Kabupaten Sula Perkenalkan Potensi Wisata Lewat Festival Maksaira 2018

9 April 2018 15:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jumpa pers Festival Maksaira 2018 Kabupaten Sula (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jumpa pers Festival Maksaira 2018 Kabupaten Sula (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Event menjadi salah satu wahana yang paling efektif untuk memperkenalkan potensi wisata suatu daerah. Banyuwangi dan Jember misalnya. Kedua kabupaten di Jawa Timur itu awalnya jarang didengar, namun kini menjadi destinasi wisata favorit karena konsisten menggelar berbagai event budaya.
ADVERTISEMENT
Sula, kepulauan kecil di Maluku Utara, juga tak mau kalah. Pada 15 April mendatang, kabupaten itu akan mengadakan Festival Maksaira 2018. Agenda utamanya adalah lomba memancing ikan kerapu yang akan diikuti 1.300 peserta.
Menginjak tahun ketiga penyelenggaraan, konsep Festival Maksaira kali ini agak berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya agenda utama event itu adalah membakar ikan bersama sepanjang 15 kilometer dan telah menyabet rekor MURI pada 2015. Namun kali ini, warga dan wisatawan diajak langsung menikmati keindahan bahari kepulauan Sula dengan memancing ikan kerapu.
“Kami ingin memberi tahu bahwa Sula penuh dengan potensi, mulai dari potensi laut, budaya, hingga sejarah, semuanya ada. Jadi selain bakar ikan terpanjang, kami masih punya potensi lain yang kami promosikan lewat Festival Maksaira,” papar Bupati Sula, Hendrata Thes, dalam jumpa pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Senin (9/4).
ADVERTISEMENT
Rencananya, Festival Maksaira 2018 akan dicatatkan dalam rekor MURI sebagai lomba pancing ikan kerapu dengan peserta terbanyak. Event itu akan dihelat di Pantai Wai Ipa hingga Pantai Desa Bajo pada pukul 14.00-18.00 WIB.
Jumpa pers Festival Maksaira 2018 Kabupaten Sula (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jumpa pers Festival Maksaira 2018 Kabupaten Sula (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
Festival Maksaira 2018 pun mendapat dukungan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Menurut Deputi Bidang Pemasaran I Kemenpar, I Gde Pitana, event seperti itu bisa membantu nama Kabupaten Sula terdengar familiar bagi masyarakat.
“Kami sangat mengharapkan event ini jadi agenda tahunan agar orang ingat dengan Sula. Ayo kita pergi ke Sula karena ada festival bakar ikan sambil melihat keindahan alamnya. Katanya, di pinggir pantai pun bisa dengan mudah bertemu penyu,” tutur Pitana.
Selama ini, Sula memang kurang populer sebagai destinasi wisata, karena akses transportasi yang belum memadai. Untuk mencapai kabupaten beribu kota Sanana itu, traveler bisa naik pesawat menuju Bandara Sultan Babullah Ternate atau Bandara Pattimura Ambon.
ADVERTISEMENT
Lalu perjalanan bisa dilanjutkan via udara atau laut. Via udara diakomodasi oleh pesawat perintis Susi Air yang tersedia hanya tiap Selasa dan Kamis. Durasi penerbangan memakan satu jam dari Ambon dan membutuhkan 1,5 jam jika berangkat dari Ternate.
Namun, perjalanan jalur laut tersedia setiap hari dan tentunya memakan waktu lebih lama. Berangkat dari Ternate ke Sula memakan waktu di kapal sekitar 14-16 jam, sementara jika berangkat dari Ambon dibutuhkan 12 jam perjalanan.
Hendrata mengakui keterbatasan akses transportasi inilah yang membuat Sula masih minim wisatawan. Ia kemudian menyampaikan harapannya agar pemerataan pembangunan segera menyentuh kawasannya. Bukan hanya untuk mengenalkan potensi wisata Sula, namun juga demi membangun Indonesia secara keseluruhan.
“Sula adalah bagian dari Indonesia yang perlu diperhatikan. Letaknya sebenarnya strategis, tetapi banyak hal yang terabaikan. Oleh karena itu, kami harapkan ke depannya Indonesia terkoneksi lebih baik lagi,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Selain menyaksikan Festival Maksaira, tentu banyak potensi wisata yang bisa dinikmati di Kepualaun Sula. Wisatawan bisa mengunjungi pantai-pantai eksotis, seperti Pantai Baleha, Fatkauyon, Desa Waisum, Wai Ipa, Mangoli, dan Teluk Harimau.
Selain pantai, ada pula Telaga Kabau, Pulau Kucing, Air Terjun Wailau, Pulau Pagama, Batu Gadis, hingga Tanjung Mata Aya Bot Fat Tina yang juga sayang untuk dilewatkan.