Sebuah Kepulauan di Dekat Indonesia 'Tenggelam' dalam Lautan Plastik

20 Mei 2019 13:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sampah plastik di Kepulauan Cocos. Foto: Jennifer Lavers
zoom-in-whitePerbesar
Sampah plastik di Kepulauan Cocos. Foto: Jennifer Lavers
ADVERTISEMENT
Kepulauan Cocos (Keeling) yang terletak di barat daya Indonesia kini sedang dalam kondisi yang menyedihkan. Menurut hasil sebuah riset, pantai-pantai di Kepulauan Cocos dipenuhi dengan jutaan sampah plastik.
ADVERTISEMENT
Hasil riset ini telah dipublikasikan di jurnal Scientific Reports pada 16 Mei 2019. Hasil riset mengungkap ada sekitar 414 juta sampah plastik di kepulauan yang terdiri atas 27 pulau kecil tersebut. Di antara sampah jutaan sampah plastik yang “menenggelamkan” kepulauan tersebut, 373.000 di antaranya adalah berupa sampah sikat gigi.
"Pulau-pulau seperti ini mirip dengan burung kenari di dalam tambang batu bara (bisa memberi peringatan atas suatu bahaya) dan ini semakin penting bagi kita untuk melakukan sesuatu atas peringatan yang mereka berikan bagi kita," ujar Jennifer Lavers, pemimpin riset ini.
"Polusi plastik sekarang bisa kita temukan di bagian manapun dari lautan kita, dan pulau-pulau terpencil adalah tempat ideal untuk mendapatkan pemandangan objektif dari volume sampah plastik yang sekarang mengitari dunia," lanjutnya, seperti dilansir IFL Science.
Sejumlah anak-anak berada di muara sungai Jangkuk yang penuh dengan sampah. Foto: ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
Levers mengatakan bahwa ia dan timnya mengestimasi ada sekitar 238 ton sampah di Kepulauan Cocos yang lokasinya hanya berjarak sekitar 1.000 kilometer dari Pulau Jawa, Indonesia, tersebut. Menurutnya, jumlah itu bisa lebih tinggi. Ini karena sampel yang diambil hanya sampai kedalaman 10 sentimeter di dalam tanah dan ada beberapa pantai yang tidak bisa diakses.
ADVERTISEMENT
Lavers menjelaskan bahwa kepulauan tersebut tidak memiliki populasi manusia yang besar yang bisa membuat begitu banyak sampah. Kenyataannya, dari 27 pulau kecil di Kepulauan Cocos, memang hanya dua pulau yang berpenghuni.
Lokasi Kepulauan Cocos (kiri bawah) dari Indonesia. Foto: Google Maps
Jenis sampah
Riset menemukan bahwa seperempat dari sampah plastik yang disurvei merupakan barang sekali pakai. Sebanyak 93 persen dari sampah terkubur di kedalaman 10 sentimeter di bawah permukaan tanah.
"Berbeda dengan Pulau Henderson (pulau tak berpenghuni lainnya di Samudra Pasifik), di mana kebanyakan sampah yang ditemukan merupakan barang pemancing ikan, plastik di Kepulauan Cocos kebanyakan barang-barang sekali pakai, seperti tutup botol dan sedotan, serta ada banyak sepatu dan sandal jepit," ungkap Lavers.
Pulau Henderson di Pasifik Selatan adalah salah satu tempat yang jarang didatangi manusia. Tapi menurut laporan, pulau itu memiliki densitas sampah plastik tertinggi di dunia.
Anak-anak bermain di tepi pantai Pulau Pari. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Penggunaan sampah plastik meningkat
Para peneliti mengatakan bahwa produksi dan konsumsi global atas plastik terus meningkat. Mereka mengestimasi ada 12,7 juta ton plastik yang dibuang ke lautan pada 2010.
Ada 40 persen polusi plastik yang masuk ke air pada tahun yang sama dengan tahun pembuatannya. Keseluruhan hasil estimasi menunjukkan ada lebih dari 5 triliun sampah plastik di laut kita.
"Polusi plastik adalah sebuah ancaman bagi kehidupan liar yang terdokumentasi dengan baik. Polusi ini punya potensi berdampak pada manusia dan semakin banyak diteliti," ujar Annett Finger, anggota tim peneliti dalam riset ini.
Selama enam dekade, lautan kita telah menjadi tempat akhir bagi sampah plastik. Sampah-sampah ini ditemukan pada setiap tingkatan jaring-jaring makanan dalam kehidupan laut dan ditemukan pada bagian-bagian terdalam lautan serta pantai terpencil.
ADVERTISEMENT
"Skala dari masalah ini bisa diartikan bahwa untuk membersihkan lautan kita dari sampah plastik tidak mungkin dilakukan, dan membersihkan pantai ketika terpolusi dengan plastik itu menghabiskan banyak waktu, mahal, dan harus dilakukan secara rutin karena ribuan potongan plastik terus datang setiap harinya," kata Finger.
Sampah plastik mengotori garis pantai di Cilincing di Jakarta. Foto: REUTERS / Willy Kurniawan
Satu-satunya solusi
Ketika di lautan, sampah plastik bisa terurai jadi partikel yang lebih kecil. Partikel ini dikenal sebagai mikroplastik. Dia punya potensi bertahan hingga puluhan tahun dan bahkan ratusan tahun.
Para periset mengatakan bahwa limbah plastik akan terus bertambah dengan cepat jika tidak ada perubahan berarti. Pertambahan itu bisa berbahaya terutama bagi hewan liar yang menganggapnya sebagai makanan.
"Satu-satunya solusi yang paling mungkin dilakukan untuk menghentikan masuknya material ini ke lautan adalah dengan mengurangi produksi dan konsumsi plastik serta meningkatkan manajemen limbah," simpul Finger.
Sampah plastik dan styrofoam di garis pantai di Cilincing di Jakarta. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
ADVERTISEMENT