Perubahan Iklim Bisa Membahayakan Ibadah Haji

23 Agustus 2019 16:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jemaah melaksanakan tawaf terakhir dalam rangkaian haji (Tawaf al-Wadaa) mengelilingi Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah. Foto: AFP/Abdel Ghani BASHIR
zoom-in-whitePerbesar
Jemaah melaksanakan tawaf terakhir dalam rangkaian haji (Tawaf al-Wadaa) mengelilingi Ka'bah di Masjidil Haram, Makkah. Foto: AFP/Abdel Ghani BASHIR
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim di Arab Saudi diprediksi bisa membuat umat Islam yang pergi haji ke Makkah dalam bahaya di masa depan. Peneliti memperingatkan bahwa perubahan iklim dapat menyebabkan panas ekstrem yang mematikan bagi mereka yang sedang berhaji.
ADVERTISEMENT
Hal itu mereka ungkap dalam sebuah riset terbaru. Riset itu diterbitkan di jurnal Geophysical Research Letter pada 22 Agustus 2019.
Tim periset menyebut bahwa mereka yang berhaji di bulan-bulan musim panas berada dalam risiko tinggi terdampak panas ekstrem. Musim haji tahun depan bertepatan dengan musim panas. Begitu juga dengan musim haji antara 2047 sampai 2052 dan musim haji antara 2079 sampai 2086.
Kondisi di Makkah bisa sangat panas, lembab, dan kering akibat keberadaan Laut Merah. Sedangkan saat berhaji ada sejumlah ibadah yang harus dilakukan beramai-ramai di luar ruangan dan menyebabkan adanya kerumunan sangat padat. Suatu kombinasi yang bisa berbahaya.
Para peneliti mengatakan bahwa sejak tahun 1970-an, Timur Tengah mengalami peningkatan temperatur hingga 2 derajat Celcius. Daerah itu juga semakin sering mengalami panas ekstrem akibat perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Panas ekstrem bisa berbahaya bagi tubuh. Hal itu dapat menyebabkan seseorang cepat lelah dan mengalami stroke panas yang membuat orang jadi muntah-muntah, sakit kepala, serta hilang kesadaran.
risKlinik kesehatan haji Indonesia di Mina. Foto: Denny Armandhanu/kumparan
Dalam riset ini, tim peneliti menggunakan model komputer untuk memprediksi temperatur di sekitar Makkah sampai tahun 2100. Tim peneliti juga mempelajari temperatur "wet bulb", yakni penghitungan temperatur yang juga memperhitungkan efek pendinginan uap air di udara. Temperatur wet bulb normalnya lebih rendah dibanding temperatur normal atau dry bulb.
Tim peneliti menemukan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, temperatur wet bulb masuk dalam hitungan berbahaya berdasarkan U.S. National Weather Service. Ini terutama ketika musim haji jatuh pada bulan-bulan musim panas.
"Hal ini akan terjadi meski telah dilakukan hal-hal untuk membatasi dampak perubahan iklim," tulis para peneliti dalam risetnya, seperti dilansir Newsweek.
ADVERTISEMENT
"Tapi, tanpa usaha mengatasi dampak itu, bahayanya akan semakin membesar," lanjutnya.
Peneliti mendesak pihak berwenang agar mulai mengambil langkah demi mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan saat musim haji. Salah satu solusi yang para peneliti sarankan adalah pembatasan jumlah calon haji.