Inovasi: Bioreaktor Kapal Selam di Pati Mampu Ubah Limbah Jadi Energi

26 Juli 2019 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Limbah organik hasil pertanian. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Limbah organik hasil pertanian. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Produk inovasi bioreaktor kapal selam dari Pati, Jawa Tengah, mampu mengubah limbah organik hasil industri pertanian menjadi pupuk organik dan energi. Limbah organik industri pertanian yang dimaksud misalnya adalah kotoran ternak dan sampah organik.
ADVERTISEMENT
"Bioreaktor kapal selam ini berfungsi sebagai fermentor yang dapat mengolah sampah limbah organik menjadi pupuk organik dan energi," kata Muhammad Sobri yang merupakan penemu dan pengembang bioreaktor kapal selam ini kepada Antara di sela-sela presentasi dan penjurian Anugerah Labdha Kretya 2019 di Jakarta, Kamis (25/7).
Sejak tahun 2013, Sobri yang merupakan lulusan S3 jurusan Ilmu Nutrisi dan Pakan Peternakan dari Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian dan pengembangan untuk menciptakan alat itu. Tiga tahun kemudian, 2016, alat itu tercipta. Pada 2017, Sobri akhirnya mendapatkan paten atas alat tersebut.
Dengan menggunakan alat itu, Sobri menuturkan, proses fermentasi limbah organik seperti limbah industri tapioka, kotoran ternak, dan sampah organik dapat menghasilkan pupuk organik dan gas. Gas ini kemudian dapat dikonversi menjadi energi listrik.
ADVERTISEMENT
Pria berusia 47 tahun itu mengatakan bahwa diversifikasi gas yang dihasilkan dari proses fermentasi dengan bioreaktor itu dapat dijadikan sebagai sumber energi untuk berbagai keperluan. Misalnya untuk pencahayaan, menyalakan kompor, dan bahkan menggerakkan traktor.
Muhammad Sobri yang merupakan penemu dan pengembang bioreaktor kapal selam. Foto: Martha Herlinawati Simanjuntak/ANTARA
Adapun terkait pupuk organik yang bisa dihasilkan alat tersebut, Sobri menyatakan satu unit bioreaktor dapat menyuburkan berhektare-hektare sawah dalam setahun. Dia merinci, satu hektare sawah butuh 5-8 ton pupuk organik.
Adapun dalam sehari, satu unit bioreaktor bisa menghasilkan 200 kilogram pupuk. Jadi, dibutuhkan sekitar 25 hari untuk menghasilkan lima ton pupuk organik untuk satu hektare sawah. Dan dalam setahun atau 365 hari, ada lebih dari 14 hektare sawah yang bisa disuburkan dari pupuk organik hasil olahan bioreaktor itu.
ADVERTISEMENT
Dengan pupuk organik tersebut, menurut Sobri, warga tidak perlu membeli dan menggunakan pupuk kimia yang berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Selain itu, gerakan penggunaan pupuk organik juga dapat semakin gencar dilakukan.
Bioreaktor kapal selam buatan Sobri tersebut menjadi satu dari tujuh inovasi yang masuk dalam nominasi penerima Anugerah lptek dan Inovasi Nasional kategori Labdha Kretya 2019. Saat ini penjurian untuk mendapatkan tiga terbaik dari tujuh nominator inovasi sedang dilakukan oleh pihak Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Pengumuman dan penyerahan anugerah akan diselenggarakan pada 27 Agustus 2019 di Denpasar, Bali.