Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Kenapa Ada Banyak Korban Pelecehan Seksual Enggan Laporkan Kasusnya?
7 Juni 2018 11:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Belum lama ini penyanyi dangdut pendatang baru, Via Vallen , menjadi pembicaraan publik karena menjadi korban pelecehan seksual dari salah seorang pesepak bola. Via memposting percakapan dirinya dengan pelaku yang mengajak dirinya ‘ngamar ’.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya Via Vallen, berita perlakuan tak menyenangkan terhadap perempuan juga banyak terjadi di mancanegara.
Contoh, seorang tenaga kerja wanita asal Filipina dicium di bibirnya oleh Presiden Duterte di Korea Selatan. Perilaku presiden Filipina ini memicu gelombang protes dan dianggap tidak senonoh, apalagi dilakukan di depan umum.
Kedua contoh tidak menyenangkan di atas hanyalah sebagian kecil dari kasus pelecehan seksual yang dialami oleh perempuan. Menurut Catatan Tahunan Komnas Perempuan tahun 2017, ada 348.446 kasus kekerasan pada perempuan Indonesia, dan di ranah personal 31 persennya adalah kekerasan seksual. Sementara di ranah publik, kasus kekerasan seksual mencapai 76 persen.
Catatan tahunan ini hanya mencatat kasus yang dilaporkan. Dan yang lebih mengerikan, jajak pendapat yang diinisiasi oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) Lentera Sintas Indonesia menunjukkan, sebanyak 93 persen korban pelecehan seksual tidak melaporkan kasusnya.
ADVERTISEMENT
4 Alasan Perempuan Tidak Melaporkan Kasusnya
Menurut Psikolog dan advokat untuk korban pelecehan seksual, Beverly Engel, dalam tulisannya di Psych Central, ada empat alasan mengapa ada banyak perempuan yang enggan melaporkan kasusnya ke pihak berwajib.
Alasan pertama adalah karena adanya penyangkalan bahwa mereka mengalami kasus pelecehan seksual. Banyak perempuan yang tidak menyadari kalau hal-hal yang dia alami sebenarnya adalah pelecehan seksual.
Dalam kasus Via Vallen, kita bisa bercermin dari komentar salah satu selebriti yang menganggap pengakuan Via ‘lebay ’. Ia mengatakan kalau pesan-pesan tidak senonoh diterima Via sebenarnya adalah hal yang biasa. Hal seperti ini juga merupakan bentuk penyangkalan terhadap pelecehan seksual yang terjadi pada perempuan.
Alasan kedua, takut akan konsekuensi. Banyak pelecehan seksual yang dilakukan oleh rekan kerja atau bahkan atasannya.
ADVERTISEMENT
Ketakutan akan konsekuensi seperti dipecat atau tidak dapat kenaikan pangkat membuat banyak perempuan takut melaporkan kasusnya, apalagi bila melibatkan atasan.
Dalam survei yang dilakukan oleh Lentera Sintas Indonesia, salah satu alasan terbesar mengapa kasus pelecehan seksual tidak dilaporkan adalah karena adanya ketakutan akan kehilangan pekerjaan.
Alasan ketiga, korban takut orang lain tidak percaya bahwa dirinya telah menjadi korban pelecehan seksual. Bahkan lebih parah lagi, selain tidak dipercaya, sering kali korban pelecehan seksual malah mengalami shaming atau dipermalukan.
Kembali kita melihat kasus yang dialami oleh Via Vallen. Setelah posting perihal masalah pelecehannya , ia tidak hanya mendapati komentar 'lebay' tetapi juga hujatan di akun Instagram-nya.
Hal ini memicu kekesalan pihak Komnas Perempuan yang dituangkan dalam cuitan bertuliskan, "Dear netijen yang mahabenar, kalau ada perempuan korban berani melawan kekerasan seksual, itu wajib kita dukung! Sikap menyalahkan korban justru membuat pelaku semakin meraja rela!"
ADVERTISEMENT
Alasan terakhir adalah rasa malu. Pelecehan seksual memang perilaku yang menghinakan, sehingga tidak aneh kalau kemudian korban merasa dipermalukan.
Korban akan merasa telah 'terinvasi' dan diambil harga dirinya. Perasaan ini, apabila kemudian digabungkan dengan perilaku orang di sekitarnya yang malah mempermalukan, akan membuat korban menyalahkan diri sendiri dan enggan melaporkan kasusnya karena ada perasaan bersalah.
Kasus Via Vallen merupakan pelajaran bahwa pelecehan seksual masih merajalela. Dan yang lebih menyedihkan lagi, melihat respons yang diterima Via, hal ini menunjukkan masih banyak orang yang malah mempermalukan dan menyepelekan kasus pelecehan seksual.
Semoga di masa mendatang, masyarakat dapat menjadi lebih sensitif pada tindakan pelecehan seksual dan lebih bersimpati kepada korban, bukan malah membuat mereka merasa terpojokkan.
ADVERTISEMENT