Pertama Kalinya, Ginjal dari Donor Dikirimkan ke Pasien Lewat Drone

3 Mei 2019 11:26 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ginjal. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ginjal. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Saat ini lebih dari 100.000 orang di Amerika Serikat sedang berharap mendapatkan transplantasi organ. Susahnya menemukan organ yang cocok menjadi masalah utama bagi para pasien yang membutuhkan transplantasi.
ADVERTISEMENT
Mereka biasanya mendapatkan donor dari orang-orang yang telah meninggal, seperti jantung, paru-paru, ginjal, dan bagian tubuh lainnya. Akan tetapi, tatkala mereka mendapat organ yang cocok, mereka juga harus berpacu dengan waktu agar organ yang dibutuhkan tetap layak digunakan.
Organ jantung dan paru-paru, misalnya, hanya bisa bertahan hidup di luar tubuh selama empat hingga enam jam. Berbeda dengan jantung dan paru-paru, ginjal dapat bertahan hidup di luar tubuh hingga 48 jam, yang berarti mereka dapat diangkut dengan jarak yang lebih jauh.
Masalahnya, menemukan ginjal yang cocok itu sulit. Sebab, donor dan penerima harus memiliki kecocokan golongan darah, ukuran tubuh, dan protein sistem kekebalan.
Masalah lainnya, pengiriman organ guna kebutuhan transplantasi sering kali dilakukan lewat jalur darat atau jalur udara dengan menyewa pesawat atau komersial yang kadang-kadang terjadi penundaan pengiriman. Selain itu, tempat tinggal yang jauh dari bandara memungkinkan pasien menerima organ tubuh secara tidak tepat waktu.
Ilustrasi Drone. Foto: REUTERS/Athit Perawongmetha
Untuk mengatasi hal ini, para peneliti dari University of Maryland akhirnya mengembangkan drone yang dirancang khusus untuk mengirimkan organ manusia, dan ini bisa menjadi harapan baru bagi para penerima donor. Manfaat itu telah dirasakan secara nyata oleh seorang wanita yang sedang dirawat di University of Maryland Medical Center. Perempuan itu menjadi orang pertama yang menerima donor ginjal yang dikirimkan menggunakan drone.
ADVERTISEMENT
Wanita berusia 44 tahun yang tidak disebutkan namanya itu menderita gagal ginjal dan telah menghabiskan waktu delapan tahun menjalani dialisis sebelum menjalani prosedur transplantasi. Setelah menerima ginjal yang dikirim lewat drone dari rumah sakit lain dengan jarak sekitar 4,8 kilometer, ia kemudian menjalani operasi pada 19 April 2019, dan keluar dari rumah sakit tiga hari kemudian.
Drone ini memiliki delapan rotor, memberikan kestabilan yang sangat baik, dan dilengkapi dengan sistem yang disebut Human Organ Monitoring and Quality Assurance Apparatus untuk perjalanan jarak jauh.
Sistem ini juga bisa mengukur dan mempertahankan suhu, tekanan barometrik, ketinggian, getaran, dan lokasi, memastikan organ tetap dalam kondisi sempurna, sambil mentransmisikan semua informasi yang relevan ke smartphone ahli bedah yang sudah menunggu.
ADVERTISEMENT
Bagi ahli bedah transplantasi, penggunaan drone sebagai alat transportasi organ merupakan inovasi yang sangat penting. Sebab, penundaan perjalanan dan ketepatan waktu sering menjadi permasalahan saat mereka akan melakukan transplantasi.