Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Di Malaysia serangga ini disebut sebagai “semut charlie”. Di Indonesia serangga ini telah dikenal lebih dulu dengan sebutan tomcat .
ADVERTISEMENT
Sebuah broadcast mengenai semut yang diklaim berbahaya, beredar di media sosial maupun pesan instan. Broadcast tersebut antara lain dapat ditemukan di postingan lama yang kini kembali viral dari akun pengguna Facebook bernama Ely Afriani. Postingan tersebut menampilkan gambar beberapa serangga serta gambar seorang bayi dengan kondisi kulit mengenaskan dan diklaim merupakan korban gigitan serangga yang disebut semut charlie itu.
Padahal berdasarkan klarifikasi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), kulit bayi tersebut menjadi demikian terkena si bayi menderita sindrom Linear Nevus Sebaceous, penyakit yang disebabkan oleh mutasi gen. Bukan karena serangan semut charlie sebagaimana yang dinyatakan dalam postingan yang viral tersebut.
Adapun serangga yang disebut sebagai semut charlie dalam gambar tersebut, sebenarnya bukanlah semut, melainkan kumbang. Di Malaysia, serangga ini memang kerap disebut sebagai “semut charlie” atau kumbang rove.
ADVERTISEMENT
Pada akhir 2018 lalu misalnya, berdasarkan laporan The Star, para penghuni Kondominium Shineville Garden di Ayer Itam, Malaysia, mendapatkan serangan dari “semut charlie” ini. Berdasarkan laporan situs berita Malaysia tersebut, para penghuni kondominium tersebut sudah mendapat serangan dari serangga ini sejak empat tahun terakhir.
Salah satu penghuni kondominium yang terkena serangan “semut charlie” adalah P. Sushiksha, balita berumur dua tahun yang wajahnya mengalami peradangan akibat racun serangga ini. Dalam laporan itu disebutkan, serangga ini telah mengganggu sekitar 234 keluarga yang tinggal di wilayah tersebut.
Jika di Malaysia serangga ini disebut sebagai “semut charlie”, di Indonesia serangga ini telah dikenal lebih dulu dengan sebutan tomcat. Tomcat pernah menghebohkan Indonesia pada tahun 2012 lalu.
ADVERTISEMENT
“Dulu, kasus paparan racun tomcat sangat marak di beberapa wilayah di Indonesia. Dia sebenarnya kumbang (Coleoptera) dari famili Staphylinidae. Memang bisa berbahaya jika racunnya terkena kulit manusia,” jelas Cahyo Rahmadi, Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), saat dihubungi kumparanSAINS, Senin (24/6) kemarin.
Seekor tomcat biasanya berukuran sekitar 7-8 milimeter. Hewan ini memiliki kepala berwarna hitam dengan rongga dada berwarna oranye atau merah.
Serangga ini hidup tersebar di berbagai belahan dunia. Mereka biasanya hidup di dekat saluran drainase dan aliran air, seperti yang biasa dijumpai di kebun dan sawah. Tomcat dewasa bisa memangsa serangga lain dan dapat membantu mengendalikan serangga hama di perkebunan. Namun hewan kecil ini juga bisa menyerang dan melukai manusia.
ADVERTISEMENT
“Kumbang tomcat ini bisa mengeluarkan zat yang bisa menyebabkan kulit jadi seperti melepuh. Kondisinya bisa parah, tergantung orangnya, tergantung tingkat kesensitifan kulit masing-masing orang,” ujar Cahyo.
Pada 2012 lalu Kementerian Kesehatan (Kemenkes), melalui situs resminya, pernah melaporkan kasus seorang penghuni apartemen di Surabaya yang mengalami gatal-gatal, luka di bagian wajah, serta tubuh dan lengannya merasakan panas akibat serangan tomcat. Beberapa hari kemudian, serangan tomcat diketahui menyerang kawasan sekolah di wilayah Kenjeran dan beberapa lokasi di Wonorejo, Surabaya.
Sebelumnya, pada tahun 2008, di Tulungagung, tomcat juga pernah menyerang setidaknya 260 orang yang tinggal di kawasan perumahan di sekitar kebun tebu dan mengakibatkan gejala dermatitis contact irritant. Setahun kemudian, pada tahun 2009, 50 orang warga Kota Gresik dilaporkan menderita gatal-gatal karena tomcat. Sementara pada tahun 2010, sekitar 20 orang warga Kenjeran, juga mengalami hal yang serupa.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Antara, serangan tomcat pada 2012 setidaknya telah berdampak di 13 kecamatan di Surabaya. Sekitar 13 kecamatan pun akhirnya dibanjiri oleh pasien yang diduga terserang racun tomcat.
Serangan tomcat sempat mereda, tapi tiga tahun kemudian, tepatnya pada 2015, serangan serangga ini muncul kembali di Cianjur, Jawa Barat. Akibatnya, ratusan warga menderita gatal-gatal dan kulit melepuh. Puluhan warga di Kecamatan Campaka harus menjalani perawatan di puskesmas terdekat akibat racun tomcat.
Pada dasarnya, tomcat bisa menyebabkan dermatitis atau peradangan pada kulit manusia karena serangga ini memiliki racun pederin di dalam tubuhnya. Setelah 24-48 jam terpapar racun pederin ini, biasanya pada kulit akan muncul gelembung yang menyerupai lesi akibat air panas atau luka bakar.
ADVERTISEMENT
Selain di Indonesia dan Malaysia, wabah dermatitis akibat racun pederin ini juga pernah menyerang banyak negara lain di dunia. Di antaranya adalah Australia, Sri Lanka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brasil, Prancis, Venezuela, dan India.