TNT 8, Ucapan Perpisahan Trinity pada Seri Perjalanan Naked Traveler

30 Desember 2018 13:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Trinity di kantor kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Trinity di kantor kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bagi kamu pecinta traveling, nama travel blogger kenamaan Trinity pasti bukanlah hal yang asing. Perempuan yang populer lewat buku dan blog berisi catatan perjalanan bertajuk 'The Naked Traveler' itu menjadi pelopor blog di dunia jalan-jalan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Trinity yang awalnya hanyalah seorang karyawan biasa, atau yang dalam bukunya sering ia juluki sebagai 'mbak-mbak kantoran', berubah menjadi fulltime traveler and writer setelah blognya dipublikasikan dalam bentuk buku.
Seluruh catatan perjalanannya saat traveling, ia kemas dan abadikan dalam 14 bukunya, yang mana tujuh di antaranya adalah buku berseri 'The Naked Traveler'. Bagi para penggemar setia, 'The Naked Traveler' bukan hanya buku perjalanan biasa, tapi sebuah pengalaman yang secara langsung dituturkan oleh pejalan.
Di dalamnya, kamu menemukan fakta bahwa traveling bukan hanya tentang destinasi wisata saja, tapi juga proses didalamnya. Seluruh rangkaian pengalaman untuk mencapai tempat yang dituju, setiap perasaan yang terlibat ketika menyambangi suatu tempat dikemas secara apik dalam setiap judul cerita yang dimuat 'The Naked Traveler'.
Trinity saat diwawancara di kantor kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Trinity saat diwawancara di kantor kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Sayang, setelah 11 tahun menelurkan buku dan melanglang ke 88 negara, akhirnya Trinity memutuskan untuk 'hibernasi' dan menyelesaikan seri 'The Naked Traveler'. Buku terakhir yang menjadi penutup seri perjalanan ini ia namai 'The Naked Traveler 8: Farewell'.
ADVERTISEMENT
Trinity beralasan bahwa ini saat yang tepat untuk berhenti dan mencari tahu lebih lanjut apa yang akan ia lakukan selanjutnya, berkembang, dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Apalagi, pembaca setianya pada umumnya adalah orang-orang yang hidup berkembang seiring dengan kemunculan buku 'The Naked Traveler'.
"Memang akunya juga growing old, merekanya juga sama-sama berkembang dan menjadi lebih tua. Ya, aku memutuskan untuk, ya, kita sudahkan dulu saja, gitu. Kalau misalnya mau baca cerita jalan-jalan pada saat masih muda, ya kesitulah (seri perjalanan The Naked Traveler).
Karena aku juga masih tetap jalan-jalan, cuma, kan pengen melakukan hal yang lain, menulis sesuatu yang lain, akunya juga pengen lebih berkembang gitu. Mungkin genrenya beda, jadi aku memutuskan untuk hibernasi dulu," pungkas Trinity.
Trinity di Salar de Uyuni, Bolivia (Foto: Instagram/Trinity )
zoom-in-whitePerbesar
Trinity di Salar de Uyuni, Bolivia (Foto: Instagram/Trinity )
Menganalogikan dirinya seperti para poliltikus yang tahu kapan harus mulai dan berhenti, Trinity menuturkan bahwa ia akan melakukan analisa tersendiri mengenai industri masa kini, sembari mencari tahu akan jadi apa ia beberapa tahun mendatang dalam masa 'hibernasinya'.
ADVERTISEMENT
Dalam perbincangan yang dilakukan bersama kumparanTRAVEL di kantor kumparan pada Kamis (20/12), Trinity menuturkan perasaannya ketika hendak menyudahi perjalanan buku berserinya, 'The Naked Traveler'.
Trinity saat diwawancara di kantor kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Trinity saat diwawancara di kantor kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Ia menuturkan ada rasa tidak puas dan sedih ketika memutuskan 'The Naked Traveler (TNT) 8' sebagai seri terakhir. Apalagi, ketika melakukan penyusunan TNT 8, Trinity sedang berada di Peru untuk menyelesaikan beasiswa Residensi Penulis 2018. Belum lagi adanya batas halaman yang mesti ia sesuaikan agar TNT 8 dapat dijual dengan harga yang terjangkau.
"Karena waktu itu lagi genting-gentingnya aku di Peru. Sibuk juga, enggak bisa menulis banyak. Lagian kalau menulis banyak-banyak kata editornya, 'nanti harganya jadi mahal, mak, orang males beli,'. Soalnya harga kertas lagi naik, dan segala macamlah, padahal masih banyak banget yang mau ditulis," tuturnya.
Trinity di Madhya Pradesh, India (Foto: Instagram/Trinity )
zoom-in-whitePerbesar
Trinity di Madhya Pradesh, India (Foto: Instagram/Trinity )
Saat ditanya mengapa memutuskan seri kedelapan sebagai seri yang terakhir, sambil bercanda ia menjawab agar sama dengan film serial ternama 'Game of Thrones'. Serial 'Game of Thrones' adalah film kolosal milik HBO yang akan menyelesaikan kisahnya pada musim kedelapan yang akan diluncurkan pula pada April 2019.
Trinity saat diwawancara di kantor kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Trinity saat diwawancara di kantor kumparan. (Foto: Fitra Andrianto/kumparan)
Bagi Trinity mengambil keputusan untuk menyelesaikan 'The Naked Traveler' bukan hal yang mudah.
ADVERTISEMENT
"Begitu memutuskan TNT 8 jadi yang terakhir, itu juga, kan, sudah sedih, begitu (perasaannya). Lalu gimana dengan brand gue begitu, sudah lekat banget, sudah sampai dimasukkin HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual), kalau enggak ada entar gimana?
Apakah aku nanti akan dikenal sebagai itu (penulis 'The Naked Traveler')? Tapi ya sudahlah, Naked Traveler is Naked Traveler. Tapi, kan, mungkin Trinitynya yang akan lebih dikenal," ungkapnya.
Tak hanya membesarkan nama dan membuatnya jadi dikenal di dunia traveling Indonesia, 'The Naked Traveler' adalah arsip perjalanannya sepanjang hidup kala bertualang.
"Bayangin aja aku mulai traveling pada saat belum ada handphone dan internet. Dulu traveling di mana di pesawat saja masih boleh merokok. Sampai sekarang, tujuan traveling sudah mulai berubah," ungkap wanita lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro, Semarang itu.
ADVERTISEMENT
Selain untuk mengembangkan diri, di balik keputusan menyudahi 'The Naked Traveler' ternyata juga dilatarbelakangi daya minat baca masyarakat Indonesia yang kian menurun. Hal yang sama bahkan pernah ia tumpahkan dalam sebuah artikel dalam blognya yang berjudul 'Curhat Seorang Penulis'.
Hal tersebut ia simpulkan dari sebuah penelitian yang pernah ia baca tentang tingkat literasi masyarakat Indonesia yang hanya berada satu tingkat di atas Zimbabwe dan berada di peringkat ke-63 di dunia.
Bukan hanya itu, semakin sedikit orang-orang yang membeli buku cetak, menurunya industri penerbitan dan 'menghilangnya' nama-nama majalah yang lekat dengan dirinya juga jadi pertanda bahwa dunia digital sudah banyak menggeser kebiasaan hidup masyarakat.
Ditambah lagi, toko buku yang semakin sempit dan tiga perempat ruangannya diisi dengan barang-barang non buku seperti selimut, sepatu, tenda hingga alat musik.
ADVERTISEMENT
Belum lagi penghasilan dari royalti yang semakin kecil, padahal penghasilan itu akan dimanfaatkan menjadi modal untuk jalan-jalan dan membuat berbagai konten menarik bagi para pembaca setia.
Trinity Traveler (Foto: Instagram @trinitytraveler)
zoom-in-whitePerbesar
Trinity Traveler (Foto: Instagram @trinitytraveler)
Mengatasi hal itu, Trinity bahkan telah mendigitalisasi karyanya ke dalam bentuk e-book sejak lima tahun lalu. Tapi hingga saat ini, penjualan e-book dirasa belum dapat mengalahkan penjualan buku cetak.
"Aku punya e-book itu udah dari jaman dulu banget, mungkin udah ada lima tahun kali, ya. Dari situ aja, paling berapa sih, royaltinya lebih besar dibandingkan dengan buku cetak, padahal harganya juga lebih murah. Tapi, ya, memang dasarnya orang enggak baca aja," ceritanya pada kumparanTRAVEL.
Trinity Traveler (Foto: Facebook Trinity Traveler)
zoom-in-whitePerbesar
Trinity Traveler (Foto: Facebook Trinity Traveler)
Trinity memang sempat mendapat peluang baik ketika buku pertamanya difilmkan ke layar lebar dengan judul 'The Nekad Traveler'. Dibintangi Maudy Ayunda dan Hamish Daud, film itu mampu meraup perhatian dari kalangan milenial.
ADVERTISEMENT
Mengantisipasi hal itu, Trinity dan salah satu sahabatnya, Yasmin membuat sebuah buku dengan judul '69 Cara Traveling Ke Luar Negeri'. Berbeda dengan buku lainnya yang mengajak para pembaca masuk ke dalam pengalaman Trinity, buku terakhir sebelum TNT 8 itu hanya berisi poin-poin pendek.
Namun, dari sana Trinity belajar bahwa ketika ia tak lagi menulis untuk passion dan hanya berusaha untuk mengikuti zaman, idealismenya akan berkurang. Alasan ini yang kemudian semakin membulatkan tekadnya untuk mengakhiri The Naked Traveler.
Meski mencatumkan kata 'Farewell' sebagai salam perpisahan bagi pembaca setia, Trinity tidak memungkiri bahwa kelak ia akan tetap menulis, berkarya, dan tentunya tetap jalan-jalan meneruskan hobinya.
Bagaimana denganmu, sudah siap menerima perpisahan Trinity dan karya terakhirnya lewat 'The Naked Traveler 8'?
ADVERTISEMENT