Berdarah Saat Malam Pertama dan Mitos Keperawanan Lainnya

24 November 2018 14:46 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten Eksklusif: Tes Keperawanan. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Konten Eksklusif: Tes Keperawanan. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, mengetahui keperawanan orang lain adalah hal yang sangat penting. Pada umumnya, cara yang digunakan oleh orang-orang semacam ini untuk mengetahui keperawanan seorang perempuan adalah dengan melihat himen (hymen) --dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai selaput dara-- pada vaginanya.
ADVERTISEMENT
Di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia, "tes keperawanan" dilakukan untuk membuktikan apakah seorang perempuan masih memiliki himen yang utuh atau tidak.
Pada 17 Oktober 2018, WHO mengeluarkan pernyataan yang mengecam "tes keperawanan" dan menyatakan bahwa hal ini tidaklah memiliki dasar ilmiah. Sebab, kondisi himen tidak dapat menjadi bukti konkret apakah seorang perempuan pernah melakukan hubungan seksual atau tidak.
Selain keutuhan himen yang kerap dianggap sebagai tolok ukur keperawanan perempuan, masih banyak mitos soal keperawanan lain yang dipercaya dan disalahpahami oleh masyarakat.
Berbagai mitos soal keperawanan perempuan (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
1. Keluar darah saat berhubungan seks pertama kali
Bulan madu di Bali (ilustrasi) (Foto: Shutter Stock)
Keluarnya darah saat malam pertama, atau saat pertama kali berhubungan seksual seringkali dianggap tanda bahwa perempuan tersebut baru pertama kali melakukan hubungan seksual. Darah yang keluar terjadi karena himen yang robek.
ADVERTISEMENT
Kenyataannya, menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris (National Health Service), tidak semua perempuan akan berdarah saat pertama kali berhubungan seksual. Himen adalah selaput yang sangat tipis di vagina dan bisa rusak meski tanpa berhubungan seksual. Himen yang rusak ini pun tidak harus selalu menyebabkan rasa sakit atau pun berdarah.
2. Perawan punya himen yang utuh
Ilustrasi 'tes keperawanan'. (Foto: Shutterstock)
Menurut WHO, bentuk himen setiap perempuan berbeda-beda. Bahkan, pada sebagian perempuan, himen masih tetap bisa utuh meskipun telah melakukan hubungan seksual. Sementara pada sebagian perempuan lainnya, himen bisa rusak meskipun yang bersangkutan tidak melakukan hubungan seksual, misalnya karena olahraga atau mengalami kecelakaan.
3. Vagina akan jadi ‘longgar’ setelah berhubungan seksual
Ilustrasi vagina (Foto: Thinkstock)
Selain himen, hal lain yang sering dianggap sebagai indikator keperawanan adalah kekuatan otot vagina. Perempuan yang belum pernah melakukan hubungan seksual dianggap memiliki vagina yang lebih “sempit”. Adapun setelah melakukan seksual apalagi sering melakukannya, maka vagina perempuan dianggap akan menjadi “longgar”.
ADVERTISEMENT
Kenyataannya, menurut IFL Science, hanya dua hal yang menyebabkan penurunan kekuatan pada otot vagina, yaitu melahirkan dan usia. Seiring dengan bertambahnya usia, maka kekuatan otot vagina pun akan semakin berkurang.
Baik pada perempuan yang pernah berhubungan seks atau pun belum, vagina bisa terasa sangat sempit, misalnya dikarenakan perempuan tersebut belum merasa relaks sebelum berhubungan seksual sehingga vaginanya tidak cukup melebar.
4. ‘Tes keperawanan’ bisa buktikan perempuan belum pernah berhubungan seks
Ilustrasi perempuan hendak menjalani 'tes keperawanan'. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
"Tes keperawanan" menjadi salah satu isu yang diangkat oleh WHO karena tes ini dianggap tidak ilmiah. Keperawanan seseorang tidak dapat dibuktikan melalui "tes keperawanan", salah satu alasannya adalah karena bentuk himen perempuan berbeda-beda, bahkan ada perempuan yang tak punya himen. Selain itu, robeknya himen tidak selalu disebabkan oleh hubungan seksual, dan hal ini tidak bisa diketahui melalui "tes keperawanan".
ADVERTISEMENT
5. Semua perempuan memiliki himen
Tes Keperawanan (Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan)
Ternyata tidak semua perempuan memiliki himen. Beberapa perempuan terlahir tanpa himen. Menurut Mary Rosser, dokter obstetri dan ginekologi (ObGyn) di Montefiore Health System kepada SELF, bentuk himen serta ketebalannya berbeda-beda pada setiap perempuan, bahkan ada perempuan yang lahir tanpa himen.
6. Rasa sakit saat berhubungan seks pertama kali adalah tanda keperawanan
Ilustrasi 'Tes Keperawanan' (Foto: kumparan)
Munculnya rasa sakit pada perempuan saat berhubungan seksual pertama kali juga sering dianggap sebagai indikator keperawanan. Rasa sakit memang bisa muncul saat berhubungan seksual pertama kali apabila perempuan masih memiliki himen yang utuh. Namun himen bukan satu-satunya penyebab rasa sakit saat berhubungan seks pertama kali.
Rasa gugup dan kurangnya pengalaman serta pengetahuan soal hubungan seks juga bisa menimbulkan rasa sakit. Bahkan bila rasa sakit diiringi darah terjadi terus menerus, hal tersebut bisa menandakan ada gangguan kesehatan pada vagina perempuan.
ADVERTISEMENT
Simak cerita konten spesial Tes Keperawanan melalui tautan di bawah ini.