dokter hewan.
Meski Uni Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources/IUCN) menganggap paus kepala melon sebagai spesies paling tidak diperhatikan, namun populasinya terancam oleh sejumlah faktor, termasuk perubahan habitat akibat dampak dari perubahan iklim, kebisingan laut, dan kegiatan penangkapan ikan.
ADVERTISEMENT
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), habitat paus kepala melon (Peponocephala electra) berkaitan erat dengan paus sperma dan paus pembunuh, mereka sering ditemukan di perairan dalam tropis di seluruh dunia. Mereka juga biasanya hidup bersama, berkelompok dengan jumlah ratusan hingga ribuan individu.
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi sejumlah peristiwa paus terdampar secara massal di seluruh dunia. November 2018 lalu misalnya, dua kelompok paus pilot di Selandia Baru diketahui terdampar massal, hingga menewaskan setidaknya 145 ekor paus.
Tiga hari setelahnya, seekor paus bungkuk dan 27 paus pilot ditemukan terdampar di Australia. Sedangkan awal tahun ini, sedikitnya 50 paus pilot ditemukan tewas di pantai terpencil di Islandia, mereka diduga terjebak dalam arus pasang surut yang kuat hingga menghalangi mereka untuk mencapai perairan yang lebih dalam.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masih di awal 2019, setidaknya 70 paus abu-abu hanyut di sepanjang pantai barat Amerika Utara, dari Alaska ke selatan hingga Meksiko. Saking banyaknya peristiwa paus terdampar, NOAA telah kehabisan lahan untuk mengubur bangkai paus yang telah membusuk.
Peristiwa kematian paus massal dan terdampar semakin sering terjadi, dan para peneliti belum mengetahui apa yang menyebabkan paus-paus itu terdampar di pantai. Mereka menduga, ini disebabkan meningkatnya populasi paus di perairan di seluruh dunia karena status hewan ini dilindungi. Namun, bisa jadi karena faktor eksternal, seperti penyakit atau cuaca ekstrem.
Paus juga dapat terdampar ke perairan yang lebih dangkal karena diburu oleh predator atau memangsa buruannya. Hal ini bisa membuat mereka bingung dan terperangkap oleh arus ombak. Lebih lanjut, penelitian menunjukkan bahwa sonar laut dapat mempengaruhi kemampuan paus untuk bernavigasi melalui ekolokasi, bahkan mungkin membuat mereka dekompresi. Selain itu, intervensi manusia juga bisa membuat paus-paus itu mati karena dehidrasi.
ADVERTISEMENT