Mengenal Kanker Prostat, Kanker dengan Kasus Terbanyak ke-4 di Dunia

5 Agustus 2019 18:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi memegang penis Foto: derneuemann via pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memegang penis Foto: derneuemann via pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kanker prostat merupakan kanker yang banyak menyerang kaum pria. Ia berkembang di prostat, yakni kelenjar yang ada di dalam sistem reproduksi pria. Kanker prostat telah menjadi ancaman luar biasa, terutama pria yang masuk usia lanjut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan Global Cancer Statistics, kanker prostat tercatat sebagai kanker dengan jumlah kasus terbanyak ke-4 di seluruh dunia, dan penyakit ini ada di urutan kedua yang banyak diderita pria, setelah kanker paru. Ada sekitar 1,2 juta kasus baru di seluruh dunia dan tercatat 359 ribu kematian disebabkan oleh kanker ini.
Di Indonesia, kanker prostat menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita sekitar 25 ribu orang. Ironisnya, sebagian besar pasien didiagnosis pada stadium lanjut karena deteksi dini kanker prostat di Indonesia masih belum optimal. Masalah itu banyak terjadi karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit kanker prostat.
Lebih lanjut, risiko seseorang bisa terkena kanker prostat akan meningkat saat ia memasuki umur di atas 50 tahun, atau pada pria di atas 45 tahun dengan riwayat kanker prostat di keluarganya.
ADVERTISEMENT
“Kelenjar prostat hanya ada di dalam tubuh laki-laki. Kanker prostat tentu saja hanya menyerang laki-laki, karena anatomi tubuhnya berbeda dengan perempuan. 60 persen pasien yang datang ke RSCM terkait kanker prostat, mereka sudah memasuki stadium lanjut. Jarang yang datang pada stadium awal,” ujar dr. Agus Rizal Hariandy Hamid, staf Medik Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dalam konferensi persnya di RSCM Kencana, Jakarta Pusat, Senin (5/8).
Sebagian besar yang mengalami kanker prostat stadium awal tidak menyadari bahwa mereka telah terjangkit penyakit ini. Hal ini dikarenakan kanker prostat tidak menunjukkan gejala-gejala awal. Selain itu, gejala prostat juga tidak khas, yang artinya dapat menyerupai keluhan penyakit lain, sehingga sering kali terdeteksi pada stadium yang lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
“Kanker prostat itu letaknya ada di dalam (tubuh), jadi bisa dibilang tidak ada yang bisa melihat prostat dari luar. Satu-satunya cara untuk mendiagnosis kanker prostat adalah memasukan jari ke dalam dubur,” papar Agus.
dr. Agus Rizal Hariandy Hamid, staf Medik Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Foto: Habib Allbi Ferdian/kumparan.
Gejala terkadang baru dirasakan pasien saat kanker sudah menyebar ke organ lainnya. Simtom yang disebabkan meliputi gangguan kemih, adanya darah pada urin, pembesaran kelenjar getah bening di sekitar prostat, penurunan berat badan, dan jika kanker sudah menyebar ke sumsum tulang belakang, maka akan ditemukan adanya defisit neurologi, seperti rasa lemas pada kaki. Oleh sebab itu, pemeriksaan dini kanker prostat sangatlah penting dilakukan.
“Deteksi dini merupakan tahap penting untuk memulai diagnosis lanjutan pada kanker prostat. Hal ini dikarenakan pasien kanker prostat yang didiagnosis pada stadium dini, memiliki angka harapan hidup selama 10 tahun mencapai 90 persen, dan akan menurun hingga 50 persen, jika kanker ditemukan dalam stadium lanjut,” ujar Agus.
ADVERTISEMENT
Menurut Agus, upaya dini kanker prostat dapat dilakukan saat pria memasuki usia 40 tahun. Pemeriksaan meliputi tanya jawab, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjuang.
Modalitas yang umumnya dilakukan adalah pemeriksaan rektal dan pemeriksaan prostate-specific agent (PSA) dari sampel darah. Pada pemeriksaan rektal, dokter akan menilai perubahan fisik pada prostat pasien, seperti apakah ada pembesaran, asimetri, perubahan pada permukaan dan konsistensinya.
Pada pemeriksaan PSA, kadar protein yang diproduksi kelenjar prostat akan diukur volumenya, dan dinilai apakah dalam batas normal atau tidak. Adapun pemeriksaan penunjang lainnya akan dilakukan, meliputi pemeriksaan urin, fungsi ginjal, dan dapat dilakukan ultrasonography (USG), jika ada indikasi.