Mengenal Mata Uang Libra, Apa Bedanya dengan Bitcoin?

21 Juni 2019 8:40 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Libra, mata uang virtual dari Facebook. Foto: Facebook
zoom-in-whitePerbesar
Libra, mata uang virtual dari Facebook. Foto: Facebook
ADVERTISEMENT
Mata uang digital di dunia akan memasuki babak baru setelah Facebook mengenalkan Libra. Walau baru dirilis pada 2020, ia sudah mencuri perhatian dan diperkirakan akan mengancam jenis mata uang kripto lainnya, termasuk Bitcoin.
ADVERTISEMENT
Banyak ahli melihat langkah Facebook meluncurkan Libra akan menjadi validasi dari kebangkitan mata uang digital. Jika kamu berpikir, bahwa Libra dan Bitcoin ini sama, karena disebut sebagai mata uang digital, nampaknya harus dipikir ulang.
Ada beberapa perbedaan mendasar antara Libra dan Bitcoin. Salah satu yang perlu dipahami adalah konsep dari Libra dan Bitcoin yang masing-masing mirip dengan uang tradisional dan emas.
Para ahli menyebutkan konsep dari Libra seperti mata uang tradisional yang didigitalkan. Libra memiliki nilai yang sama dengan rupiah, dollar AS, yen, euro, dan mata uang lainnya di dunia ini.
Sementara, Bitcoin adalah konsep emas yang didigitalkan. Orang harus melakukan penambangan untuk mendapatkannya, bisa juga dengan transaksi mirip jual-beli emas. Selain perbedaan utama itu, ada poin lainnya yang bisa disimak berikut ini.
Ilustrasi Bitcoin Foto: REUTERS/Dado Ruvic
ADVERTISEMENT
1. Sentralisasi
Perbedaan signifikan pada Libra adalah menganut konsep sentralisasi yang diatur oleh Facebook dan sebuah lembaga nirlaba Libra Association. Konsep ini mirip seperti mata uang rupiah yang diatur oleh Bank Indonesia.
Facebook dan Libra Association memiliki kendali atas aset Libra dan Penggunaannya. Pada saat Libra diluncurkan pada 2020, Facebook akan lepas tangan dan Libra Association akan memiliki kendali penuh. Walaupun, kita harus benar-benar memastikan, apakah Facebook bena-benar rela untuk melepas Libra? Atau, akan masih ada interfensi di kemudian hari.
Saat ini, Libra Association telah memiliki anggota 28 perusahan besar, seperti Mastercard, Visa, PayPal, Ebay, Spotify, Uber, hingga Lyft. Semua anggota asosiasi akan memiliki suara yang sama dalam tata kelola Libra.
Libra Association. Foto: Facebook
Bagaimana dengan Bitcoin? Mata uang digital ini menganut konsep desentralisasi. Bitcoin tidak dimiliki atau diatur oleh pihak mana pun, maka dari itu menyebabkan kerentanan terhadap perubahan harga. Berbeda dengan Libra, Bitcoin sangat menghindari perusahaan, seperti Mastercard yang sangat membenci sistem yang dianut Bitcoin.
ADVERTISEMENT
2. Ketersediaan
Seperti yang sudah diketahui, Bitcoin hanya tersedia sebanyak 21 juta bitcoin. Artinya, Bitcoin akan habis jika semua aset telah tertambang, tidak ada pembaruan atau penambahan. Konsep ini disamakan seperti emas yang merupakan sumber daya yang jumlahnya terbatas.
Kabarnya, saat ini jumlah bitcoin hanya tinggal 20 persen. Hal ini membuat Bitcoin memiliki sifat deflasi karena terbatasnya jumlah uang yang beredar. Bitcoin tidak bergantung pada satu pemerintah manapun, lembaga tertentu, atau bahkan mata uang fiat, seperti dolar AS atau rupiah.
Ilustrasi Bitcoin Foto: REUTERS/Dado Ruvic
Berbeda dengan Libra, mata uang ini memiliki sifat inflasi dan delasi layaknya mata uang tradisional. Libra memiliki Libra Association yang akan mengatur pasokan asetnya yang beredar di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut rencana, Libra tidak akan dipatok ke satu mata uang tetapi sebagai sekeranjang aset mulai dari deposito bank hingga surat berharga pemerintah. Semua pengguna Libra ini harus bergantung pada kebijakan Libra Association.
3. Cara mendapatkan
Cara untuk mendapatkan kedua mata uang digital ini juga ada sedikit perbedaan. Meskipun Facebook belum memberikan keterangan jelas mengenai transaksi dari Libra, bisa jadi cara mendapatkan Libra bisa melalui penukaran token dengan mata uang tradisional. Token akan dikeluarkan oleh anggota dari Libra Association.
Libra memiliki aplikasi dompet digital yang dibuat khusus, namanya Callibra. Aplikasi ini bisa untuk mengelola aset Libra dan transaksi.
Aplikasi Calibra. Foto: Facebook
Sementara, Bitcoin bisa didapatkan melalui penambangan dan juga transaksi jual-beli yang disediakan oleh pihak ketiga. Tidak ada aplikasi khusus yang dibuat untuk Bitcoin atau yang diciptakan oleh pembuatnnya. Di Indonesia, orang yang mau melakukan jual-beli Bitcoin bisa memakai berbagai aplikasi, termasuk Indodax dan Luno.
ADVERTISEMENT
4. Kemudahan transaksi
Libra memiliki kemudahan transaksi dibandingkan Bitcoin. Libra, akan diposisikan sebagai alat tukar, di mana pengguna dapat mengirim uang dan transaksi apa saja, berbelanja, membayar makan hingga transportasi. Kemampuannya ini hadir karena dukungan dari anggota Libra Association yang merupakan perusahaan penyedia layanan mulai dari kartu kredit, makanan, transportasi, hingga pembayaran digital.
Sementara itu, untuk Bitcoin tidak mudah. Hingga saat ini sangat langka toko yang menerima metode transaksi dengan menggunakan Bitcoin. Kesulitannya ini membuat BItcoin dianggap lebih sebagai investasi.
Ilustrasi pembayaran nontunai. Foto: shutterstock
5. Soal keamanan
Libra dijamin keamanannya oleh Facebook dan Libra Association. Facebook mengatakan akan menerapkan teknologi untuk mencegah pencucian uang dan penipuan. Perusahaan juga mengklaim akan memiliki dukungan langsung untuk membantu pengguna yang kehilangan akses ke akun mereka dan, jika pengguna kehilangan uang karena penipuan, Facebook telah menawarkan pengembalian uang.
ADVERTISEMENT
Libra akan dibangun di atas kode sumber terbuka yang memungkinkan pengembang dan komunitas riset untuk memantaunya untuk melihat kecacatan desain atau keamanan. Facebook akan mengimplementasikan program "bug bounty" untuk memberi insentif kepada para pakar keamanan untuk menunjukkan kerentanan di platform.
Sementara, Bitcoin tidak memiliki yang ada pada Libra. Bitcoin mengandalkan teknologi blockchain untuk proteksi. Bitcoin juga memiliki kerentanan di layanan dompet digitalnya yang dibuat oleh pihak ketiga, yang berarti itu bisa dibuat oleh siapa saja.
Ilustrasi Blockchain Foto: Pixabay